Analisa Data Spasial Metode Analisa Data

17

3.6 Metode Analisa Data

3.6.1 Analisa Data Spasial

Data Spasial yang berupa data peta rupa bumi, peta jenis tanah, serta citra landsat 7-ETM+ diolah dengan menggunakan konversi data sehingga dapat dibaca dan dilihat di dalam software yang akan digunakan dengan dijadikan peta digital. Ada dua macam format data yang digunakan dalam data spasial yaitu data yang berupa format raster dan data format vektor. Data format raster yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra landsat 7-ETM+ dan data format vektor yang digunakan adalah peta rupa bumi, peta jenis tanah dan peta geologi. Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data spasial meliputi : A.1 Pembuatan Peta Digital Data spasial format vektor yang berupa peta rupa bumi dan peta jenis tanah masing –masing diolah dan dijadikan peta digital. Peta batas kawasan di digitasi. Data keluaran ini kemudian digunakan sebagai data acuan penentuan wilayah penelitian serta untuk koreksi geometrik pada pengolahan citra Gambar 8. Gambar 8 Bagan alir pembuatan peta digital A.2 Pengolahan Citra Pengolahan citra ini dilakukan pada data spasial yang berformat raster, yang mana data ini berupa citra satelite landsat 7-ETM+ tahun 2004 untuk wilayah Kab. Lumajang Jawa Timur. Citra satelite ini kemudian diolah untuk Peta batas kawasan digital Peta batas kawasan Atributing Digitasi on Screen Koreksi koordinat Scan Peta 18 menentukan tipe penggunaan lahan dengan menggunakan software ERDAS Imagine 9.0 dengan tahapan sebagai berikut : a. Koreksi Geometrik Koreksi Geometrik merupakan proses memproyeksi peta ke dalam suatu sistem proyeksi peta tertentu. Penyeragaman data – data ke dalam sistem koordinat dan proyeksi yang sama perlu dilakukan guna mempermudah proses pengintegrasian data – data. Proyeksi yang digunakan adalah koordinat UTM dan sistem koordinat geografis. b. Pemotongan Citra cropping Pemotongan citra dilakukan dengan memotong wilayah yang menjadi obyek penelitian, dimana peta rupa bumi hasil digitasi peta digital dapat dijadikan acuan pemotongan citra. Sehingga didapatkan peta daerah penelitian. c. Klasifikasi Citra Pembagian kelas klasifikasi dibuat berdasarkan kondisi penutupan lahan dilapangan dan dibatasi menurut kebutuhan pengklasifikasian. Proses tersebut dapat dilakukan dengan teknik klasifikasi terbimbing supervised classification, sehingga diperoleh peta penutupan lahan landcover A.3 Pembuatan Kelas Lereng Dalam pembuatan kelas kemiringan lereng data yang digunakan adalah peta kontur digital. Pembuatan kelas lereng ini diolah pada sofware Arcview dimana operasi dilakukan adalah pembuatan TIN, convert to grid, derive slope, reclasify. Tabel 1 merupakan pengkelasan kelas kemiringan lereng. Tabel 1. Pengkelasan Kemiringan Lereng No Kelas Bentuk Lereng 1 0-8 Datar 2 8-15 Landai 3 15-30 Agak Curam 4 25-40 Curam 5 ≥ 40 Sangat Curam Sumber : SK. Menteri Pertanian No. 837KptsUm1980 revisi KEPPRES No. 32 Tahun 1990 A.4 Pembuatan Buffer Buffering Pembuatan buffer ini dilakukan pada kawasan jalur pengaman sungai 100 meter kiri kanan sungai besar dan 50 meter dari kiri kanan anak sungai, 19 merupakan pelindung mata air, sekurang – kurangnya dengan jari – jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut, serta 50 – 100 m dari tepi waduk danau. Buffer atau zona penyangga dibangun dengan arah keluar untuk melindungi elemen – elemen yang bersangkutan. A.5 Pembuatan peta kawasan lindung Peta kawasan lindung dibuat berdasarkan SK. Menteri Pertanian N0.837KptsUm1980 Gambar 9. Kawasan hutan lindung dibuat dengan berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 837KptsUm1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung, maka klasifikasi kelas kemiringan lereng, kelas jenis tanah, dan kelas curah hujan dikalikan masing-masing yaitu 20, 15 dan 10. Untuk menentukan fungsi hutan dari suatu wilayah hutan, maka ketiga jenis peta tersebut di-overlay. Peta yang terbentuk ditentukan fungsinya berdasarkan penjumlahan nilai skor tersebut. Klasifikasi fungsi hutan berdasarkan penjumlahan nilai skor disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi Fungsi Hutan No. Jumlah Nilai Skor Klasifikasi Fungsi Hutan 1 124 Hutan Produksi 2 125 – 175 Hutan Produksi terbatas 3 175 Hutan Lindung Sumber : SK. Menteri Pertanian No. 837KptsUm1980 Kelas klasifikasi tanah dibuat untuk mengetahui lokasi-lokasi rawan erosi, peta ini dibuat berdasarkan kepekaan tanah terhadap erosi. Untuk jenis tanah kompleks, penentuan kelasnya adalah kelas dari jenis tanah yang terpeka Kriteria Kawasan Lindung Kawasan hutan lindung Kemiringan lereng Sempadan sungai Skor 175 50 m kanankiri sungai Kemiringan lereng 40 Gambar 9 Kriteria kawasan lindung 20 terhadap erosi yang terdapat dalam jenis tanah kompleks tersebut. Klasifikasi tanah disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi Jenis Tanah Kelas Tanah Jenis Tanah Klasifikasi I Aluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf kelabu, Laterite Air Tanah Tidak Peka II Latosol Agak Peka III Brown Forest Soil, Non Calcics Brown, Mediteran Kurang Peka IV Andosol, Laterits, Grumusol, Podsol, Podsolik Peka V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka Sumber : SK. Menteri Pertanian No. 837KptsUm1980 Menurut SK. Menteri Pertanian No. 837KptsUm1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung, skor untuk parameter Intensitas hujan disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 4 Skoring parameter Intensitas hujan No. Intensitas Hujan mmhari hujan Skor 1 Sangat Rendah 13,6 1 2 Rendah 13,6-20,7 2 3 Sedang 20,7-27,7 3 4 Tinggi 27,7-34,8 4 5 Sangat Tinggi 34,8 5 Penggunaan Sistem Informasi Geografis ini digunakan untuk menentukan kawasan lindung dan untuk melakukan pemetaan akhir kawasan hasil analisa perbedaan.

3.6.2 Analisa Data Burung a Indeks Kekayaan Jenis Burung