Implementasi Terhadap Kebijakan Pengelolaan Kebun Kertowono bagian Kajaran.

meningkatknya tekanan terhadap eksploitasi terhadap semua sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi, alam akan mengalami kemunduran. Hutan akan didesak sampai ke puncak gunung dan burung-burung akan diburu untuk dimakan, untuk olahraga atau dijual. Kebiasaan masyarakat sekitar yang mengembangkan lahan budidaya tidak memperhatikan kemiringan lereng, pembukaan lahan-lahan baru di lereng- lereng bukit menyebabkan permukaan lereng terbuka tanpa pengaturan sistem tata air drainase yang seharusnya bisa menyebabkan adanya bencana tanah longsor jika daerah tersebut terkena curah hujan yang tinggi. Menurut Suryolelono 2005 dalam Purnamasari 2007, pengaruh hujan pada bagian lereng-lereng yang terbuka akibat aktivitas makhluk hidup terutama berkaitan dengan adanya budaya masyarakat saat ini dalam memanfaatkan alam berkaitan dengan pemanfaatan lahan tata guna lahan, kurang memperhatikan pola-pola yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penebangan hutan yang seharusnya tidak di perbolehkan tetap saja dilakukan, sehingga lahan-lahan pada kondisi lereng dengan geomorfologi yang sangat miring, menjadi terbuka dan lereng menjadi rawan longsor.

5.5 Implementasi Terhadap Kebijakan Pengelolaan Kebun Kertowono bagian Kajaran.

Penerapan prinsip dan kriteria High Conservation Value Area ’s HCVA’s belum pernah dilakukan pada kebun Kertowono bagian Kajaran sehingga dalam kebijakan sebelumnya belumlah ada upaya-upaya yang mengarah pada kegiatan konservasi baik untuk internal maupun eksternal dalam hal ini masyarakat sekitar. Adanya data mengenai jenis burung dan vegetasi yang dilindungi pada daerah-daerah di kebun Kertowono bagian Kajaran mampu memberikan informasi tambahan dalam pengelolaan kawasan terutama yang terdapat jenis yang dilindungi tersebut. Pendekatan dengan menggunakan SIG Sistem Informasi Geografis meliputi penyimpanan, manipulasi dan penampilan tipe data pemetaan seperti tipe-tipe vegetasi, iklim, jenis tanah, topografi, hidrologi dan iklimcurah hujan menunjukkan korelasi antara elemen abitok dan biotik dalam lansekap, sehingga dapat membantu dalam perencanaan kawasan dalam perlindungan keanekaragaman hayati bahkan mengarahkan upaya ke lokasi-lokasi potensial yang mungkin mengandung spesies langka. Rencana kebijakan pengelolaan kawasan terkait adanya HCVA ’s di kawasan tersebut perlu segera dibuat. Pembuatan rencana kebijakan pengeloaan haruslah bersifat integral dan menyeluruh, artinya rencana kebijakan yang dibuat tidak hanya memperhatikan aspek budidaya dan pemanenan komoditi utama perkebunan tapi juga pengelolaan daerah yang terdapat nilai HCVnya serta aspek eksternal dalam hal ini masyarakat sekitar yang belum mengetahui tentang HCVA ’s. Menurut Sutopo 2008 rencana kebijakan tentang pengelolaan dibuat dengan sebaik-baiknya serta diikuti dengan aksi yang menyeluruh. Perencanaan tersebut dapat diperkuat dengan memanfaatkan data jenis burung dan vegetasi yang dilindungi serta yang sudah masuk dalam daftar CITES. Kegiatan aksi dari rencana strategis dapat berupa kegiatan yang bersifat internal maupun eksternal. Kegiatan yang internal meliputi penetapan daerah yang mengandung nilai HCVA ’s menjadi kawasan perlindungan. Penetapan daerah HCVA ’s di suatu kawasan unit pengelolaan sangat penting dalam rangka pengelolaan daerah tersebut agar menjadi lebih efektif dan efisien. Kegiatan eksternal adalah kegiatan yang melibatkan masyarkat sekitar seperti program-program kegiatan yang mengarah konservasi misalnya pendidikan konservasi dan kegiatan penyuluhan yang dapat dilaksanakan dengan menjalin kerjasama bersama instansi lain yang ahli dalam konservasi. Kegiatan penyuluhan atau pendidikan konservasi dapat berisi penginformasian kepada msayarakat tentang adanya kawasan HCVA ’s di perkebunan dan juga spesies burung dan vegetasi yang dilindungi di kawasan tersebut. Adanya penerapan prinsip dan kriteria kawasan bernilai konservasi tinggi di dalam perkebunan menunjukkan bahwa pengelolaan terhadap kawasan kebun tersebut mempunyai nilai lebih daripada kebun yang tidak menerapkan prinsip dan kriteria kawasan bernilai konservasi tinggi terutama berkaitan dengan kelestarian dan perlindungan sumberdaya alam. Perlindungan keanekaragaman hayati di luar kawasan konservasi merupakan tindakan penting dalam suatu strategi konservasi. Ketergantungan mutlak pada kawasan konservasi merupakan hal yang berbahaya, dimana perlindungan, perhatian dan pengelolaan hanya akan terfokus pada spesies dan komunitas pada kawasan tersebut, sementara keanekaragaman hayati di luar kawasan tersebut dimanfaatkan dengan tidak terkendali sehingga dalam hal ini perkebunan juga mempunyai peranan penting dalam tindakan-tindakan konservasi. Pendanaan dalam pengembangan konservasi bisa berasal dari pemerintah muapun pihak swasta dalam negeri maupun luar negeri sehingga pihak pengelola tidak perlu mengkhawatirkan dengan pendanaan dalam perlindungan keanekaragaman hayati yang berada di kawasannya. Gambar 24 Peta Kawasan HCV

