Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku Biaya Persediaan

4. Frigen warehouse : menyimpan produk-produk CFC, dengan suhu di atas 30 C dan dilengkapi dengan exhaust fan. 5. Alcohol storage : menyimpan alkohol dengan suhu di atas 30 C. 6. Label storage : menyimpan label botol, leaflet dan stiker, dengan suhu di bawah 25 C. 7. Flammable storage : menyimpan barang-barang yang mudah terbakar, dengan suhu di bawah 25 C. Bahan baku disimpan di gudang sesuai dengan karakteristik masing- masing. Pengalokasian bahan baku dalam gudang yang telah sesuai, menggunakan randomize system, yaitu bahan baku disimpan secara acak. Bahan baku yang disimpan di gudang diberi kode lokasi yang menunjukkan lokasi penyimpanan barang untuk memudahkan pencarian ketika dibutuhkan.

4.2.5. Pengujian dan Pengawasan Mutu Bahan Baku

Pengujian dan pengawasan mutu bahan baku di PT. Boehringer Ingelheim Indonesia merupakan tanggungjawab departemen QM. Bahan baku yang diterima oleh bagian gudang harus dilengkapi dengan COA dari pihak pemasok. Bahan baku yang diterima dan akan digunakan dalam produksi, sebelumnya dilakukan penarikan contoh oleh bagian QC untuk menguji mutu dan kesesuaian bahan baku sesuai kriteria standar spesifikasi bahan baku. Selanjutnya bahan baku tersebut akan diperiksa spesifikasinya sesuai dengan Raw Material Technical Specification RM-TS yang telah ditetapkan oleh Boehringer Ingelheim corporate. Hasil pemeriksaan dicatat dalam bentuk worksheet dan dibuat Analysis Report AR. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa spesifikasi bahan baku yang datang telah sesuai dengan persyaratan, maka bahan baku akan diterima approved = A, yang menyatakan bahwa bahan baku tersebut dapat digunakan untuk produksi. Tetapi bila hasil analisis keluar dari persyaratan, bahan tersebut akan ditolak rejected = R dan selanjutnya bahan baku akan dikembalikan ke supplier jika ada perjanjian sebelumnya atau dimusnahkan. Pemberian tanda perubahan status dari Q ke A atau R tersebut dilakukan supervisor QC di sistem BPCS, sehingga bagian-bagian terkait seperti gudang dan produksi dapat melihat di sistem komputer tanpa perlu menanyakan ke gudang.

4.2.6. Biaya Persediaan

Biaya persediaan merupakan biaya yang terjadi akibat perusahaan melakukan persediaan atas bahan baku x dan y. Biaya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya- biaya yang timbul didasarkan pada catatan historis perusahaan dan berdasarkan informasi yang relevan. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berkenaan dengan pemesanan bahan baku, sejak dari pesanan dibuat dan dikirim ke penjual, sampai bahan baku tersebut dikirim dan diterima serta diperiksa di gudang perusahaan. Total biaya pemesanan merupakan hasil perkalian antara biaya pemesanan per pesanan dengan banyaknya pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan. Komponen biaya pemesanan per pesanan pada PT. Boehringer Ingelheim Indonesia terdiri dari biaya QC, biaya gudang, procurement cost dan payable accounting cost. Biaya QC adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemeriksaan bahan baku yang diterima dari pemasok agar sesuai dengan spesifikasi bahan baku yang ditetapkan perusahaan. Biaya gudang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penerimaan pesanan, pemeriksaan fisik dan jumlah bahan baku dan pengalokasian ke ruangan QC untuk diperiksa. Procurement cost merupakan biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai frekuensi pemesanan meliputi persiapan yang diperlukan untuk melakukan pemesanan. Sedangkan payable accounting cost adalah biaya pemesanan yang berhubungan dengan pemrosesan pembayaran. Secara rinci komponen biaya pemesanan per pesanan bahan baku x dan y dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen biaya pemesanan bahan baku x dan y PT. Boehringer Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 Jenis Biaya Bahan Baku X y Rp Rp Biaya QC 135.000,00 46,60 131.250,00 37,04 Biaya gudang 92.812,50 32,04 109.375,00 30,86 Procurement cost 30.937,50 10,68 56.875,00 16,05 Payable accounting cost 30.937,50 10,68 56.875,00 16,05 Total biaya pemesanan per pesanan 289.687,50 100 354.375,00 100 Sumber : PPIC, PT. Boehringer Ingelheim Indonesia, pada tahun 2009 Berdasarkan Tabel 4, total biaya pemesanan per pesanan bahan baku paling besar terjadi pada bahan baku y, yaitu Rp 354.375,00 dan bahan baku x Rp 289.687,50. Komponen terbesar biaya pemesanan per pesanan dari seluruh bahan baku, yaitu biaya QC. Biaya QC pada bahan baku x 46,60 dari total biaya pemesanan per pesanannya, sedangkan persentase bahan baku y 37,04 dari total biaya pemesanan per pesanannya. Biaya persediaan lainnya adalah biaya penyimpanan. Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat melakukan penyimpanan bahan baku. Komponen biaya penyimpanan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia meliputi biaya penyusutan obsolescene cost dan biaya modal opportunity cost. Biaya opportunity cost timbul akibat investasi persediaan bahan baku yang sangat dipengaruhi oleh harga per kg bahan baku dan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Biaya ini diperoleh dari perkalian jumlah persediaan bahan baku tiap bulannya dengan harga bahan baku per kg dan nilai suku bunga pada tahun periode tersebut. Komponen biaya penyimpanan bahan baku x dan y dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komponen biaya penyimpanan bahan baku x dan y PT. Boehringer Ingelheim Indonesia periode Maret 2008 – Februari 2009 Jenis Biaya Biaya Penyimpanan Bahan Baku per Tahun Rp kg X y Opportunity cost 330 380 Biaya penyusutan 360 410 Total 690 790 Sumber : PPIC, PT Boehringer Ingelheim Indonesia, pada tahun 2009 Berdasarkan Tabel 5, komponen opportunity cost termasuk biaya yang relevan dalam perhitungan biaya penyimpanan. Opportunity cost pada bahan baku x Rp 690 kg per tahun dan bahan baku y Rp 790 kg per tahun.

4.2.7. Pemakaian Bahan Baku