Pengaruh Pembelajaran Akidah Akhlak Terhadap Perilaku Siswa Kelas V SDI Darul Mu'minin Ciledug Kota Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah SatuSyaratMencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Syifa Fauziyah 1111011000089

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Pembelajaran Akidah Akhlak memiliki pengaruh penting dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Kerapkali kemunduran anak di sekolah sering disebabkan oleh keadaan pembelajaran di sekolah. Melalui pembelajaran akidah akhlak maka akan sangat membantu anak untuk berprilaku yang baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya pembelajaran akidah akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak berdasarkan study penelitian si SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap perilaku siswa, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak.

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa perilaku siswa memiliki ketergantungan terhadap pembelajaran akidah akhlak. Dari asumsi tersebut, maka diajukan suatu hipotesis bahwa “ semakin efektif pembelajaran akidah akhlak di sekolah maka semakin baik perilaku siswa ”. Untuk membuktikan hipotesis tersebut, di adakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan angket dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis datanya melalui analisis regresi.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh hasil bahwa : 1 pembelajaran akidah akhlak mencapai kualifikasi tinggi (skor 4.24); 2 realitas perilaku siswa mencapai kualifikasi tinggi (skor 3.96); realitas pengaruh antar keduanya : a) realitas korelasinya termasuk tinggi (skor 0,74); b) kadar pengaruhnya 54,8% dan masih ada 45,2% di pengaruhi oleh faktor lain yang mempengaruhinya; c) hipotesisnya di terima (thitung 10,3 > ttable 1,98)


(6)

v

Learning Akidah Akhlak has important influence in relation to the child's education. These setbacks in school is often caused by circumstances of learning at school. Through the moral soundness of learning it will be very helpful for children to behave is good or berakhlakul karimah. Good bad the moral soundness of plundering of learning affect against the student behavior, because the school participated in an attempt to form a child's character is based on a research study the SDI Darul Mu'minin Ciledug Tangerang.

This research aims to find out whether there is influence between the Moral soundness of Learning towards student behavior, how big the contributions provided, and whether it has significance or not.

In this study it is assumed that the student as a dependency behavior towards learning moral creed. From that assumption, then proposed a hypothesis that "the more effective learning moral creed at school then the better student behavior". To prove the hypothesis, in the conduct of research using quantitative methods, and techniques where data retrieval is done with question form and questionnaire. While its data analysis techniques through regression analysis.

Based on the results of the analysis of the data obtained results that: l). learning moral creed qualify high (score 4.24); 2). Reality of student behavior accomplishing high qualifications (score 3.96); the reality of influence between the two: a) the reality correlation including high (score 0.74); b) levels of influence 54.8% and still no 45.2% in influence by other factors that affected him; c) whose hypotheses in receive (10.3 thitung> ttable1.98)


(7)

vi

telah memberikan banyak rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam tidak lupa saya kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, makhuk mulia yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah SWT. Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Nasril Latief dan Ibunda Rodiyah Widyaningrat,atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan kasih sayang. Semoga kita selalu dikumpulkan dalam rahmah-Nya di dunia maupun di akhirat.Allahumma ij’alna jam’an hadza jam’an marhuman wa tafarruqana mim ba’dihi tafarruqan ma’shuman.

Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Marhamah Saleh. Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag Dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.


(8)

vii

dan Gina Rahelia Maqbillah, serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan mendoakan kepada penulis selama ini.

7. Teruntuk Darojatul Adzkaa, Deri Ardito Satria dan Nisa Colica Sri Rizki kalian adalah sahabat-sahabat super terimakasih sudah menjadi sahabat sekaligus pembimbing skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini selesai. 8. Sahabat-sahabat ku Iis Sudiyanti, Huda Tsaniati Zidni, Astrid Brenda

Maharani Chaniago, Nada Rohmah, Nuni Nuraeni Zahro, Fitri Alfiani, Anila Safitri, serta Sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Teman-teman PSM UIN Jakarta Opera, Subito, Isaka, Laja, Tehyan, Mujazz, Gupa, Parda, Lullaby, Gisti, Apis, Adante, Mpo Tira, Guji, Orato, Senandung, Angelom, Onike, Laning, Miwaltz, Ody, Landu, Tembang, Sabrin, serta teman-teman PSM yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih sudah memberikan warna yang berbeda dalam proses pengerjaan skripsi ini, canda, tawa, tangis, serta berbagai pengalaman yang kita jalani bersama sangat berharga tak ternilai harganya dan akan selalu di kenang. Saya bangga menjadi bagian dari kalian PSM UIN Jakarta.

10. Teman-teman seperjuangan PAI C 2011yang senantiasa membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik motivasi dan doa dari kalian semua.

11. Adik-adik kelas V SDI Darul Mu’minin yang telah mendukung proses berjalannya penelitian.


(9)

viii

Jakarta, 22 Juni 2016


(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……...……… ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ………. iii

ABSTRAK ……….. iv

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL ……… xi

BAB I PENDAHULUAN

……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah………. 7

C. Pembatasan Masalah……… 7

D. Rumusan Masalah……… 8

E. Tujuan Penalitian………. 8

F. Kegunaan Penelitian………. 8

BAB II KAJIAN TEORI

……….

10

A. Tinjauan Pembelajaran Akidah Akhlak ……… 10

1. Pengertian Pembelajaran AkidahAkhlak ………... 10

2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ……….. 14

a. Ruang Lingkup Akidah ………. 14

b. Ruang Lingkup Akhlak ………. 15

3. Aspek-aspek Akidah Akhlak ……….. 17

a. Aspek Akidah ………... 17

b. AspekAkhlak ………... 17


(11)

x

1. Pengertian Perilaku ………. 21

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa …………... 23

3. Indikator Perilaku Siswa ……….…… 26

a. Hubungan Manusia dengan Allah ………. 26

b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia ………. 30

c. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar ……...…………. 34

C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Perilaku Siswa .. 37

D. Penelitian yang Relevan……… 37

E. Kerangka Berpikir ………..………….. 39

F. Hipotesis Penelitian ……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN

………. 41

A. Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 41

B. Metode Penelitian ………. 41

C. Variabel Penelitian ……… 42

D. Populasi dan Sample ………. 42

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 42

F. Teknis Analisis Data ………. 45

G. Hipotesis Statistik ……….. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN

………...……….. 49

A. Profil Darul Mu’minin ……… 49

B. Deskripsi Data ……… 51

C. Analisis Regresi Linier Sederhana ………. 70

D. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t)………. 77


(12)

xi

DAFTAR PUSTAKA………... xiii


(13)

xii

Tabel 2 Pemahaman siswa terhadap materi Aqidah Akhlak………... 52

Tabel 3 Guru mengajarkan agar selalu menghormati kedua Orang tua…… 52

Tabel 4 Guru menggunakan metode saat belajar………. 53

Tabel 5 Siswa mengerti pelajaran yang disampaikan Guru ………. 53

Tabel 6 Suasana belajar Aqidah Akhlak………. 54

Tabel 7 Guru menggunakan metode ceramah ………. 54

Tabel 8 Guru menggunakan metode tanya jawab……….. 55

Tabel 9 Guru memberikan pertanyaan di akhir pelajaran……….. 55

Tabel 10 Guru memberikan latihan soal setelah menyampaikan materi….. 56

Tabel 11 Guru Aqidah Akhlak memberikan tugas pada pertengahan semester.56 Tabel 12 Guru Aqidah Akhlak menilai tugas siswa……….…………. 57

