Kemiringan Lereng Curah hujan

2002. Pola penyebaran jenis tanah pada kebun Kertowono bagian Kajaran disajikan pada Gambar 13.

5.1.2 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng ini di dapatkan dengan mengolah data digital DEM Digital Elevation Model dengan ukuran pixel 90 meter yang didapat dari data Shuttle Radar Topography Mission SRTM. Data digital DEM kemudian dibuat klasifikasi tingkat kecuramannya sehingga didapatkan data pada tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8 Luas masing-masing tingkat kelerengan di Kebun Kertowono bagian Kajaran. No. Kelas Bentuk lereng Luas HektarHa Persentase luasan 1 0-8 Datar 615,65 55,67 2 8-15 Landai 97,21 8,79 3 15-25 Agak curam 103,59 9,37 4 25-40 Curam 134,35 12,15 5 40 Sangat Curam 155,10 14,02 Sumber : Data primer hasil penelitian diolah Menurut Purnamasari 2007, derajat dan panjang lereng adalah unsur yang mempengaruhi terjadinya longsor. Semakin tinggi derajat lereng maka akan memberikan bahaya rawan longsor yang lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 8 diatas bahwa ada sebagian kawasan kebun Kertowono bagian Kajaran dari tingkat kemiringan lereng termasuk kategori sangat curam 14,02 dan hal ini haruslah sangat diperhatikan karena jika nanti curah hujan di daerah tersebut tinggi, dan jenis tanahnya adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol, kemudian tutupan lahannya terbuka atau vegetasinya bukan merupakan pepohonan maka bisa menimbulkan bahaya rawan longsor karena tingkat kemiringan lereng yang sangat curam akan menambah kecepatan gerakan tanah yang mengalami longsor. Gambar 13 Peta Jenis Tanah Kebun Kertowono bagian Kajaran

5.1.3 Curah hujan

Data curah hujan didapatkan dari dua stasiun pengukur curah hujan rata- rata tahunan di afdeling Bedengan sebesar 1737,091 mmtahun dan afdeling Kaliwelang sebesar 1555,636 mmtahun sehingga nilai curah hujan rata-rata tahunan Kebun Kertowono bagian Kajaran 1646,364 mmtahun. Nilai Intensitas hujan Kebun Kertowono bagian Kajaran adalah 18,116 mmhari hujan termasuk kategori rendah. Intensitas hujan adalah rata-rata curah hujan dalam milimeter setahun dibagi dengan rata-rata jumlah hari hujan setahun. Berikut ini disajikan grafik curah hujan tahunan di kebun Kertowono bagian Kajaran dari tahun 1994-2004 Gambar 14. Gambar 14. Grafik Curah Hujan Tahunan di Kebun Kertowono bagian Kajaran tahun 1994-2004 Berdasarkan tabel di atas curah hujan rata-rata pertahun dari kawasan kebun Kertowono bagian Kajaran cenderung mengalami kenaikan. Hal ini menandakan dari pengaruh perubahan iklim global dunia dan perlu diperhatikan karena curah hujan yang cenderung naik bisa menyebabkan banjir ataupun tanah longsor tiba-tiba. Menurut Purnamasari 2007, curah hujan disuatu daerah akan mempengaruhi kadar air dalam tanah, pada tanah yang mengalami peningkatan kadar airnya akan mengalami penurunan kuat gesernya serta akan terjadi penambahan berat masa tanah, sehingga akan mengakibatkan terjadinya gerakan tanah. Adanya pengaruh curah hujan yang tinggi akan memberikan bahaya gerakan tanah yang lebih tinggi. Perubahan Grafik Curah Hujan 770 1883 1704 635 1894 1422 2874 2644 1699 1509 2074 826 1890 1493 595 1779 1238 1964 2629 1794 1453 1451 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 T ahun V o lu m e m m Bedengan Kaliwelang curah hujan juga dapat dilihat dari curah hujan bulanannya seperti grafik yang disajikan pada Gambar 15 berikut : Gambar 15 Grafik Curah Hujan Bulanan Tahun 1994, 1999, dan 2004 di Kebun Kertowono bagian Kajaran. Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 1994 dan tahun 1999 bulan kering dimulai pada bulan April-Oktober dan bulan basah dimulai bulan November-Maret. Pada tahun 2004 bulan kering terjadi pada bulan April tetapi pada bulan Mei terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi kemudian curah hujan turun lagi pada bulan Juni dan berlanjut sampai dengan Oktober. Perubahan curah hujan bulanan yang terjadi pada bulan Mei tahun 2004 kemungkinan juga disebabkan karena pengaruh perubahan iklim global.

5.1.4 Kawasan Pendugaan HCVAs High Conservation Value Area`s