13
3.4 Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi : 1.
Data Primer, berupa : a.
Data Spasial Citra Satelite Landsat 7 –ETM+ tahun 2004 dari PPLH IPB.
Peta Rupa Bumi Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Skala
1 : 250.000 yang diperoleh dari BAPPEDA Tingkat II Lumajang.
Peta Digital Geologi yang diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat PUSLITTANAK Bogor.
Peta Kontur yang bersumber dari Shuttle Radar Topography Mission SRTM ukuran pixel 90 meter.
Peta Jenis Tanah daerah Kabupaten Lumajang Jawa Timur dengan skala 1 : 250.000 yang diperoleh dari Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat PUSLITTANAK Bogor. b.
Foto-foto tipe penutupan lahan dengan pemotretan menggunakan kamera digital.
c. Data yang menyatakan posisi keberadaan sesuatu di permukaan bumi
dalam bentuk koordinat yang disebut Grand Control Point GCP . Data ini didapatkan dengan melakukan cek langsung di lapangan. Data
GCP ini selanjutnya dijadikan acuan dalam interpretasi citra satelite landsat 7-ETM+ dengan klasifikasi terbimbing untuk membuat peta
penutupan lahan. d.
Data satwaliar dan vegetasi 2.
Data Sekunder, berupa data kondisi umum lokasi penelitian dan pustaka melalui studi literatur yang berasal dari instansi terkait.
3.4.1 Pengumpulan Data Satwaliar
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara dengan petugas lapangan, penelusuran data dokumen dan studi literatur.
Pengamatan satwaliar difokuskan pada pengamatan burung. Pengambilan data burung dengan menggunakan kombinasi metode IPA Indices Point of
Abundance dan jalur transect. Data burung yang diambil adalah data jenis,
14
jumlah, dan penyebaran. Waktu yang diperlukan pengamatan untuk setiap titik adalah 15 menit. Setiap jenis burung yang dijumpai pada setiap titik dalam jalur
pengamtan dicatat dengan segala bentuk aktifitasnya. Pengamatan ulang dalam penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pada waktu yang berbeda.
Ketentuan dalam IPA menurut van Helvoort 1981 yaitu : 1 burung dalam keadaan tetap yaitu tidak mendekat atau menjauhi pengamat; 2 burung tidak
melakukan pergerakan migrasi selama periode penghitungan; 3 perilaku burung tidak mempengaruhi satu sama lain; 4 burung dapat dideteksi sepenuhnya dalam
pengamatan; 5 kegagalan dalam empat asumsi diatas tidak ada hubungannya dengan habitat atau elemen dalam rancangan penelitian; 6 burung sepenuhnya
dapat diidentifikasi oleh pengamat; 7 penentuan jarak yang dilakukan tepat.
3.4.2 Pengumpulan Data Flora
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara dengan pengelola, masyarakat dan tokoh masyarakat dan studi literatur. Observasi
lapang menggunakan metode analisis vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk struktur vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Metode ini digunakan untuk menggambarkan kondisi vegetasi habitat satwaliar. Metode yang digunakan adalah metode garis
berpetak yaitu dengan membuat petak-petak contoh di sepanjang jalur pengamatan. Ukuran petak adalah 20m x 20m untuk tingkat pertumbuhan pohon.
Dalam petak dibuat sub plot berukuran 2m x 2m untuk tingkat pertumbuhan semai, 5m x 5m untuk tingkat pertumbuhan pancang dan 10m x 10m untuk
tingkat pertumbuhan tiang Gambar 4. Data yang dikumpulkan untuk tingkat pertumbuhan pohon dan tiang adalah jenis pohon, diameter setinggi dada, tinggi
50 meter 50 meter
r =
50 m
150 meter 150 meter
r =
5 m
r = 5
m
Gambar 3 Metode IPA dan Transect
15
5 m 5 m
2 m
bebas cabang, dan tinggi total. Untuk tingkat pertumbuhan pancang dan semai meliputi jenis tumbuhan dan jumlah individu setiap jenis.
10 m
10 m
Gambar 4 Bentuk jalur analisis vegetasi
3.5 Metode Penentuan Kawasan HCV