35
5. Profesionalisme Auditor Internal
Dalam menjalankan setiap pekerjaannya, seseorang dituntut untuk bersikap profesional terhadap pekerjaannya, tak terkecuali para internal
auditor.Sikap profesionalisme auditor terkait dengan kepatuhan terhadap etika profesi auditor yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
IAI.Hal ini menuntut auditor untuk memiliki keterampilan umum yang dimiliki auditor pada umumnya, yakni menggunakan sikap profesionalnya
dengan cermat dan seksama.Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan Widiyastuti,
2009. Seorang auditor profesional harus memenuhi tanggung jawabnya
terhadap masyarakat, klien, termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku dengan semestinya. Menurut Jusuf 1997 dalam Widiyastuti 2009,
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional akan meningkat jika profesimenetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat
mengimplementasikan praktik bisnis yangefektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi.
Hall 1986 dalam Sumardi dan Hardiningsih 2002 mengemukakan lima konsep dari profesionalisme, yaitu:
36 a. Hubungan dengan sesama profesi community afiliation, yaitu
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnyaorganisasi formal dan kelompok-kelompokkolega informal
sebagai sumber ide utama dalam melaksanakan pekerjaan. b. Kewajiban sosial social obligation merupakan pandangan tentang
pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c. Keyakinan terhadap peraturan sendiriprofesi belief self regulation, maksudnya bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak memiliki kemampuan dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
d. Dedikasi pada profesi dedication dicerminkan dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap
pekerjaan sehingga kompensasi utarna yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani setelah itu baru materi.
e. Kebutuhan untuk mandiri autonomy demand merupakan suatu pandangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat
keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain pemerintah, klien dan mereka yang bukan anggota profesi. Setiap ada carnpur tangan dari
luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
37 Sikap profesionalisme seorang auditor tentunya sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan kemampuan auditor tersebut dalam melakukan pekerjaannya.Dengan adanya sikap profesionalisme diri
seseorang,tentunya dapat membuat mereka melakukan pekerjaan dengan lebih maksimal. Menurut Arens dan Loebbecke 2009, untuk
meningkatkan profesionalisme, seorang akuntan harus memperlihatkan perilaku profesinya, di antaranya:
a. Tanggung Jawab Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.
b. Kepentingan Masyarakat Akuntan harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme.
c. Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat,
akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan integritas tertinggi.
d. Objektivitas dan Independensi Akuntan harus mempertahankan objektivitas dan bebas benturan
kepentingan dalam melakukan tanggung jawab profesional. e. Keseksamaan
38 Akuntan harus memenuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha
keras untuk meningkatkan kompetensi dan mutu jasa dan melakukan tanggung jawab profesional dengan kemampuan terbaik.
f. Lingkup dan Sifat Jasa
Dalam menjalankan praktik sebagai akuntan publik, akuntan harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional dalam menentukan
lingkup dan jasa audit yang akan diberikan. Sikap profesionalisme juga tentunya dibutuhkan oleh seorang auditor
internal. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang
objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga
Sawyer, 2006:35 dalam Ayu et al., 2015. Untuk dapat menilai apakah sebuah laporan keuangan telah bebas dari salah saji atau kekeliruan
maupun kecurangan, tentunya auditor internal harus menggunakan profesionalismenya sebagai auditor internal. Apabila tidak adanya perilaku
profesional dalam diri auditor internal, maka tentunya akan menjadi sulit untuk mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan perusahaan.
6. Pendeteksian Kecurangan