Haendlift, justru itu adalah sebuah “gertakan” yang diberikan olehnya terhadap penjajah Belanda juga sebuah bentuk “perlindungan dan
pembelaan” terhadap rakyatnya, khususnya dalam hal ini adalah rakyat Jawa.
3 Scene 4
Pada fase ini, scene diteliti ketika Tjokro sudah berada di masa-masa pertengahan dewasa, dimana rasa nasionalismenya yang ada dalam dirinya
sudah tumbuh kuat juga besar terhadap bangsa dan negaranya. Tjokro tidak hanya melakukan perlawanan atas dasar cinta serta setia
saja terhadap bangsa dan negaranya, tetapi juga untuk menjaga dan melindungi rakyatnya dari segala bentuk ancaman yang membuat
ketidaknyamanan rakyatnya. Inilah bentuk nasionalisme yang tergambar dalam scene diatas, yaitu Tjokroaminoto mengajak seluruh rakyatnya agar
tidak diam dalam setiap penindasan yang dilakukan oleh penjajah. Ia menyarankan untuk sama-sama melakukan perlawanan, karena dengan
begitu mereka bisa ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang berguna untuk memajukan bangsa dan negaranya tercinta. Hal ini juga menandakan
bahwa Tjokro mencoba untuk menjaga dan melindungi negara dari segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar, serta ia sudah ikut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang berguna untuk memajukan bangsa dan negaranya.
4 Scene 5 dan 6
Pada fase ini, scene masih diteliti ketika Tjokro sudah berada di masa- masa pertengahan dewasa, di saat ia mengunjungi salah satu anggota
organisasinya Sarekat Islam. Semestinya ada di dalam diri setiap individu beragama maupun bernegara melakukan sebuah perubahan. Sama halnya
dengan apa yang sudah Tjokro lakukan untuk rakyatnya. Ia mempunyai inisiatif tersendiri untuk memajukan rakyat nusantara agar terlepas dari
genggaman penjajah. Walaupun bentuk perubahannya tidak terlalu signifikan, tetapi ia sudah berusaha semampu yang ia bisa, melakukan
perubahan demi kemajuan bangsa dan negaranya. Hal ini pula yang menggambarkan rasa nasionalismenya yang kuat dalam dirinya terhadap
seluruh rakyatnya.
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan oleh penulis pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Tanda-tanda yang digambarkan melalui karakter dan gerak isyarat
tergambar dengan jelas dalam film ini. Akhirnya, karakter dan gerak isyarat dalam film yang menampilkan nilai-nilai nasionalisme bisa dianalisa secara
denotasi, konotasi, maupun mitos. a.
Denotasi Analisis film “Guru Bangsa Tjokroaminoto” ini memiliki makna
denotasi yang menggambarkan sosok Tjokroaminoto yang berasal dari keturunan priyai pangreh praja namun walaupun begitu ia tidak
pernah menuruti apa yang diperintahkan oleh Belanda ataupun dengan orang-orang yang tidak sepaham dengannya. Sampai akhirnya ia
keluar dari jabatan tersebut dan memimpin organisasi Sarekat Islam untuk memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia
dengan berniat membentuk pemerintahan sendiri. b.
Konotasi Makna konotasi yang tersirat dalam film ini adalah sosok Tjokro yang
tidak tega melihat ketidakadilan yang diterima oleh rakyatnya. Semenjak pada saat itu, ia berani melawan penjajah Belanda yang
selalu bertindak semena-mena terhadap rakyat dengan pemikiran-
pemikirannya. Semua itu dikarenakan jiwa nasionalisme dalam dirinya timbul dari semenjak ia remaja sampai beranjak dewasa, yang
mana saat-saat itulah mulai tumbuh sampai menguatnya rasa nasionalisme dalam dirinya.
c. Mitos
Mitos yang terkandung dalam film ini yaitu tindakan-tindakan yang Tjokro berikan kepada seluruh rakyatnya, khususnya rakyat jawa pada
saat itu termasuk dari sikap profesionalitasnya untuk mensejahterakan rakyatnya dan memegang teguh amanatnya yang diberikan kepadanya
sebagai seorang pemimpin. Dari ketiga makna diatas, penulis dapat simpulkan bahwa nilai-nilai
nasionalisme dari seorang tokoh pencetus generasi muda bangsa berbakat yaitu Tjokroaminoto sudah melekat dalam dirinya semenjak ia remaja bahkan sebelum
itu atas dasar agama Islam. Dalam Islam sendiri mengajarkan dan menganjurkan agar setiap muslim harus memiliki sikap nasionalisme.
2. Berdasarkan dari rumusan masalah kedua, penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam beberapa scene yang sudah diteliti, banyak dijumpai sikap- sikap yang menunjukkan nilai-nilai nasionalisme diantaranya seperti
memperjuangkan keadilan, keberanian, pengabdian, serta ketabahan, sehingga semakin menunjukkan terbentuknya sikap nasionalisme yang
tinggi terhadap bangsa dan negara pada tokoh Tjokroaminoto dalam film ini.
B. Saran
Setelah penulis menyampaikan kesimpulan dari analisa diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa saran, yaitu warga negara Indonesia khususnya sineas-
sineas baru, harus lebih kreatif dalam memproduksi sebuah film. Menurut penulis, film dalam bentuk sejarah masih sangat dibutuhkan untuk anak-anak dalam
negeri, karena banyak sejarah Indonesia yang ditutup-tutupi ataupun dihilangkan jejaknya setelah zaman orde baru seperti salah satu contohnya yaitu
Tjokroaminoto. Sehingga tidak jarang masyarakat tidak mengetahui siapa Tjokroaminoto sebenarnya. Tokoh Tjokroaminoto pun dalam film ini diuraikan
sangat singkat demi kebutuhan skenario dan karakter tokoh dalam cerita, sehingga masyarakat hanya mendapatkan tidak begitu banyak informasi umum tentang
dirinya. Warga negara Indonesia juga seharusnya tidak melupakan sejarahnya,
karena dengan apa yang telah dilakukan dan diusahakan oleh para pahlawan pada masa lampau, kita dapat menikmati kemerdekaan tanpa ada lagi kekerasan,
pemberontakan serta ketidakadilan seperti saat ini. Masyarakat pun harus lebih cerdas memilih film-film yang patut untuk ditonton atau sebaliknya. Karena saat
ini sudah banyak film-film yang memang tidak seharusnya untuk ditonton oleh masyarakat khususnya anak-anak di bawah umur serta remaja, yang mana di usia
mereka dapat menyerap cepat pesan-pesan yang disampaikan oleh para tokoh filmnya. Masyarakat pun harus memberikan apresiasi yang besar terhadap para
tokoh pejuang kemerdekaan, dan juga kepada sineas-sineas baru dalam negeri yang saat ini sedang mengepakkan sayapnya di kancah perfilman sampai ke ranah
internasional.