Tabel 13 Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar……… 58

Tabel 14 Siswa mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru……. 58

Tabel 15 Suasana belajar menyenangkan dan tidak membosankan…………. 58

Tabel 16 Daftar jawaban responden untuk Variabel X ……… 59

Tabel 17 Siswa langsung melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang .. 61

Tabel 18 Siswa mengerjakan sholat Sunnah……… 61


(14)

xiii

Tabel 23 Jika bertemu dengan Guru siswa memberikan salam………... 64

Tabel 24 Siswa membantu temannya ketika mengalami kesulitan………….. 64

Tabel 25 Siswa membiarkan temannya ketika sedang tidur di kelas………... 65

Tabel 26 Siswa memarahi temannya yang meminta maaf………... 65

Tabel 27 Siswa mengerjakan PR di rumah……….. 66

Tabel 28 Siswa membuang sampah pada tempatnya……….….. 66

Tabel 29 Siswa turut memelihara tanaman agar dapat tumbuh dengan baik ... 67

Tabel 30 Siswa membiarkan tanaman tumbuh tanpa perawatan………….….. 67

Tabel 31 Siswa tidak menyakiti hewan yang ditemui……….…. 68

Tabel 32 Siswa mengganggu hewan……… 69

Tabel 33 Daftar Jawaban Responden untuk Variabel Y ……….. 69

Tabel 34 Tabulasi Data Penelitian………... 65

Tabel 35 Tabel Variable yang di masukkan………. 69

Tabel 36 Nilai Korelasi……… 70

Tabel 37 Table ANOVA……….. 70


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan setiap manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikan manusia mampu mengangkat harkat martabat dirinya menuju kepada peradaban budaya dan pola berfikir yang lebih maju, dinamis dan ilmiah.

Berkaitan dengan pendidikan yang berlandaskan ketuhanan, pendidikan Agama Islam merupakan upaya untuk menanamkan ajaran Agama Islam kepada manusia, salah satunya adalah mempelajari dan menanamkan Akidah dan Akhlak yang baik agar tercermin pribadi muslim yang baik, selain dipelajari akhlak tersebut wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Akhlak adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing) terutama dalam aspek Akidah (tauhid) dan Akhlak, terampil melakukan ajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being) sehingga mencerminkan ajaran Agma Islam yangRahmatan lil alamin.1

Ajaran Islam membimbing umat manusia dimulai dengan memperbaiki akhlak. Apabila akhlak manusia baik, maka keluarga, masyarakat dan bangsanya akan baik pula. Islam senantiasa mengajarkan agar setiap umat selalu berusaha memperbaiki akhlak pribadi dan masyarakatnya. Lingkungan masayarakat yang rusak agar segera di ubah akhlaknya, sehingga perbuatan dan perilakunya menjadi baik.

1


(16)

Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan terpengaruh hal-hal yang negatif. Dalam Agama Islam telah diajarkan kepada semua pemeluknya agar dirinya menjadi manusia berguna untuk dirinya serta berguna bagi orang lain. Manusia yang berakhlak dapat menghiasi dirinya dengan sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia yang shaleh dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas kepribadiaanya sesuai dengan tuntunan Allah SWT. dan Rasul-Nya.

Perhatian terhadap pentingnya akhlak itu semakin kuat, yaitu disaat manusia dizaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang serius, kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang lain tumbuh subur di wilayah yang tak berakhlak. Korupsi, kolusi, penodongan, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, tawuran antar pelajar dan warga, dan perampasan hak-hak asasi manusia pada umumnya terlalu banyak yang dapat dilihat dan disaksikan. Cara mengatasianya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan penenangan dibidang mental spiritual (menanamkan akidah yang kuat) dan akhlak yang mulia.2 Seiring berkembangnya ilmu sains dan teknologi, membuat manusia terseret ikut tenggelam dalam dunia yang transparan tanpa rahasia. Manusia dihadapkan pada perubahan cepat dalam berbagai dimensi kehidupan.3

Banyak hal yang melatarbelakangi perubahan atau kemerosotan perilaku mental akidah dan akhlaknya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yang ironisnya lagi melanda siswa dimana nilai-nilai akhlakul karimah atau akhlak terpuji sudah sering ditinggalkan seperti adab kepada Allah, orang tua, guru, teman, makhluk lainnya, kurang sopan, berkata kasar/jorok, berbohong, rasa 2

Aminuddin dkk,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), h. 157 3

Zakiah Drajat,Remaja Harapan dan Tantangan ,(Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 1995) h.51


(17)

takut kepada selain Allah yang secara berlebihan dan lain-lain. Pada zaman sekarang dari sudut akhlak mulia kita mengamati fenomena yang memprihatinkan. Dihadapan mata kita terpampang realitas yang sering tidak masuk akal. Akhlak mulia dan budi pekerti luhur baik pada tingkat individual maupun sosial, seolah-olah tenggelam. Kemerosotan akhlak di kalangan masyarakat makin menjadi-jadi.

Menurut Mudzakin Hafidz dalam artikelnya tentang perbedaan siswa zaman dahulu yaitu di era 90 an kebawah dengan siswa sekarang yaitu di akhir 90an hingga sekarang. Menurut opininya siswa zaman dahulu seperti: 1. Lebih patuh dan hormat kepada guru dan senantiasa menjaga

kesopanannya.

2. Ketika diberitahu/dinasehati mendengarkannya dengan seksama.

3. Lebih perhatian kepada guru, jika ada guru yang sakit langsung menjenguknya

4. Ketika diperintah guru langsung mendengarkan dan bahkan malu kalau ke sekolah sebelum mengerjakan tugas tersebut

5. Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat menghormatinya, meskipun guru itu kadang keras.

6. Mengganggap hukuman adalah pelajaran dan konsekuensi dari sebuah kesalahan.

Siswa Sekarang:

1. kurang menghormati guru bahkan cenderung berani

2. Ketika diberitahu/dinasehati tidak langsung mendengar bahkan kadang membantah

3. Kurang perhatian kepada guru, bahkan lebih senang kalau gurunya tidak hadir.

4. Ketika diperintahkan guru untuk mengerjakan tugas, menggerutu, kalau SD ia meminta tolong kepada orang tua/guru kelasnya


(18)

6. Kalau dihukum/diberitahu malah menantang, bahkan tidak jarang jika dihukum malah senang.

7. Menganggap guru sebagai teman, bukan orang tua. bahkan tak jarang ada yang panggil bukan sebagai pak guru misalnya dibeberapa sekolah SMA memanggil dengan gurauan

Dan ada beberapa hal yang mempengaruhi keadaan perilaku siswa seperti sekarang:

1. Karena arus informasi dan teknologi, sehingga mempengaruhi pemikiran para siswa.

2. Karena keikhlasan guru mulai luntur, guru sekarang seperti jualan ada uang ada barang, coba kita perhatikan guru dulu diberi berapapun ia tetap ikhlas. hal ini mempengaruhi martabat dan kehormatan guru.

3. Guru lebih takut pada orang tua, terutama pada sekolah-sekolah yang berbiaya mahal, karena disana murid adalah nasabah, sebagaimana nasabah dalam Bank, yang harus dihormati dan dilayani.

4. Kurangnya sifat keteladanan pada guru, murid dilarang merokok, guru merokok, murid dilarang mencontek, guru malah memberitahu dll.

5. Guru takut pada hukum dan peraturan secara berlebihan, sehingga cenderung membiarkan saja ketika siswanya kurang benar. bahkan kadang guru merasa bingung untuk berbuat ketika salah satu siswanya berulangkali melanggar.4

Demikian opini yang disampaikan oleh Mudzakin Hafidz berkaitan dengan keadaan siswa dahulu dan siswa saat ini.

Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan masayarakat. Karena sepintar-pintarnya seorang anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik maka tidak dapat mencerminkan kepribadian yang baik pula. Masalah akhlak merupakan masalah yang penting

4

Mudzakin Hafidz, Membandingkan siswa dahulu dan siswa sekarang, https://ideguru.wordpress.com/2010/04/14/membandingkan-perilaku-siswa-dulu-dan-siswa-sekarang/, di akses pada 30 Desember 2015, Jam 00.00 WIB


(19)

bagi ajaran Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah SWT dan masyarakat. Semua itu tidak dapat dipungkiri perkembangan keduanya merupakan hasil dari pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran sangat dibutuhkkan oleh manusia karena tanpa pendidikan dan pengajaran manusia bisa terjerumus dalam jurang kehancuran, serta akan selalu mengedepankan hawa nafsunya saja. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. sepatutnya manusia harus dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang buruk. Akhlak merupakan sifat yang meresap dalam jiwa yang mencerminkan prilaku spontan tanpa dibuat-buat. Seseorang yang berakhlak baik maka ia akan mendapatkan ketenangan, kebahagiaan dan kemashlahatan baik bagi dirinya maupun orang lain.

Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran Akidah Akhlak merupakan tahap dasar penerapan keyakinan dan juga bagian integral dari sistem pendidikan nasional.5 Memang pendidikan akhlak di Sekolah bukanlanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terhadap tingkah laku siswa. Namun di samping itu, pendidikan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan tingkahlaku siswa. Pendidikan akidah dan akhlak merupakan dasar dari setiap pendidikan, juga merupakan pondasi serta benteng dari perkembangan zaman yang tidak lepas dari budaya luar yang menyesatkan.

Maka dari itu, pendidikan Akidah Akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam pembentukan tingkah laku siswa. Sebab dalam pendidikan Akidah akhlak ini siswa tidak hanya diarahkan kepada kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat.

Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan akidah akhlak dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah laku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).

5

Hasbullah,Dasar-dasar Ilmu Pendidikann,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2005) Cet ke-4, h. 174


(20)

Dan untuk mewujudkan tujuan di atas tentunya harus di tunjang dengan berbagai faktor, seperti guru atau pendidik, lingkungan, motivasi dan sarana yang relevan. Perkembangan dan pertumbuhan tingkahlaku siswa berjalan cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana faktor–faktor pendidikan Akidah Akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin. Dalam hal ini, lembaga sekolah tidak hanya menyangkut kecerdasan anak semata, melainkan juga menyangkut tingkah dan perilaku serta kepribadian anak.

Karena melihat pembelajaran Akidah Akhlak penting ditanamkan sejak dini, maka sekolah merupakan salah satu tempat membina, mempersiapkan anak didik dan tempat anak bergaul teman sebaya serta tempat berkumpul para guru. Oleh karena itu, sangat perlu sekali jika pembinaan perilaku tersebut dilakukan melalaui pembelajaran Akidah Akhlak di sekolah, di samping dalam kehidupan keluarga, karena pembelajaran Akidah Akhlak banyak memuat materi-materi yang mengarahkan siswa untuk selalu bertingkah laku baik dan menjauhkan tingkah laku yang buruk.

Sekolah Dasar Islam Darul Mu’minin adalah salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang ingin mencetak para siswanya agar mempunyai akhlak yang mulia karena seseorang yang berakhlak mulia sudah tentu dilandasi dengan akidah yang kuat. Dalam materi Akidah Akhlak kelas V SD terutama di sekolah SDI Darul Mu’minin pada materi akidah terdapat materi kalimat thayyibah, Asmaul Husna, ciri-ciri beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya. Sedangkan pada materi akhlak terdapat pembelajaran mengenai akhlak terpuji dan tercela, adab bekerja dan adab kepada orang tua, dan sifat optimis. Dari penjabaran materi tersebut siswa kelas V SDI Darul Mu’minin diharapkan dapat mengaplikasikan pembelajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-hari.

Atas dasar alasan tersebut diatas maka penulis mencoba mengangkatnya dalam bentuk penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Perilaku Siswa Kelas V SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang”, untuk melihat sejauh mana terdapat pengaruh


(21)

yang signifikan antara pembelajaran Akidah Akhlak dalam upayanya membentuk perilaku peserta didiknya yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah sebagai akhlak yang terpuji sesuai dengan ajaran agama islam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Akidah Akhlak kurang memberikan kontribusi dalam membentuk perilaku siswa, disebabkan kurangnya pendidikan akhlak yang diterima siswa

2. Pendidikan agama khususnya pembelajaran Akidah Akhlak kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat. 3. Karena arus informasi dan teknologi yang begitu bebasnya sehingga

mempengaruhi pemikiran para siswa.

4. Banyaknya siswa yang mempelajari Akidah Akhlak namun belum terbentuk perilaku yang mencerminkan muslim yang teladan.

5. Perilaku siswa yang telah dilanda problem akan berdampak pada masa depannya.

C. Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas terdapat berbagai penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas dan pemabahasannya lebih terarah maka penulis membatasi peneliatian ini hanya pada penguasaan siswa terhadap materi Akidah Akhlak yang telah dipelajari di SDI Darul Mu’minin khususnya kelas V, sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak yang dimaksud adalah penguasaan materi Akidah Akhlak dalam pengetahuan siswa, pemahaman siswa, penerapan siswa, pada mata pelajaran akidah kahlak di SDI


(22)

2. Perilaku siswa yang dimaksudakan adalah setiap gerak-gerik siswa sebagai hasil belajar materi Akidah Akhlak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran Akidah Akhlak di SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang?

2. Bagaimana perilaku siswa di SDI Darul Mu’Minin Ciledug Kota Tangerang?

3. Adakah pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak di SDIDarul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Akidah Akhlak di SDI Darul Mu’mininCiledug Kota Tangerang

2. Untuk mengetahui perilaku siswa di SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak di SDI Darul Mu’mininCiledug Kota Tangerang

F. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini berguna untuk:

1. SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang, dalam mengetahui pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak terhadap perilaku sisa


(23)

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para upendidik dalam menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh terhadap perilaku diSDI Darul Mu’mininCiledug Kota Tangerang


(24)

10

A. Tinjauan Pembelajaran Aqidah Akhlak

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.1 Dalam pemebelajaran Aqidah Akhlak pembelajaran yang berisi dapat dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak islami sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.

Kata Aqidah secara etimologi berasal dari Bahasa Arabﺪﻘﻋ ,ﺪﻘﻌﯾ ,ةﺪﯿﻘﻋ yang berarti menghubungkan ujung sesuatu dengan ujung sesuatu lainnya sehingga menjadi suatu ikatan yang kuat dan sulit terbuka.2

1

Wikepedia,Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan,

https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran,diakses pada 23 November 2015, jam 10.24 WIB 2


(25)

Adalapun secara istilah adalah menurut Sutrisna dan Rafi’udin dalam bukunya mengatakan bahwa Aqidah: suatu kesatuan keyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya, Kitab–Nya, Rasul-Nya hari pembalasan dan Takdir baik dan buruk semuanya dari Allah. Dan ini merupakan syarat tercapainya penghambaan diri dan diterimanya semua amal manusia.3

Sedangkan Syekh Al-Banna menyatakan Aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikannya kepercayaan bersih dari kebimbangan.4Menurut ahli tafsir Indonesia M. Quraisy Shihab dalam bukunya Wawasan AlQur’an ia mengatakan bahwa pokok-pokok Al-Qur’an yang diturunkan Allah dan Rasulnya terdapat bab keimanan menyangkut tentang: Tuhan, Kenabian, takdir, kematian, hari akhir dan keadilan serta kesejahteraan.5Dengan kata lain, keyakinan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan keyataannya yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh maka tidak dinamakan aqidah karena. Dinamakan Aqidah, karena orang mengikat hatinya diatas hal tersebut.

Berdasarkan kutiapan tersebut diatas, maka ayat dapat dijadikan dasar dalam Aqidah adalah dalam firman Allah:

                                                                    

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka

3

Sutrisna & Rafi’udin,Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja,(Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), h. 33.

4

A. Syihab,Aqidah AkhusSunnah,(Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 1 5


(26)

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. An-Nisaa,4:135)

Dari berbagai pendapat diatas mengenai Aqidah, dapat diketahui bahwa pengertian Aqidah adalah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian keimanan, karena pokok-pokok ajaran yang disampaikan sama. Yaitu mengenai kepercayaan kepada Allah SWT. kepada malaikat-malaikatnya, kepada kitab-kitabnya, kepada rasul-rasulnya, kepada hari akhir dan takdir. Dan menurut pendapat lainnya aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.6

Menurut Ali Abdul Halim Mahmud (2004:28) dengan merujuk pada pendapat Imam al-Ghazali, mengatakan menurut Bahasa kata al-Khalaq (fisik) danal-Khuluq(Akhlak) adalah dua kata yang sering dipakai secara bersamaan. Seperti redaksi Bahasa Arab ini, “Fulan husnu al-khalaq wa al-khuluq” yang artinya: “seseorang baik lahirnya dan batinnya “ sehingga yang dimaksud al-khalaqadalah bentuk lahirnya. Hal ini karena manusia yang tersusun dari dua unsur fisik dan non fisik. Unsur fisik dapat dilihat oleh mata kepala. Sedangkan unsur non fisik dpat dilihat oleh mata batin. Dimana kedua-duanya membbawa bentuk dan gambaran ada yang buruk dan ada pula yang baik. Dan jiwa yang di tangkap oleh mata batin ini lebih tinggi nilainya daripada fisik yang ditangkap dengan mata kepala.7

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia. 8Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini umumnya datang dari Ulama-ulam islam

6

Heri Gunawan,Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi,(Bandung, Alfabeta, 2012), h. 4

7

Ibid,h. 5 8

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA,Akhlak TasawufI, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2012, cet. Ke-11, h. 156


(27)

yang cenderung pada akhlak seperti Ibnu Maskawih. Menurut Ibnu Maskawih akhlak adalah perangrai itu adalah keadaan gerakan jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran.9Dan al-Ghazali juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran dari keadaan di dalam jiwa yang tertanam kokoh (terintenalisasi), dimana perilaku menyandar padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.10

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya. (1) Meluaskan lingkungan fikiran, (2) Berkawan dengan orang yang terpilih, (3) Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa, (4) Mendorong diri agar selalu berperilaku baik, (5) Membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.11

Sebagaimana pendapat-pendapat yang berkembang dimasyarakat bahwa aqidah akhlak adalah suatu hal yang dapat berdiri sendiri maka penulis mempunyai kesimpulan bahwa antar aqidah dan akhlak dalah suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Dan hubungannya penulis dapatkan sebagai berikut:

1) Akidah merupakan pondasi dasar untuk manusia mengerti segala keyakinan pada suatu yang telah digariskan oleh Allah SWT. Apabila manusia mengikuti garis-garis tersebut ia tidak akan celaka.

2) Sementara Akhlak yang mempunya arti tingkah laku, watak, tabiat, moral atau budi pekerti yang dihasilkan secara sadar, dari usaha-usaha manusia untuk berbuat baik ataupun buruk.

Dari dua analisa diatas, hubungan antara aqidah dan akhlak adalah apabila manusia beraqidah dengan baik maka dengan aqidah yang kuat tersebut dapat mempengaruhi perilakunya. Untuk berbuat baik dan buruk

9

Gunawan.loc. cit. 10

Jurnal Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2009)Volume III, h. 2

11


(28)

seseorang dapat dipengaruhi oleh kuat lemahnya iman seseorang terhadap Allah SWT.

Dengan demikian pembelajaran Aqidah Akhlak adalah Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allali SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam lingkungan.

2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak a. Ruang Lingkup Akidah

Akidah Islamiyah bisa disamakan artinya dengan keimanan dan tauhid. Sayyid Sabiq membagi aqidah islam dalam arti keimanan menjadi enam bagian:

1) Mengenal kepada Allah.

2) Percaya tentang alam gaib yang ada di balik alam semsta ini. 3) Mengenal dan memahami kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah

kepada para Rasul.

4) Mengenal kepada kisah Rasul-rasul yang di utus Allah. 5) Percaya akan berakhirnya seluruh makhluk atau hari akhir. 6) Percaya kepada taqdir (Qodho dan Qadar).12

Cak Nur lebih lanjut menyatakan, bahwa ilmu Tauhid menempati posisi yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum Muslimin. Hal itu, terbukti dar jenis-jenis penyebutan lain ilmu tersebut, yaitu sebutan sebagai ilmu Aqa’id (Ilmu Aqidah-Aqidah, yakni simpulan-simpul [kepercayaan], ilmu Kalam (ilmu tentang firman [Allah]), dan ilmu Ushul al-Din (Ushuludin, yakni Ilmu pokok-pokok Agama).13

Landasan Akidah Islam adalah beriman kepada Allah, malaikat-malakat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhir, dan beriman kepada Qodho (takdir), yang baik ataupun yang buruk sebagimana Firman Allah :

12

Khalimi, Op.cit. h. 129 13

Mahrus, M.Ag,Aqidah,(Jakarta: DIREKTORAT Jendral Pendidikan Islam DEPAG RI, 2009), h. 5


(29)

                                                                                                 

“Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan za kat , dan orang0orang yang menempati janjinya apabila ia berjanji, dan orangorang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya): dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqarah,2:177)

Dengan demikian dalam ruang lingkup Aqidah atau Tauhid bisa dipahami sebagai ilmu yang mengkaji persoalan keesaan dan eksistensi Allah berikut seluruh unsur yang tercakup didalamnya: suatu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

b. Ruang Lingkup Akhlak

Jika defenisi tentang Ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan seksama, akan tampak bahwa ruang lingkup pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.


(30)

Ruang lingkup Akhlak dalam pandangan syariat Islam sangat luas. Akhlak tidak berhenti pada pembahasan masalah etika pergaulan dan tata sopan santun belaka, tapi mencankup semua pola pikir, selera, pandangan, sikap, perilaku, kecenderungan, dan keinginan yang ada pada seseorang. Semua itu masuk dalam kategori akhlak.

Tepatlah ketika Aisyah ra. ditanya tentang Akhlak Rasulullah saw. beliau menjawab dengan jawaban yang singkat dan padat, “Akhlak

Rasullulah saw. itu adalah Al-Qur’an”. Jadi ruang lingkupnya menjadi tidak terbatas, karena semua sikap, tindakan, perilaku dan apapun yang dikerjakan manusia, tidak bisa lepas masalah akhlak. Semua yang dilakukan dan diajarkan oleh sosok Rasulullah saw. itu menjadi teladan bagi umatnya. Allah SWT. Berfirman:

                               

“sesungguhnya telah ada pada diri Rasullulah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab, 33:21)

Akan tetapi perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang dilakukan tidak karena senagaja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlak, karena dilakukan atas dasar pilihan.

