14 baku dan teras gulud. Secara teknis, teras baku merupaka pengendalian erosi yang
efektif. Teras baku memotong panjang lereng dan menghambat laju permukaan aliran permukaan, sehingga pengangkutan partikel-partikel tanah pun terhambat.
Teknik konservasi menggunakan teras gulud dianggap lebih mudah dan lebih sederhana dalam pembuatannya dibanding teras baku. Teras gulud merupakan
modifikasi dari guludan untuk bertanam ubi jalar pada lahan-lahan datar yang diterapkan pada lahan miring. Secara vegetatif, teknik pengendalian erosi yang
dapat digunakan adalah strip rumput, mulsa, tanaman penutup tanah, olah tanah konservasi, dan pertanaman lorong,
2.5. Konsep Usahatani
Menurut Prof. Tb. Banchtiar Rifai 1960 dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983, usahatani adalah setiap kombinasi yang tersusun
organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Soekartawi et al. 1985 menyatakan bahwa usahatani
merupakan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya lahan, kerja, modal, waktu, dan pengelolaan yang terbatas untuk mencapai tujuannya.
Pada awalnya manusia mengenal usaha bertani dengan cara-cara yang sederhana dengan tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga sendiri
subsisten. Disini, bertani dipandang sebagai suatu cara hidup way of life daripada suatu bisnis Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.
2.5.1 Konsep Pendapatan Usahatani
Berusahatani akan dinilai pada biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh oleh petani. Selisih antara keduanya merupakan pendapatan yang
akan diperoleh untuk usahanya. Pendapatan yang diharapkan tentu saja memiliki
15 nilai positif dan semakin besar nilainya maka semakin baik, meskipun besar
pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin saja diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula.
Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi lain
termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya Suratiyah, 2011. Beberapa istilah yang biasanya dipergunakan dalam
menganalisis pendapatan usahatani menurut Soekartawi et al. 1985, yaitu: 1. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai yang diterima dari penjualan
produk usahatani. 2. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi usahatani. 3. Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani
dan pengeluaran tunai usahatani 4. Penerimaan kotor usahatani adalah produk usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. 5. Pengeluaran total usahatani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6. Pendapatan total usahatani adalah selisih antara penerimaan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani. Menurut Soekartawi 2002 Biaya usahatani dapat di bedakan atas:
1. Biaya tunai, merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani, meliputi biaya tetap misalnya pajak, dan biaya variabel misalnya pengeluaran untuk
bibit, obat-obatan dan biaya untuk pembayaran tenaga kerja luar keluarga.
16 2. Biaya yang diperhitungkan, merupakan pengeluaran yang secara tidak tunai
dikeluarkan petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti biaya untuk
sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga yang dinilai berdasarkan upah yang berlaku, penggunaan benih
dari hasil produksi sebelumnya dan penyusutan dari sarana produksi. Analisis terhadap pendapatan usahatani juga dapat digunakan untuk
mengukur efisisensi usahatani terhadap penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah yang dikeluarkan Revenue Cost Rasio atau R-C Rasio. Analisis R-C rasio
digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani berdasarkan keuntungan finansial, yang menunjukan besarnya penerimaan yang diperoleh
dengan pengeluaran tertentu dalam satu satuan biaya. Semakin besar nilai R-C rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap
rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan.
Kelayakan usahatani berdasarkan besarnya nilai R-C rasio dapat dikatakan layak apabila nilai R-C rasio lebih besar dari satu, nilai ini berarti setiap tambahan
biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya. Secara sederhana kegiatan usahatani tersebut
dapat dikatakan menguntungkan untuk dilaksanakan. Sebaliknya, apabila nilai rasio R-C rasio lebih kecil dari satu, artinya tambahan biaya menghasilkan
tambahan penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan usahatani dikatakan tidak menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio R-C sama dengan satu, maka
kegiatan usahatani tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian
17
2.5.2 Usahatani Kentang Kabupaten Garut