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil klasifikasi dari Citra Satelite Landsat 7

–ETM+ tahun 2004 pada areal Kebun Kertowono bagian Kajaran PT. Perkebunan Nusantara XII di dapatkan ada lima jenis penutupan lahan yang berada pada areal konsesi perkebunan bagian Kajaran yaitu semak belukar seluas 370,99 Ha 33,55 dari luas kebun Kertowono bagian Kajaran, hutan vegetasi rapat seluas 64,39 Ha 5,82 dari luas kebun Kertowono bagian Kajaran, lahan terbuka dan terbangun seluas 15,35 Ha 1,38 dari luas kebun Kertowono bagian Kajaran, lahan basahrawa seluas 4,28 Ha 0,38 dari luas kebun Kertowono bagian Kajaran, dan areal kebun seluas 650,88 Ha 58,85 dari luas kebun Kertowono bagian Kajaran. 2. Letak, dan luas kawasan bernilai konservasi tinggi pada kebun Kertowono bagian Kajaran afdeling Kaliwelang sebagai berikut : hutan Danyang dengan luasan 4,189 Ha, hutan Sumur Windu luasannya 54,728 Ha, Bestik luasannya 5,473 Ha, kawasan sempadan sungai di afdeling Kaliwelang ditambah dengan kawasan riparian lainnya luasannya 72,457 Ha. Lahan basah-Gumuk Winong berada di afdeling Bedengan luasnya 3,115 Ha. 3. Prinsip dan Kriteria High Conservation Value Area`s pada tiap-tiap kawasan : hutan Danyang HCV 1 dan 2, hutan Sumur Windu HCV 1 dan 2, Bestik HCV 1 dan 2, kawasan sempadan sungai di afdeling Kaliwelang ditambah dengan kawasan riparian lainnya HCV 1 dan 4, Lahan basah-Gumuk Winong HCV 1. Spesies burung yang dilindungi menurut kriteria CITES, IUCN dan PP. No 7 tahun 1999 : Aceros undulatus Julang emas dan Pitta guajana Paok pancawarna, Egretta alba Kuntul besar, Egretta garzetta Kontul kecil, Haliaeetus leucogaster Elang laut perut putih, Spilornis cheela Elang ular bido, Pavo muticus Merak hijau, Alcedo meninting Raja udang meninting, Alcedo coerulescens Raja udang biru, Rhipidura javanica Kipasan belang, Megalaima javensis Takur tulung tumpuk, Nectarinia jugularis Burung madu sriganti, Anthreptes malacensis