Dengan memperhatikan keterangan tersebut, kita dapat memahami bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu perbuatan yang dilakukan manusia dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya, bukan perbuatan pura-pura.


(31)

3. Aspek-aspek Akidah Akhlak a. Aspek Akidah

Aspek dalam Akidah (keimanan) meliputi:

1) Kalimat Thoyyibah sebagai materi pembiasaan, yaitu kalimat Laa ilaaha illallah, basmalah, Alhmadulillah Subhanallah, Allahu

Akbba, ta’awwudz, asslamualaikum, Shalawat, tarji’, Laa haula

wala quwwata illa billah dan istigfar

2) Al-Asma Al-Husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Kahliq, ar-Rahman, ar-Rahim, as-Sami’, ar-Razak, al-Mughny, Hamid, asy-Syakur, Quddus, ash-Shomad, Muhaimin,

al-‘Adhim, al-Karim, Kabir, Malik, Bathin, Waly, al-Mujib, al-Wahab, al-‘Alim, adh-Dhahir, ar-Rasyid, al-Hadi, As-Salam, al-Mu’min, al-Latif, Baqi, Bashir, Muhyi, al-Mumit, al-Qowy, al-Hakim, al-Jabbar, al-Mushawwir, al-Qadir, al-Ghafur, al-Afuww, ash-Shabbur dan al-Halim.

3) Pengenalan terhadap sholat lima waktu sebagai manifestasi Iman kepada Allah

4) Menyakini Rukun Iman yaitu, Iman kepada Allah, kita Allah, percaya kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari Akhir, percaya Takdir.14

b. Aspek Akhlak

1) Akhlak Karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada setiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih saying, taat, rukun, tolong menolong, hormat, dan patuh, siddiq, amanah, tabligh, fathonah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qonaah dan tawakal.

14


(32)

2) Menghindari Akhlak Sayi’ah (madzmumah) secara berurutan disajikan pada setiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik dan murtad.

c. Aspek Adab Islami

1) Adab terhadap diri sendiri yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan dan minum, bersin, belajar, dan bermain.

2) Adab terhadapa Allah yaitu mengaji, adab di masjid, dan adab beribadah.

3) Adab terhadap sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman dan tetangga.

4) Adab terhadap lingkungan yaitu kepada binatang, tumbuhan, di tempat umum dan di jalan.

d. Aspek Kisah Teladan

Aspek kisah teladan, meliputi kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad saw. masa remaja Nabi Muhammad saw. Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s, Tsa’labah, Mashithah, Ulul Azmi’ Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah telada ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi yaitu Aqidah dan Akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tapi ditampilkan dalam Kompetensi, tapi ditampilkan dlam Kompetensi dasar dan Indikator


(33)

4. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mulia karena karunia yang diberikan Allah kepadanya berupa akal pikiran yang membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak merupakan mutiara hidup yang mebedakan manusia dengan manusia lainnya. Tanpa Akhlak, manusia akan kehilangan derajat kemanusiaanya yang mulia dan akan turun ke derajat binatang, atau bahkan lebih rendah. Sebab dengan potensi akalnya manusia bias berbuat lebih hina dan lebih jahat daripada binatang.

Bedasarkan Permenag No. 2 Tahun 2008 tentang tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah: memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang Aqidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.15

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah).16

Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.Bedasarkan penegrtian diatas, pada sub bab ini penulis menghubungkan antara pengertian Aqidah Akhlak denga tujuan dipelajarinta kedua materi tersebut, baik secara formal di sekolah-sekolah yang berciri khas kan Islam, ataupun sekolah umum yang memasukan

15

Kementrian Agama RI, 2008,Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, SKK Kemenag.

16

Prof. Dr. H. Moh. Ardani,Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h.49-57


(34)

materi Aqidah Akhlak pada bidang studi Agama Islam dan juga secara kehidupan umum di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita pada perinsipnya pemabelajaran ataupun penanaman Aqidah Akhlak mempunyai tujuan untuk membersihkan hati dan perbuatan manusia dari syirik menyekutukan Allah swt. dan dari sikap teguh kukuh pada keyakinan dan ajaran-ajaran Allah swt. yang disampaikan Nabi-nabi beserta Rasulnya, maka akan tercermin sikap positif menjadi tabiat dalam diri mereka tersebut.

Tujuan Aqidah Akhlak dalam membersihkan hati manusia dari perbuatan syirik kepada Allah swt. dapat kita lihat dari materi yang diajarkan pada bidang studi Aqidah Akhlak, sebagai berikut:

a. Pengertian Aqidah Akhlak b. Kewajiban Manusia

c. Adab pergaulan: dengan masyarakat, dengan orangtua, dengan teman sebaya, dengan teman yang lebih muda, dengan yang berbeda agama, dengan makhluk hidup, adab berbicara, adab berpakaian, adab makan dan minum, serta adab memandang.

d. Sifat-sifat terpuji dan tercela

e. Rukun Iman yang 6 perkara. Berdasarkan pemaparan materi tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah membuat hati manusia bersih dari sifat syirik dan menciptakan manusia sebagai makhluk Allah yang mempunyai sifat terpuji dan menjauhi sifat tercela.

Akhlak secara umum, mempunya faedah yang signifikan dalam kehidupan manusia, diantaranya manusia adalah:

a. Meningkatkan derajat manusia. b. Menuntun kepada kebaikan.

c. Menunjukan manifestasi kesempurnaan iman. d. Menjadi unsur penolong di hari kiamat kelak.17 17


(35)

5. Materi Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas V di SDI Darul Mu’minin Ada beberapa materi yang di pelajari di kelas V di SDI Darul Mu’minin yaitu:

Materi Aqidah

a. KalimatThayyibah(Alhamdulillah dan Allahu Akbar)

b. Asmaul Husna (Ar-Razaq, Al-Mughni, Al-Fattah, Al-Wahab, dan Asy Syakur)

c. Ciri-ciri beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab d. Syukur Nikmat

Materi Akhlak

a. Akhlak terpuji (optimis, qana’ah dan tawakal)

b. Akhlak tercela (pesimis,bergantung, serakah/tama’ dan putus asa) c. Adab bekerja

d. Adab pada orang tua

e. Sifat optimis, teliti, cermat Nabi Sulaiman atau tokoh lain) f. Tokoh yang berakhlak tercela putus asa/ tama’18

B. Perilaku Siswa

1. Pengertian Perilaku

Menurut bahasa kata perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. Dan menurut istilah Perilaku adalah respon individu terhadapa suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.19

18

Tim Bina Guru,Bina Akidah dan Akhlak,(Jakarta: Earlangga, 2009), h. 5-119 19

Wawan dan Dewi,Teori & Pengukurran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2010), h. 49


(36)

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.20 .Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.21

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah sebuah respon individu terhadap stimus yang reaksinya bersifat sederhana atau kompleks. Dan sebagian besar perilaku adalah dibentuk dan dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal sperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung.

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni:

a. Respondent Respons atau Reflexive Respons

Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Respondent respons (respondent behavior) ini mencangkup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakan organisme yang bersangkutan.

b. Operant Respons atau Instrumental Respons 20

Saifuddin Azwar,Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hal. 11

21


(37)

Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcement. Reinforcement adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu dimasa datang. Misalnya, jika kapan saja kita selalu terseyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya) dan mereka terseyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika dikemudian hari kita bertemu dengan orang asing maka kita akan terseyum. Dan refinforcement atau penguat, bisa bersifat negatif atau positif.22

Oleh sebab itu, perangsang yang demikina itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh hadian makan ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa

Secara garis besar ada 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu factor yang berasal dari dir sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan di luar dirinya bahwa dalam tingkah laku organisme tidak lepas dari pengaruh organisme itu sendiri.23

Setiap perilaku manusia yang bersifat Iradah, mempunyai tujuan tertentu. Tiap tindakan manusia (suluk) mempunyai pendorong tersendiri (ba’its).

Manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah mempunyai keunikan dalam berprilaku. Keunikan yang dimaksud dikarenakan adanya

22

Hasan Mustafa,Perilaku Manusia dalam Perspektif Sosiologi, (Jurnal: UNPAR), 27 Januari 2012

23

Maila Dinia Husni Rahim,Psikologi Perkembangan Peserta Didik,(Jakarta: Diktat Perkuliah 2011), hal. 117


(38)

perpaduan perbedaan fisik dan mental ini yang akan melahirkan perilaku yang beralasan.

Untuk melahirkan perilaku yang baik yang dapat dirasakan oleh orang lain dalam berinteraksi memerlukan persiapan fisik dan mental yang selaras, karena apabila keselarasan tidak terjadi akan menciptakan ketidakseimbangan antara kesanggupan penghayatan dan kesanggupan pengalaman agama. Setipa kelakuan dan tindakan manusia berasal dari sebuah kehendak yang digerakan oleh naluri. Naluri ini merupakan sesuatu yang dibawa manusia sejak lahir dan merupakan pembawaan asli manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia harus menyalurkan nalurinya sesuia dengan norma dan ajaran agama untuk menghasilkan perilaku yang baik. Apabila manusia menyalurkan nalurinya dengan salah akan menghasilkan perilaku yang buruk dan akibat yang merugikan.

Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya adalah naluri bertuhan. Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengaur dan memberikan rahmat kepadanya, naluri ini disalurkan kedalam hidup beragama.24 Dengan demikian, kebutuha manusia untuk beragama tidak dapat dihindarkan. Karena pada dasarnya manusia akan merasakan ada sebuah kekuatan yang melebihi selain dirinya. Ketika ia sedang berada dalam kesulitan dan orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah Allah secara Kaffah yang direalisasikan dalam perilaku.

Adapun dengan kebiasaan itu, dimaksudkan dengan perbuatan yang selalu berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. Karena seseorang ingin mengubah kebiasaan lama dengan sebuah perilaku yang baru yang lebih baik, tentu akan membutuhkan waktu dalam pelaksanannya. Hal itu dikarenakan kuatnya pengaruh kebiasaan lama yang apabila ada perubahan akan menimbulkan reaksi dari dalampribadi itu sendiri.

24


(39)

Dalam berprilaku, reaksi yang timbul itu diredam dengan usaha pemahaman terhadap ajaran Agama, dengan demikian maka kesadaran pengalamannya dalam hal ini berprilaku akan terlaksana dengan baik juga.

Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung hatinya, bila hatinya baik maka akan baik seluruh perilakunya dan bila hatinya buruk maka buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak akan terlihat kebaikannya. Apabila pemiliknya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, hal ini akan menyebabkan hati tertutup dalam menerima pncaran cahaya kebenaran, sedangkan hati yang selalu dituntun untuk meninggalkan kegelapan akan menjadi landasan bagi pola tingkah laku yang baik.

Manusia dilahirkan dengan mewarisi sifat-sifat yang diturunkan orang tuanya, adapun yang diturunkan bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat atau pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir, sifat-sifat ini berupa sifat jasmaniah dan sifat rohaniah. Orang yang mewarisi kekuatan fisik tentunya berbeda dengan orang yang tidak memiliki kekuatan fisik dalam bertindak. Demikian pula orang yang memiliki kekuatan rohaniah dengan orang yang tidak memiliki kekuatan rohaniah akan memperlihatkan perbedaan dalam bersikap. Orang yang memiliki kekuatan fisik dan kesehatan rohani akan memiliki perilaku yang diwujudkan dalam aktifitas yang energik cerdas dan terkendali.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan sekitarnya, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan pergaulan, orang yang hidup dilingkungan alam yang subur akan berbeda dengan orang yang hidup dilingkungan yang tidak subur, orang yang hidup dlingkungan kurang subur akan cenderung lebih bisa menghadapi kesulitan dan tantang hidup, begitupun dalam kehidupan pergaulan, setiap lingkungan dimana individu berada akan mempengaruhi karakter dan perilakunya. Perilaku akan muncul bila lingkungan pergaulannya mendukung.


(40)

Dengan gambaran diatas dapat difahami faktor yang memepengaruhi perilaku pada seseorang meliputi faktor internal dan eksternal. Yang termasuk kedalam perilau internal adalah manusai sebagai pelaku akhlak, insting, kehendak dan suara hati. Sedangkan faktor eksternal adalah mencakup keturunan, pergaulan dan lingkungan.

3. Indikator Perilaku Siswa

Agama islam sebagai agama yang sempurna memiliki seorang Rasul yang mulia, Rasulullah selain di utus untuk menbarkan ajaran agama islam beliau juga di utus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Di dalam islam akhlak atau perilaku di bagi menjadi tiga yang meliputi, hubungan individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesame manusia, hubungan individu dengan lingkungan.

Perilaku yang religius atau islami sepanjang ajaran agama berkisar pada perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal maupun horizontal terhadap sesama makhluk.25

Adapun Indikator perilaku menurut Moh. Ardani dalam bukunya antara lain sebagai berikut:

a. Hubungan individu dengan Allah diantaranya Shalat dan Shaum b. Hubungan individu dengan sesame manusia antara lain berbuat

baik kepada orang tua, berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada diri sendiri.

c. Hubungan individu dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan dan memelihara tanaman dan hewan.26

Berdasarkan pendapat diatas dapat di tentukan bahwa indikator perilaku siswa yaitu:

a. Hubungan Manusia dengan Allah SWT.

Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugrahkan kedudukan terhormat pada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain.

25

M. Hafi,Dasar-dasar Ilmu Jiwa,Surabaya: Usaha Nasional, 1991, Hal. 48 26


(41)

Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.

Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.

Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah, sebagaimana firman Allah swt:











 

“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.”(Q.S. Adz-Dzariat, 51:56)

Dari penjelasan dia ats maka wajiblah manusia mengadakan hubungan kepada Allah yang mencerminkan pemhambaan diri,


(42)

tunduk, dan menyerahkan semua keputusan di dalam kehidupannya kepada Allah SWT.

Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama direalisasikan dalam ibadah shalat, shaum dan lainnya.

1) Shalat

Shalat secara Bahasa adalah doa. Adapun secara istilah sholat adalah perbuatan yang diajarkan oleh syara’ yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.27

Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang wajib dikerjakan oleh setiap mukallaf. Shalat fardhu sebagai ibadah paling utama yang banyak mengandung faidah dan hikmah bagi yang mengerjakannya, diantaranya adalah shalat dapat memberikan ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatana keji dan munkar serta menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Al-Ankabut ayat 45.

                                            

“Bacalah apa yang diwahyukan keapdamu, yaitu al-Kitab

(Al-Qur’an)dan dirikan shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al-Ankabut, 29:45)

2) Shaum

Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat dan beberapa syarat.28Sebagaimana Allah berfirman:

27

M. Hafi Anshari. Op cit. hal. 149 28


(43)

                                                                                                                                    

“Dihalakan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasaanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campuri mereka dan ikutilah apa yang ditetapkan Allah untukmu, makan dan minumlah hingga terang bagimu dari benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian semprnakannlah puasa itu sampai datang (malam), (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”(Q.S. Al-Baqarah, 1:187)

Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagaimana Firman Allah swt:                         

“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diawajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(Q.S. Al-Baqarah, 1:183)

Perintah yang terkandung dalam ayat diatas adalah puasa Ramadhan itu diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu Bulan penuh di bulan Ramadhan, adapun hikmahnya yang dapat diambil sebagai berikut:


(44)

a) Disiplin rohani

b) Pembentukan Akhlak Karimah c) Pengembangan nilai-nilai sosial

d) Penjelasan tentang psikologis manusia yang berpengaruh dalam kondisi fisiknya.29

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain.30 Karena pada dasarnya, setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar menukar pemenuhan kebutuhan hidup.

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

29

Maila Dinia Husni Rahim, Op Cit, hal. 187 30

Wirawan Sarwono,Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok danPpsikologi Terapan(Jakarta: PT. Balai Pusta, 1999), hal. 4


(45)

Menurut Yatimin Abdullah dalam bukunya, seorang muslim harus mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri, maka dari itu akhlak yang harus dikembangkan adalah

1) Jangan menyakiti hatinya baik dengan tindakan atau perbuatan; 2) Harus bersikaptawadhu(rendah hati);

3) Jangan memasuki rumah orang lain tanpa seizinnya;

4) Menghormati orang tua dan kasih saying terhadap yang kecil.31 Sebagai seorang muslim harus menjaga perasaan orang lain, tidak boleh membedakan sikap terhadap seseorang baik dia yang berpangkat atau rakyat jelata, saling merahasiakan rahasia sesama muslim, tidak boleh menggemborkan kesalahan orang lain baik lisan maupun tulisan, harus saling tolong menolong dalam kabaikan dan ketakwaan pada AllaH SWT. Adapun akhlak sesame manusia dapat diperincikan sebagai berikut:

1) Akhlak kepada Orang Tua

Sebagai anak wajib, berbakti kepada orang tua, setelah takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah memelihara, mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan berbahagia. Karena itu anak wajib menghormatinya, menjunjung tinggi titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas, berbuat baik kepada mereka, lebih-lebih bila usia mereka lebih lanjut. Jangan berkata keras dan kasar dihadapan mereka.32

Allah berfirman:                                                                 31

M. Yatimin Abdullah,Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,Jakarta: AMZAH, 2007, Hal. 213

32


(46)

“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil.”(Q.S. Al-Isra’17:23-24)

2) Akhlak Kepada Guru

Selain kepada Orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik kepada Guru. Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk kepantingan anka didik, diakui atau tidak jsanya tidak ternilai yakni mendidik siswa sampai tahu segala hal. Melalui tangan halus dan sikap lemah lembut mereka, siswa yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa, memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan.

Guru mengajarkan anak didiknya menulis, membaca, mengajarkan aneka pengetahuan, melatih erbagai ilmu keterampilan, dan lainnya sebagainya. oleh karena itu hendaklah sepatutnya siswa mentaati, mematuhi, dan menghormati gurunya, terlebih lagi Guru Agama, karena Guru Agama selain mengajarkan membaca, menulis, juga telah mengenalkan kepada Allah sang pencipta alam, mengajarkan kit acara beribadah, menunjukan segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji.

3) Akhlak Terhadap Teman

Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu muslim lainnya, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan orang lain dalam kehidupannya, manusia membutuhkan teman untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar berpengaruhnya bagi seseorang bahkan Rasulullah Saw. pernah mengatakan bahwa


(47)

untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa temannya, dalam Al-Quran pun Allah SWT. berfirman:

                                                           

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(Q.S. An-Nisaa, 4:36)

4) Akhlak terhadap Diri Sendiri

Manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Islam melarang manusia mencelakakan dirinya tidak peduli dengan keadaan diri dan masa depannya, dengan menjaga dirinya dari hal-hal buruk, itu menandakan manusia sedang mensyukuri karunia Allah. Berbuat baik kepada diri sendiri ini meliputi aspek jasmani dan rohani, manusia dilarang membiarkan jasmaninya kotor dan rusak juga tidak menjaga jasmaninya. Membiarkan diri tidak bertambah ilmu dan mengikuti hawa nafsu adalah merupakan hal yang menyebabkan rohani tidak sehat, perintah berbuat baik terhadap diri sendiri tercantum dalam Al-Qur’an.

                                                                                                    

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya


(48)

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

“(QS. At-Tahrim, 66:6)

c. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar

Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan hewan,tumbuhan, lingkungan / alam.

Karena aspek-aspek tersbeut sangat berarti bagi manusia, karena manusia adalah mahluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan disekitar lingkungan hidupnya. Selain itu juga manusia diciptakan oleh Tuhan untuk beribadah sebagaimana mestinya seperti ketentuan yang telah diberikan Tuhan dalam kitab kepercayaan masing-masing agama.

Sungguh terlalu bila manusia tidak bersyukur atas segala apa yang diberikan oleh Tuhan, manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi ini, sebagai penguasa alam semesta, karena diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk yang paling sempurna dibandingkan mahluk hidup lainnya. Manusia dapat bersyukur pada Tuhanya dengan cara beribadah yang rajin menjauhi segala larangannya dan mentaati segala perintah- Nya.

Di alam dunia ini kita manusia diciptakan berpasang-pasangan, ada laki-laki ada perempuan, dan uniknya manusia memiliki sifat yang beragam, ada yang baik, jahat, pemarah, pemalu, sabar, dan tidak sabar dalam menghadapi masalah.

Walaupun setiap manusia mempunyai sifat yang berbeda-beda namun kita sebagai manusia harus saling menghormati dengan manusia lainnya, sebab dengan terjalinnya hubungan yang baik antar manusia dengan manusia, maka akan tercipta ketentraman hidup. Bayangkan bila manusia di dunia ini tidak saling menghormatidan mengerti dengan segala kepentingan dan kesibukannya? Mungkin tidak akan tercipta ketentraman hidup dan dunia ini akan semrawut dengan ulah manusia.


(49)

Ketentraman hidup dapat dijalin dengan cara saling berinteraksi antar manusia,saling menyayangi, saling mencintai. Cara tersebut dapat dijalankan pada berbagai keadaan, antara lain dalam bermasyarakat, keluarga dan dalam lingkungan keluarga juga, meski terkadang sekarang ini sulit untuk menjalin ketentraman hidup dikarenakan pola pikir manusia yang telah diracuni oleh pola pikir yang menyimpang.

Lalu hubungan manusia dengan hewan, cara kita sebagai manusia menghormati binatang dengan cara menyayanginya dan tidak menyiksanya /membunuhnya bila binatang itu tidak mengganggu.

Ada sebagian manusia yang menyayangi binatang dengan cara memeliharanya. Binatang tersebut bisa dikategorkan menjadi 2 macam, antara lain binatang yang jinak dan tidak jimak. Kedua kategori sifat binatang ini sebagian besar ada yang dipeliharaoleh manusia juga. Binatang juga sangat bermanfaat bagi manusia, selain dapat dimanfaatkantenaga dan dapat dimakan juga sebagai sarana penambah kebutuhan untuk konsumsimakanan.

Bila binatanag yang ada disekitar kita tidak disayangi maka dapat merugikan jiwa manusia sebab secara tidak langsung binatang itu dapat menyerang dan membunuh kita, terutama seperti harimau, ular, banteng. Karena kita hidup di dunia ini tidak hanya berdampingan dengan manusia sajatapi dengan binatang juga.

Hubungan manusia dengan tumbuhan, bayangkan bila dunia ini tidak ada tumbuhan/pohon, mungkin dunia ini akan begitu gersang dan panas, tidak ada penahan panas yang membantu mengurangi pantulan sinar matahari yang menuju ke bumi tempat kita berpijak.

