kuantitas pemesanan 1.940 kg, lebih rendah dibandingkan metode perusahan yang menghasilkan 2.000 kg. Biaya persediaan bahan
baku x dan y dengan teknik LFL dapat dilihat pada Tabel 14 Lampiran 7 dan 8.
Tabel 14. Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan teknik LFL
Bahan Baku
Frekuensi kali
Biaya Pemesanan
Rp Biaya
Penyimpanan Rp
Biaya Persediaan
Rp x
11 3.186.562,50
14.089,80 3.200.652,30 y
12 4.252.500,00
7.900,00 4.260.400,00 Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 7 dan 8
Berdasarkan Tabel 14, biaya penyimpanan pada teknik LFL ini terjadi, karena adanya persediaan awal dan karena pesanan
dilakukan sebesar ukuran kemasan standar, sehingga ada persediaan yang merupakan selisih antara pembelian dan kebutuhan
bersihnya. Total biaya pemesanan bahan baku x dan y dengan metode
LFL masing-masing Rp 3.186.562,50 untuk bahan baku x dan Rp 4.252.500,00 untuk bahan baku y. Biaya penyimpanan yang
dihasilkan Rp 14.089,80 untuk bahan baku x dan Rp 7.900,00 untuk bahan baku y. Dengan menggunakan teknik LFL, didapatkan
total biaya persediaan bahan baku x Rp 3.200.652,30 dan biaya persediaan bahan baku y Rp 4.260.400,00.
4.3.2.2. Teknik EOQ
Teknik EOQ dalam sistem MRP melakukan pemesanan sebesar kelipatan dari EOQ terdekat yang lebih besar dari
kebutuhan bersih. Nilai EOQ merupakan kuantitas optimal dalam
melakukan pemesanan yang diperoleh melalui persamaan EOQ =
H SD
2 Berdasarkan perhitungan dengan rumus EOQ pada Lampiran
9, diperoleh kuantitas ekonomis untuk ukuran lot pesanan
434,657 kg untuk bahan baku x dan 396,234 kg untuk bahan baku y. Namun dalam perusahaan farmasi, pembelian bahan baku
sebagai kelipatan ukuran kemasan standar 25 kg untuk bahan baku x dan 20 kg untuk bahan baku y. Oleh karena itu, besarnya
pemesanan ekonomis menjadi 450 kg untuk bahan baku x dan 400 kg untuk bahan baku y.
Selama periode Maret 2008 – Februari 2009, perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
dengan teknik EOQ, tersaji dalam Tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 teknik EOQ
Bulan Kebutuhan
Kotor kg Persediaa
n Awal kg
Kebutuha n Bersih
kg Pembelia
n kg Persediaan
Akhir kg
Maret 230
250 20
April 225
20 205
450 245
Mei 295
245 50
450 400
Juni 200
400 200
Juli 180
200 20
Agsts 290
20 270
450 180
Sept 135
180 45
Okt 175
45 130
450 320
Nov 195
320 125
Des 250
125 125
450 325
Jan 260
325 65
Feb 265
65 200
450 250
Total 2.700
2.195 980
2.700 2.195
Frekuensi pemesanan kali 6
Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 10 Berdasarkan Tabel 15, secara total jumlah pembelian bahan
baku x yang dihasilkan oleh teknik EOQ sama dengan jumlah pemakaiannya, yaitu 2.700 kg dengan persediaan awal dan akhir
250 kg.
Sedangkan perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim Indonesia yang dihasilkan oleh teknik EOQ
selama periode Maret 2008 – Februari 2009, dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Perkembangan persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 dengan teknik EOQ
Bulan Kebutuhan
Kotor kg Persediaan
Awal kg Kebutuhan
Bersih kg Pembelian
kg Persediaan
Akhir kg
Maret
175
175
400 400
April
170
400
230
Mei
245
230
15 400
385
Juni
155
385
230
Juli
145
230
85
Agsts
225
85
140 400
260
Sept
95
260
165
Okt
140
165
25
Nov
150
25
125 400
275
Des
190
275
85
Jan
200
85
115 400
285
Feb
210
285
75
Total 2.100
2.600 395
2.000 2.500
Frekuensi pemesanan kali 5
Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 11 Berdasarkan Tabel 16, jumlah pembelian bahan baku y yang
dihasilkan oleh teknik EOQ selama periode tersebut 2.000 kg, lebih rendah dibandingkan jumlah pemakaiannya 2.100 kg. Hal ini
terjadi karena pada awal periode perusahaan memiliki persediaan awal sebesar 175 kg dan pesanan dengan teknik EOQ dilakukan
sebesar kelipatan pesanan ekonomi yang disesuaikan dengan ukuran kemasan standar.
Pada awal periode, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki persediaan bahan baku y 175 kg. Di akhir periode, teknik
EOQ ini menghasilkan persediaan bahan baku y 75 kg. Hal ini
dilakukan untuk menjaga minimum balance yang telah ditetapkan 15 kg.
Berdasarkan Tabel 15 dan 16, frekuensi pemesanan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik EOQ adalah 6 kali per
tahun dan bahan baku y 5 kali per tahun. Teknik EOQ menghasilkan total kuantitas pesanan bahan
baku x selama periode Maret 2008 – Februari 2009 sebesar 2.700 kg, lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan yang
menghasilkan total kuantitas pesanan 2.800 kg. Sedangkan pada bahan baku y, total kuantitas pesanan yang dihasilkan teknik EOQ
adalah 2.000 kg, sama dengan total kuantitas pesanan bahan baku y yang dihasilkan metode perusahaan. Total frekuensi pesanan yang
dilakukan dengan teknik EOQ sebesar 5 kali per tahun untuk bahan baku x dan 6 kali per tahun untuk bahan baku y.
Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 17 Lampiran 12 dan 13.
Tabel 17. Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan MRP teknik EOQ
Bahan Baku
Frekuensi kali
Biaya Pemesanan
Rp Biaya
Penyimpanan Rp
Biaya Persediaan
Rp x
6 1.738.125,00
126.214,80 1.864.339,80 y
5 1.771.875,00
164.580,70 1.936.455,70 Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 12 dan 13
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa total biaya pemesanan bahan baku x dengan teknik EOQ Rp 1.738.125,00 dan
bahan baku y Rp 1.771.875,00. Total biaya penyimpanan bahan baku x dengan teknik EOQ sebesar Rp 126.214,80 dan bahan baku
y Rp 164.580,70. Total biaya persediaan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ pada bahan baku x Rp 1.864.339,80 dan
bahan baku y Rp 1.936.455,70.
4.3.3. Analisis Perbandingan Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan