Gelar “Guru Bangsa” Dalam Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto”

karna memang julukan itu juga sangat pantas diberikan kepada sang guru para tokoh-tokoh besar Indonesia ini. Film ini ditayangkan pada 9 April 2015 lalu, dan mampu mengambil banyak perhatian khalayak yang ditandai dengan terpilihnya seba gai “Film Terpuji” Festival Film Bandung FFB 2015, pemenang piala Maya 2015, kemudian menjadi pemenang Piala Citra untuk kategori Film Terbaik di malam anugerah Festival Film Indonesia FFI 2015, dan yang terakhir mendapatkan lima piala sekaligus pada malam anugerah Usmar Ismail Award 2016 yaitu dua piala terbaik, dua piala terfavorit dan satu kategori khusus dari Perpusnas RI Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

C. Sinopsis Film “Guru Bangsa Tjokroaminoto”

HOS Tjokroaminoto Tjokro yang lahir dari kaum bangsawan Jawa dengan latar belakang keislaman yang kuat, tidak diam saja melihat kondisi kemiskinan rakyat dan kesenjangan sosial selepas Tanam Paksa dan awal Politik Etis sekitar tahun 1900an. Ia berani meninggalkan status kebangsawanannya dan bekerja sebagai kuli pelabuhan. Tjokro berjuang dengan membangun organisasi Sarekat Islam, yaitu salah satu organisasi resmi bumiputera pertama terbesar, yang mempunyai 180 cabang sampai lebih dari dua setengah juta anggota, dan mampu mengalahkan jumlah anggota organisasi sebelumnya yang pernah ada yaitu Boedi Oetomo. Ia berjuang untuk menyamakan hak dan martabat masyarakat bumiputera yang terjajah. Perjuangan ini menjadi awal lahirnya tokoh dan gerakan kebangsaan, seperti Soekarno, Muso, Semaoen dan Kartosuwiryo. Tjokro adalah intelektual, pandai bersiasat, mempunyai banyak keahlian, termasuk jago silat, ahli mesin dan hukum, penulis surat kabar yang kritis, orator ulung yang mampu menyihir ribuan orang, membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir, dan bertindak untuk menghambat laju gerak Sarekat Islam. Perjuangan Tjokro lewat organisasi Sarekat Islam juga terancam oleh perpecahan dari dalam organisasi itu sendiri. Rumah Tjokro di Gang Peneleh, Surabaya, terkenal sebagai tempat bertemunya tokoh-tokoh bangsa Indonesia kelak. Di rumah sederhana yang berfungsi sebagai rumah kos yang dikelola oleh istrinya, Soeharsikin, Tjokro mempunyai banyak murid muda yang kemudian mempunyai jalan perjuangannya masing-masing, meneruskan cita- cita Tjokro, yaitu : “Bangsa bermartabat, terdidik, dan sejahtera”. Salah satu muridnya di Peneleh adalah proklamator kemerdekaan Indonesia, yaitu Soekarno. Kemudian ia wafat pada hari senin kliwon, 10 Ramadhan 1353 H, atau tepatnya pada tanggal 17 Desember 1934, ketika berumur 52 tahun .

D. Penghargaan Film

Setelah film Guru Bangsa Tjokroaminoto memenangkan tiga piala di Festival Film Bandung FFB 2015 dan tiga piala di Festival Film Indonesia FFI 2015, kembali meraih Anugerah Film Cerita Panjang, Film Bioskop Terpilih Piala Maya 2015, dan yang terakhir mendapatkan lima piala sekaligus pada malam anugerah Usmar Ismail Award 2016 yaitu dua piala terbaik, dua piala terfavorit dan satu kategori khusus dari Perpusnas RI Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bersaing dengan film-film favorit lainnya seperti Surat Dari Praha dan Filosofi Kopi.

E. Profil Dan Karya-Karya Dari Sutradara

Garin Nugroho Riyanto atau yang lebih dikenal dengan Garin Nugroho merupakan salah satu produser dan sutradara Indonesia yang popular di dunia perfilman saat ini. Nama Garin Nugroho mulai dikenal luas setelah film pertamanya yang memiliki durasi terpanjang, yaitu “Cinta dalam Sepotong Roti” pada tahun 1990. Lalu, film keduanya, “Surat Untuk Bidadari” yang rilis di tahun 1992 lalu membawa namanya ke panggung film internasional. Garin Nugroho juga peduli pada masalah lingkungan hidup. Hal tersebut setidaknya tercermin dalam filmnya yang bertema lingkungan, yaitu Under The Tree. Ia juga mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang bernama SET pada tahun 1987. LSM tersebut bertujuan untuk membuat bahasa yang baru, menciptakan spirit penciptaan dan membuat komunitas. Dari LSM tersebut lahirlah sutradara muda, seperti salah satunya yaitu Riri Riza . Dalam hal film, Garin Nugroho memulai kariernya sebagai kritikus film dan pembuat film dokumenter. Ia telah menyelesaikan sedikitnya dua puluh film dokumenter, film pendek dan film panjang. Pada perayaan 250 tahun Mozart, ia terpilih sebagai salah satu dari enam sutradara inovatif dunia untuk membuat film yang kemudian melahirkan Opera Jawa. Di bidang musik, ia sempat membuat video klip January Christy, Titi DJ, Krakatau grup musik, Katon Bagaskara, Paquita Widjaya, Edo Kondologit dan Gong 2000. Salah satu karya video klipnya,