Lahirnya Sang Raja Jawa Tanpa Mahkota
yang bertujuan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan baik, selalu mendesain harapan yang tinggi, merangsang orang-orang di sekitarnya untuk bertindak
kreatif sehingga menumbuhkan keyakinan dan nilai-nilai ideologi yang dibawanya, semuanya itu terekspresikan dalam keyakinan yang kuat serta dapat
menumbuhkan gairahmotivasi yang menginspirasi bagi orang-orang di sekelilingnya.
Tak heran, jika kolonial Belanda pada saat itu menyimpan rasa takut dan kesal yang berlebih dari sosok Tjokroaminoto, karena ia terlihat sangat
“menantang” dan kharismatik. Tjokroaminoto adalah satu-satunya orang yang berani dengan kolonial Belanda, juga berani secara vokal dan terang-terangan
mengatakan Hindia dengan pemerintahan sendiri sejak 1912 , sehingga ia dijuluki dengan si “Raja Jawa Tanpa Mahkota”, karena pembawaannya itulah ia dianggap
seperti seorang raja pada umumnya, hanya saja tidak bermahkota. Maka dari itu, terkait dengan julukan yang diberikan kepada Tjokroaminoto
yaitu “Guru Bangsa” dan sosoknya yang tergambar sangat luar biasa sekali untuk dijadikan panutan atau seorang guru besar, akhirnya keluarga besar
Tjokroaminoto, pemain beserta kru film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” ini memutuskan untuk membuat sebuah memoriam dalam bentuk film drama-biopik.
Sebenarnya, keluarga besar dari Tjokroaminoto sendiri keberatan dengan judul film yang mengangkat nama Tjokroaminoto dengan julukan “Guru Bangsa”,
karena mereka khawatir hal tersebut dianggap terlalu membesar- besarkan „eyang’
mereka . Sampai pada akhirnya keluarga, pemain beserta kru film ini sepakat untuk melakukan Votting. Kemudian nama judul film “Guru Bangsa
Tjokroaminoto” inilah yang diambil oleh kru dan disetujui oleh banyak pihak,
karna memang julukan itu juga sangat pantas diberikan kepada sang guru para tokoh-tokoh besar Indonesia ini. Film ini ditayangkan pada 9 April 2015 lalu, dan
mampu mengambil banyak perhatian khalayak yang ditandai dengan terpilihnya seba
gai “Film Terpuji” Festival Film Bandung FFB 2015, pemenang piala Maya 2015, kemudian menjadi pemenang Piala Citra untuk kategori Film Terbaik di
malam anugerah Festival Film Indonesia FFI 2015, dan yang terakhir mendapatkan lima piala sekaligus pada malam anugerah Usmar Ismail Award
2016 yaitu dua piala terbaik, dua piala terfavorit dan satu kategori khusus dari Perpusnas RI Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.