Dengan gambaran diatas dapat difahami faktor yang memepengaruhi perilaku pada seseorang meliputi faktor internal dan eksternal. Yang
termasuk kedalam perilau internal adalah manusai sebagai pelaku akhlak, insting, kehendak dan suara hati. Sedangkan faktor eksternal adalah
mencakup keturunan, pergaulan dan lingkungan.
3. Indikator Perilaku Siswa
Agama islam sebagai agama yang sempurna memiliki seorang Rasul yang mulia, Rasulullah selain di utus untuk menbarkan ajaran agama islam
beliau juga di utus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Di dalam islam akhlak atau perilaku di bagi menjadi tiga yang meliputi, hubungan
individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesame manusia, hubungan individu dengan lingkungan.
Perilaku yang religius atau islami sepanjang ajaran agama berkisar pada perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal maupun
horizontal terhadap sesama makhluk.
25
Adapun Indikator perilaku menurut Moh. Ardani dalam bukunya antara lain sebagai berikut:
a. Hubungan individu dengan Allah diantaranya Shalat dan Shaum b. Hubungan individu dengan sesame manusia antara lain berbuat
baik kepada orang tua, berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada diri sendiri.
c. Hubungan individu dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan dan memelihara tanaman dan hewan.
26
Berdasarkan pendapat diatas dapat di tentukan bahwa indikator perilaku siswa yaitu:
a. Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugrahkan kedudukan
terhormat pada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain.
25
M. Hafi, Dasar-dasar Ilmu Jiwa, Surabaya: Usaha Nasional, 1991, Hal. 48
26
Moh. Ardani, op.cit. h. 49-57
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang
memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba
Allah. Dalam
kehidupan sebagai
khalifah, manusia
memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus
melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya.
Untuk itu,
manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika
manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah. Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan
Allah, terdapat
dua pola hubungan
manusia dengan
Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah
Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu sambil
mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang
tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.
Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan
dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka
pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.” Q.S. Adz-Dzariat, 51:56
Dari penjelasan dia ats maka wajiblah manusia mengadakan hubungan kepada Allah yang mencerminkan pemhambaan diri,
tunduk, dan menyerahkan semua keputusan di dalam kehidupannya kepada Allah SWT.
Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama direalisasikan dalam ibadah shalat, shaum dan lainnya.
1 Shalat Shalat secara Bahasa adalah doa. Adapun secara istilah sholat
adalah perbuatan yang diajarkan oleh syara’ yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.
27
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang wajib dikerjakan oleh setiap mukallaf. Shalat fardhu sebagai ibadah paling utama
yang banyak
mengandung faidah
dan hikmah
bagi yang
mengerjakannya, diantaranya adalah shalat dapat memberikan ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatana keji dan munkar serta
menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Al-Ankabut ayat 45.
“Bacalah apa yang diwahyukan keapdamu, yaitu al-Kitab Al- Qur’andan dirikan shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah
dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari
ibadat-ibadat lain dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Q.S Al-Ankabut, 29:45
2 Shaum Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat dan beberapa syarat.
28
Sebagaimana Allah berfirman:
27
M. Hafi Anshari. Op cit. hal. 149
28
Ibid, hal. 172
“Dihalakan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasaanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campuri mereka dan ikutilah apa yang ditetapkan Allah untukmu, makan
dan minumlah hingga terang bagimu dari benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian semprnakannlah puasa itu
sampai datang malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” Q.S. Al-Baqarah, 1:187
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagaimana Firman Allah
swt:
“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diawajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa” Q.S. Al-Baqarah, 1:183 Perintah yang terkandung dalam ayat diatas adalah puasa
Ramadhan itu diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu Bulan penuh di bulan Ramadhan, adapun hikmahnya yang dapat
diambil sebagai berikut: