Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
dijuluki sebagai “Raja Jawa Tanpa Mahkota” serta “Guru Bangsa”, yaitu guru dari
beberapa pemuda hebat yang telah menjadi tokoh-tokoh besar Indonesia dengan berbagai ideologi yang berbeda.
Film ini merupakan biopik dari salah satu pahlawan nasional Indonesia yaitu HOS Tjokroaminoto. Setelah keluar dari sistem tanam paksa di akhir tahun
1800-an, Hindia Belanda Indonesia memasuki babak baru yang memengaruhi kehidupan rakyatnya. Ia menjadi satu-satunya orang yang paling diharapkan untuk
menjadi pemimpin dan menjadi peletak identitas bangsa. Bagaimana seorang Tjokroaminoto menghadapi berbagai rangkaian tragedi yang mengatasnamakan
“Hijrah”, serta bagaimana sepak terjang Tjokroaminoto tidak hanya sebagai politikus yang mana ia menerapkan politik non cooperatif di dalam Sarekat Islam
yang ia pimpin terhadap pemerintahan Belanda dan orang-orang yang tidak sepaham dengannya, tetapi juga sebagai seorang seniman. Di dalamnya juga
mengandung banyak nilai-nilai nasionalisme, dan banyak hal yang bisa masyarakat temukan dalam film tersebut, antara lain nilai-nilai ajaran agama
Islam, unsur sejarah, hubungan sosial dan budaya, juga tentunya pendidikan. Menurut salah satu pemain sekaligus sutradara dalam film
“Guru Bangsa Tjokroaminoto
”, Christine Hakim mengatakan bahwa ia sangat menyesalkan karena sosok Tjokroaminoto yang saat ini sudah mulai dilupakan bahkan nyaris
tak dikenal oleh generasi muda masa kini. Padahal menur ut aktor “Pasir Berbisik”
itu, Tjokroaminoto adalah seorang guru bagi tokoh-tokoh Indonesia yang berperan dalam meraih kemerdekaan bangsa. Ia juga mengatakan bahwa, tokoh-tokoh
muda yang merupakan agent of change agen perubahan, tak banyak tahu soal siapa HOS Tjokroaminoto dan ia berharap semoga jalan cerita film ini bisa
menjadi inspirasi bagi para generasi muda saat ini
5
. Tidak sedikit masyarakat saat ini khususnya pelajar, justru lebih menikmati
pelajaran sejarahnya jika dibuatkan menjadi sebuah gambar yang hidup atau sebuah film, karena di saat itulah penonton akan menikmati dan berimajinasi
tentang film tersebut dengan gambaran yang jelas, walaupun setiap gambar yang disajikan belum tentu semuanya dapat dianggap benar jika dibandingkan dengan
membaca buku sejarahnya, yang tentunya akan membuat para pembacanya akan merasa kantuk dan juga bosan.
Film bergenre drama-biopik ini mendapat apresiasi positif dari banyak kalangan seperti pelajar, mahasiswa, dan juga guru yang ditunjukkan langsung
dengan menyelenggarakan nonton bareng NOBAR di beberapa sekolah dari berbagai daerah serta Pameran Tingkat Nasional, seperti pada awal sampai akhir
bulan Mei 2015 lalu di Museum Pahlawan Nasional Jakarta. Apresiasi positif juga didapat dari sebagian tokoh-tokoh besar di Indonesia. Tak terkecuali, Wakil
Presiden Indonesia Wapres M. Jusuf Kalla mengatakan bahwa, “Tjokroaminoto
pemimpin bangsa yang hebat. Hal ini karena sosok Tjokroaminoto yang dapat memberikan nilai positif, karena itu film biopik ini mampu memberikan nilai-nilai
tauladan dari sosok Tjokroaminoto kepada masyarakat Indonesia ”
6
. Semua ini dapat menjadi tolak ukur awal bahwa, film Guru Bangsa
Tjokroaminoto dapat menjangkau banyak segmen sosial sehingga ia memiliki potensi besar untuk memengaruhi khalayaknya, karena hakikat makna film sendiri
5
“Pemeran Film Tjokroaminoto Komentar Mengenai Industri Perfilman Indonesia,” Edisi 24 April 2015
Artikel d
iakses Pada Hari Jum’at, Tgl 24 April 2015 Pkl. 19.02 Wib Dari Http:M.Wowkeren.ComBeritaTampil0069115.Html
6
“Film Guru
Bangsa Tjkroaminoto
Dipuji Wapres
Jusuf Kalla”,
Http:Lifestyle.Sindonews.ComRead992949158Film-Guru-Bangsa-Tjokroaminoto-Dipuji-Wapres-Jusuf- Kalla-1429761450 Artikel diakses Pada Tanggal 2 Mei 2015 Pkl. 13.40
adalah selain berfungsi sebagai hiburan, juga perpanjangan dari pemikiran dan ideologi pembuatnya. Selain itu, film juga memiliki kelebihan dalam
memengaruhi penontonnya, seperti menimbulkan emosi penonton, sehingga penonton seakan-akan terlibat dalam film tersebut, dan lain sebagainya
7
. Maka dari itu, film ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi
dari sosok guru bangsa Tjokroaminoto terhadap masyarakat yang menontonnya, dan juga bisa memberikan gambaran keadaan pulau jawa yang dijajah oleh
kolonial Belanda pada saat itu khususnya kota Yogyakarta. Dari latar belakang tersebut, penulis memutuskan untuk memahami
penandaan nilai-nilai nasionalisme yang terdapat pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Tjokroaminoto lebih mendalam dengan melakukan kajian analisis
semiotik, yaitu menggunakan teori Roland Barthes yang mana mengkaji tentang makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam film
“Guru Bangsa Tjokroaminoto
”.