dilakukan untuk menjaga minimum balance yang telah ditetapkan 15 kg.
Berdasarkan Tabel 15 dan 16, frekuensi pemesanan yang dihasilkan dengan menggunakan teknik EOQ adalah 6 kali per
tahun dan bahan baku y 5 kali per tahun. Teknik EOQ menghasilkan total kuantitas pesanan bahan
baku x selama periode Maret 2008 – Februari 2009 sebesar 2.700 kg, lebih besar dibandingkan dengan metode perusahaan yang
menghasilkan total kuantitas pesanan 2.800 kg. Sedangkan pada bahan baku y, total kuantitas pesanan yang dihasilkan teknik EOQ
adalah 2.000 kg, sama dengan total kuantitas pesanan bahan baku y yang dihasilkan metode perusahaan. Total frekuensi pesanan yang
dilakukan dengan teknik EOQ sebesar 5 kali per tahun untuk bahan baku x dan 6 kali per tahun untuk bahan baku y.
Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 17 Lampiran 12 dan 13.
Tabel 17. Biaya persediaan bahan baku x dan y dengan MRP teknik EOQ
Bahan Baku
Frekuensi kali
Biaya Pemesanan
Rp Biaya
Penyimpanan Rp
Biaya Persediaan
Rp x
6 1.738.125,00
126.214,80 1.864.339,80 y
5 1.771.875,00
164.580,70 1.936.455,70 Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 12 dan 13
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa total biaya pemesanan bahan baku x dengan teknik EOQ Rp 1.738.125,00 dan
bahan baku y Rp 1.771.875,00. Total biaya penyimpanan bahan baku x dengan teknik EOQ sebesar Rp 126.214,80 dan bahan baku
y Rp 164.580,70. Total biaya persediaan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ pada bahan baku x Rp 1.864.339,80 dan
bahan baku y Rp 1.936.455,70.
4.3.3. Analisis Perbandingan Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan
Perbandingan hasil pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Boehringer Ingelheim Indonesia selama periode Maret 2008 – Februari 2009
dilakukan dengan membandingkan antara teknik penentuan ukuran lot pemesanan yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan teknik LFL dan
teknik EOQ. Perbandingan ini meliputi beberapa hal, yaitu perbandingan frekuensi
pemesanan, biaya
pemesanan, biaya
penyimpanan dan
perbandingan biaya persediaan yang ditimbulkan oleh masing-masing metode, lalu dilakukan analisis penghematan biaya persediaan yang
dihasilkan oleh masing-masing metode pada bahan baku x dan y. Berdasarkan hasil analisis penghematan tersebut, kemudian akan
ditentukan teknik terbaik untuk direkomendasikan pada perusahaan sebagai alternatif teknik penentuan ukuran lot pemesanan dalam pengendalian
persediaan bahan baku yang efektif dan efisien. Perbandingan biaya persediaan bahan baku x antar metode dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Perbandingan biaya persediaan bahan baku x PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
M et ode Frek.
Pem esanan kali
Biaya Pem esanan
Rp Biaya
Penyim panan Rp
Biaya Persediaan
Rp Perusahaan
7
2.027.812,50 134.839,80 2.162.652,30
LFL
11 3.186.562,50
14.089,80 3.200.652,30
EOQ
6 1.738.125,0
126.214,80 1.864.339,80 Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 3, 7 dan 12
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan bahan baku x terbesar terjadi pada teknik LFL sebanyak 11 kali. Pemesanan dalam teknik
LFL dilakukan sebesar kebutuhan bersih yang disesuaikan dengan ukuran kemasan standar, tanpa persediaan pengaman. Namun di PT. Boehringer
Ingelheim Indonesia, besarnya pesanan dilakukan minimal sebesar kebutuhan bersih ditambah kebutuhan untuk QC sampling. Dalam penelitian ini besarnya
kebutuhan untuk melakukan QC sampling bahan baku x dan y sebesar 1 kg. Oleh karena itu, frekuensi pemesanan dalam teknik LFL menjadi lebih tinggi
dibandingkan teknik perusahaan maupun teknik EOQ. Frekuensi pemesanan terendah terjadi pada teknik EOQ, yaitu 6 kali.
Tabel 19. Perbandingan biaya persediaan bahan baku y PT. Boehringer Ingelheim Indonesia
M et ode Frek.
Pem esanan kali
Biaya Pem esanan
Rp Biaya
Penyim panan Rp
Biaya Persediaan
Rp Perusahaan
9
3.189.375,00 72.419,30 3.261.794,30
LFL
12 4.252.500,00
7.900,00 4.260.400,00
EOQ
5 1.771.875,00
164.580,70 1.936.455,70 Sumber : Data diolah kembali dari Lampiran 4, 8 dan 13
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa teknik LFL menghasilkan frekuensi pemesanan bahan baku y terbesar, yaitu 12 kali. Sedangkan frekuensi
pemesanan terendah terjadi pada teknik EOQ, yaitu 5 kali. Frekuensi pemesanan ini berpengaruh terhadap besarnya biaya pemesanan yang
dihasilkan. Biaya pemesanan tertinggi pada kedua bahan baku terjadi pada teknik
LFL, yaitu Rp 3.186.562,50 untuk bahan baku x dan Rp 4.252.500,00 untuk bahan baku y. Hal ini terjadi karena frekuensi pemesanan pada teknik LFL
relatif lebih besar bila dibandingkan metode lainnya. Sedangkan biaya pemesanan terendah pada kedua bahan baku dihasilkan oleh teknik EOQ yang
menghasilkan biaya Rp 1.738.125,00 untuk bahan baku x dan Rp 1.771.875,00 untuk bahan baku y. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya frekuensi
pemesanan, dimana semakin rendah frekuensi pemesanan, maka biaya pemesanan yang dihasilkan semakin rendah pula.
