Auditing Pengaruh Red Flags, Whistleblowing, dan Profesionalisme Auditor Internal Terhadap Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan

21 c. Pembenaran Rationalization Menurut Karyono 2013:10, pelaku kecurangan akan mencari pembenaran seperti: 1 Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang biasawajar. 2 Pelaku merasa berjasa besar terhadap organisasi. 3 Pelaku menganggap tujuannya baik, yaitu mengatasi masalah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teori segitiga fraud ini dapat digunakan sebagai dasar pencegah serta pendeteksian fraud. Hal ini dikarenakan segitiga fraud telah dinyatakan berpengaruh kuat terhadap tindakan kecurangan fraud dalam Karyono 2013, misalnya menentukan bagaimana cara mengetahui tanda-tanda kecurangan red flags melalui pengamatan sikap, tekanan dan pelaku kecurangan, tindakan whistleblowing sebagai langkah preventifserta profesionalisme internal auditor guna mendukung pendeteksian kecurangan dalam laporan keuangan, untuk mengurangi kesempatan hal tersebut dapat terjadi.

2. Auditing

a. Definisi Auditing

Auditing menurut Arens dan Beasley 2010:4 ialah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. 22 Artinya, auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen. Menurut Agoes 2004:3, ia mendefinisikan auditing sebagai berikut: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses pemeriksaan atas laporan keuangan yang dilakukan secara kritis dan sistematis yang didasarkan atas bukti-bukti pendukung yang ada yang dilakukan oleh pihak yang independen dan kompeten yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dan kemudian dikomunikasikan kepada pihak-pihak pemakai laporan keuangan yang berkepentingan. Menurut Boynton, Johnson dan Kell 2009, pada umumnya, terdapat tiga jenis tipe auditor, yaitu 1 auditor independen, 2 auditor internal, dan 3 auditor pemerintah. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 23 1 Auditor Independen Auditor independen biasanya bertindak sebagai praktisi perorangan ataupun anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. 2 Auditor Internal Auditor internal biasanya adalah pegawai dari organisasi yang di audit.Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang dinamakan audit internal dalam suatu organisasi atau perusahaan. 3 Auditor Pemerintah Auditor tipe ini bekerja di berbagai jenis kantor pemerintahan. Seperti Badan Pemeriksa Keuangan BPK RI dan Inspektorat Jenderal Itjen RI. b. Tujuan Audit Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia IAI, 2001, SA Seksi 2001:110.1. Menurut Suharli 2008 audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksanaan audit memiliki tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit adalah: 24 1 Penilaian pengendalian Appraisal of Control Pemeriksaan operasional berhubungan dengan pengendaliann administratif pada seluruh tahap operasi perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif serta mencapai tujuan perusahaan. 2 Penilaian Kinerja Appraisal of Performance Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasi-informasi kuantitatif kemudian melakukan penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja.Penilaian selanjutnya menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkkan kinerja perusahaan. 3 Membantu Manajemen Assistance to Management Dalam pemeriksaan operasional dan ketaatan maka hasil audit lebih diarahkan bagi kepentingan manajemen untuk penampilannya. Dan hasil merupakan rekomendasi-rekomendasi atas perbaikan-perbaikan yang diperlukan pihak manajemen. c. Standar Auditing Standar auditing ditetapkan dalam PSA No. 01 SA Seksi 150 sebagai berikut: 1 Standar Umum a Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini menegaskan bahwa betapa tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan 25 a keuangan, auditor tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. b Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar ini menurut auditor untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan keahlian profesional. 2 Standar Lapangan a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam membuat perencanaan dan melakukan supervisi. b Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat saat lingkup pengujian yang akan dilakukan. Standar 26 inimenjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian internal dan bagaimana cara auditor mempertimbangkan pengendalian internal seperti dalam merencanakan dan melaksakan suatu audit. c Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3 Standar Pelaporan a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b Laporan auditor harus menunjukkan jika ada ketidakkonsistenan penerapan-penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal material. 27 d Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

3. Red Flags