Biaya penyimpanan bahan baku x terbesar terjadi pada teknik perusahaan, yaitu Rp 134.839,80. Pada bahan baku y, biaya penyimpanan
terbesar terjadi pada teknik EOQ, yaitu Rp 164.580,70. Sedangkan biaya penyimpanan terendah untuk bahan baku x dan y, keduanya terjadi pada
teknik LFL, yaitu Rp 14.089,80 pada bahan baku x dan Rp 7.900,00 pada bahan baku y. Hal ini terjadi karena pemesanan yang dilakukan dengan teknik
LFL sebesar kebutuhan bersih yang disesuaikan dengan besarnya ukuran kemasan standar dengan tetap mempertahankan besarnya kebutuhan untuk
QC sampling, sehingga persediaan dan biaya penyimpanan dengan teknik LFL lebih rendah dibandingkan metode perusahaan maupun teknik EOQ.
Secara total, teknik LFL menghasilkan biaya persediaan terbesar pada bahan baku x dan y, yaitu Rp 3.200.652,30 pada bahan baku x dan Rp
4.260.400,00 pada bahan baku y. Total biaya persediaan terendah untuk kedua bahan baku terjadi pada teknik EOQ, yaitu Rp 1.864.339,80 pada bahan baku
x dan Rp 1.936.455,70 pada bahan baku y. Biaya persediaan tersebut meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Besarnya penghematan biaya
merupakan selisih antara biaya yang dihasilkan teknik perusahaan dengan biaya yang dihasilkan oleh teknik LFL dan EOQ. Persentase penghematan
didapatkan dengan membandingkan antara selisih biaya dengan biaya yang dihasilkan metode perusahaan, kemudian dikalikan dengan 100.
Berdasarkan Tabel 20, diketahui bahwa teknik EOQ mampu memberikan penghematan biaya pemesanan terbesar pada kedua bahan baku,
yaitu 14,29 pada bahan baku x dan 44,44 pada bahan baku y dibandingkan biaya pemesanan yang dihasilkan metode perusahaan. Hal ini
terjadi karena frekuensi pemesanan bahan baku x dan y pada teknik EOQ lebih rendah dibandingkan teknik LFL maupun perusahaan.
Tabel 20. Perbandingan penghematan biaya pemesanan pada bahan baku x dan y antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap
teknik perusahaan
Bahan Baku Penghem at an
LFL EOQ
Selisih Rp Selisih Rp
x
-1.158.750,00 -57,14 289.687,50
14,29
y
-1.063.125,00 -33,33 1.417.500,00
44,44 Sumber : Data diolah kembali dari Tabel 17 dan 18
Berdasarkan Tabel 21, teknik LFL mampu memberikan penghematan biaya penyimpanan terbesar pada kedua bahan baku, yaitu 89,55 pada
bahan baku x dan sebesar 89,09 pada bahan baku y. Hal ini dikarenakan jumlah persediaan bahan baku yang ada di gudang pada teknik LFL lebih
rendah dibandingkan teknik perusahaan maupun teknik EOQ.
Tabel 21. Perbandingan penghematan biaya penyimpanan pada bahan baku x dan y antara teknik LFL dan teknik EOQ terhadap
teknik perusahaan
Bahan Baku Penghem at an
LFL EOQ
Selisih Rp Selisih Rp
X
120.750,00 89,55 8.625,00
6,40
Y
64.519,30 89,09 -92.161,40 -127,26
Sumber : Data diolah kembali dari Tabel 17 dan 18 Berdasarkan Tabel 22, teknik EOQ menghasilkan penghematan total
biaya persediaan terbesar pada kedua bahan baku dibandingkan teknik perusahaan maupun teknik LFL. Pada bahan baku x, teknik EOQ mampu
memberikan penghematan total biaya persediaan 13,79 dari total biaya persediaan bahan baku yang dihasilkan metode perusahaan. Sedangkan pada
bahan baku y, teknik EOQ memberikan penghematan biaya 40,63. Penghematan yang dihasilkan teknik EOQ ini disebabkan oleh adanya
penghematan pada kuantitas pesanan bahan baku.
Tabel 22. Perbandingan penghematan total biaya persediaan pada bahan baku x dan y antara teknik LFL dan teknik EOQ
terhadap metode perusahaan
Bahan Baku Penghem at an
LFL EOQ
Selisih Rp Selisih Rp
x
- 1.038.000,00 -48,00
298.312,50 13,79
y
-998.605,70 -30,62 1.325.338,60 40,63
Sumber : Data diolah kembali dari Tabel 17 dan 18
4.3.4. Alternatif Teknik Penentuan Ukuran Lot Pemesanan