Selain itu tumbuhan juga sebagai penyalur oksigen, karena mereka juga makhluk hidup, tumbuhan sangat penting perannya dalam kehidupan manusia.Mungkin bila di dunia ini dan di lingkungan tempat manusia tidak ada tumbuhan,mungkin tidak akan keindahan


(50)

yang terlihat dimata kita. Mungkin hanyalah padang pasir yang telihat dan panas.

Manusia dapat hidup berdampingan dengan tumbuhan dengan cara memelihara dan melestarikannya. Jangan membakar hutan, karena dapat terjadi erosi, karena hutan juga sebagai paru-paru dunia. Maka dari itu tanamilah dunia ini dengan tumbuhan agar terlihat indah dan asri, maka tumbuhanpun akan memebrikan dampakyang positif juga untuk kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini.

Kita hidup di dunia in juga berdampingan dengan lingkungan, lingkungandisini adalah menyangkut alam dunia, yang terbagi menjadi beberapa aspek; tanah,air, udara beserta benda langit yang mengitari dunia ini. Bila kita tidak menyayangi mereka maka mereka juga dapat membahayakan kita. Contohnya air bila kita tidak memanfaatkannya dengan baik maka akan bisa terjadi banjir, udara saat ini kabarnya atmosfer kita mulai menipis dikarenakan ulah manusia yang tidak dapat menghindari pemanasan global/global warning. Pada dasarnya akhlak yang diajarkar Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari manusia sebagai khlaifah. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. 33Jadi intinya kita harus saling hidup berdampingan di dunia ini, karena kita mempunyai sifat simbiosis mutualisme. Sayangilah alam sekitar sebagaimana kita menyayangi keluarga / pasangan hidup kita. Jangan lupa juga beribadah yang rajin agar teman tetap menyayangi kita, dan kita kelak nanti dapat menjadi ahli surga.

33

Muhammad Alim,Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) Cet-2, h. 158


(51)

C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Perilaku

Siswa

Dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya.

Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.

Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis.

Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak.

Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapisegala keinginan-keinginannya yang timbul.

D. Penelitian yang Relevan

1. Efa Sovawati, skripsi tahun 2006 di UIN Jakarta yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Akidah Akhlak dengan Akhlak Siswa MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo”. Hasil penelitian yang diambil dari random sample


(52)

sebanyak 40 siswa yang terdapat di kelas VII dan Kelas IX MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap akhlak siswa di MTs Fatahillah Buncit Raya Kalibata Pulo. Hal tersebut dilihat dari Koefisiean Korealasi sebesar 0,99 yang terletak pada rentang 0,90-1,00 yang berarti kolerasi berada pada derajat sangat kuat.

2. Ahmad Amirudin, Skripsi Tahun 2010 di STAIN Salatiga yang berjudul

Pengaruh Penguasaan Materi Akidah Akhlak Terhadapa Perilaku Ihsan Siswa (Studi kasus pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kaligentong kecamatan

Ampel Boyolali)”. Hasil dari penelitian yang diambil dari 26 siswa yaitu

siswa kelas IV MI Salafiyah Kaligentong kecamatan Ampel Boyolali kesimpulannya adalah pada umumnya pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Perilaku siswa kelas IV MI Salafiyah Kaligentong kecamatan Ampel Boyolali dalam tingkatan yang cukup baik yaitu sebesar 61,54%. Dengan Koefisien Korelasi (Rxy) sebesar 0,575 dengan nilai r table product moment dengan N=26 dan taraf signifikasi 5% yaitu 0,388 terbukti nilai r hitung lebih besar daripada r tabel

3. Sofyan, skripsi tahun 2012 di UIN Jakarta yang berjudul “Pelaksanaan Shalat Berjamah dalam Pembentukam Akhlak Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan shalat berjamah di SDN Kebon Pala 03 pagi secara umum adalah sebuat upaya untuk mewujudkan pendidikan nasional yakni melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbaiki akhlak siswa, memperkuat keimanan dan ketakwaan siswa serta memperluas keilmuan siswa. Secara khusus kegiatan shota berjamah ini bertujuan agar siswa terbiasa mejalankan ibadah secara lebih baik dan benar terbiasa berakhlak mulia. Pelaksanaan shalat berjamaah yang diterapkan di sekolah dapat disimpulkan memiliki hubungan dengan pembentukan akhlak siswa, hal ini dapt dibuktikan dengan nilai korelasi 0,305 dan diterimanya Ha yang berarti ada pengaruh positif yang signifikan antara pelaksanaan shalat berjamaah terhadap pembentukan akhlak siswa.


(53)

Dari ketiga penelitian diatas, penulis dapat menyimpulkan adanya Pengaruh positif antara Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Perilaku siswa. Perilaku dan akhlak siswa sangat tepat untuk dijadikan referensi skripsi ini.

E. Kerangka Berpikir

Akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks da spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (akhlak mahmudah) sedangkan jika terlahir perbuatan-perbutan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk (akhlak mahmudah).

Perhatian terhadap pentingnya kahlak kini muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalua dibiarkan akan mengahancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan. Pada realita kehidupan saat ini, dapat dilihat dan dinilai sendiri bagaimana moral dan perilaku seorang anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia, yang dimulai sejak manusia lahir sampai meninggal dunia, bahkan manusia tidak akan menjadi manusia yang berkepribadian utama tanpa melalui pendidikan. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan setiap manusia dalam mencapai hidup yang sesungguhnya.

Begitu pula dengan pendidikan aqidah akhlak di Sekolah Dasar Islam memang bukan satu–satunya faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku siswa. Namun disamping itu, pendidikan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap perilaku siswa. Pendidikan aqidah dan akhlak merupakan dasar dari setiap pendidikan, juga merupakan pondasi serta benteng dari perkembangan zaman yang tidak lepas dari budaya luar yang menyesatkan.


(54)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka penelitian ini melibatkan dua variable yaitu pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah sebagai variable pertama atau variable bebas, dan perilaku siswa sebagai variable kedua atau variable terikat. Bedasarkan pemikiran-pemikiran sebelumnya dapat di identifikasi secara teoritik dan ditarik asumsi perilaku siswa tidak dapat dilepaskan dari siapa yang memberikan pendidikan. Beranjak dari asumsi dasar tersebut maka hipotetsis penelitian ini adalah

H0 = Hipotesis nol, tidak Pengaruh antara Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Perilaku Siswa Kelas VI SD Islam Darul Mu’minin

Ha = Hipotesis tandingan, terdapat Pengaruh antara Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Perilaku Siswa Kelas VI SD Islam Darul Mu’minin.


(1)

ANGKET PENELITIAN TENTANG PENGARUH PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP PERILAKU SISWA KELAS 6 SD ISLAM DARUL

MU’MININ

Kuisioner Variebel Y memuat tentang Perilaku Siswa

Nama : Kelas :

Petunjuk : Centang Jawaban yang paling sesuai dengan anda! 1. SL : Selalu

2. SR : Sering

3. KD : Kadang-kadang 4. JR : Jarang

5. TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan SL SR KD JR TP

1 Ketika adzan berkumandang saya langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat

2 Saya mengerjakan sholat sunnah

3 Karena terasa berat, saya malas berpuasa saat bulan Ramadhan

4 Saya mematuhi nasihat orang tua

5 Ketika orang tua sakit saya membiarkannya 6 Saya membantah perkataan orang tua 7 saya memberikan salam kepada Guru 8 Ketika teman kesulitan saya membantunya

9 Jika ada teman yang tidur ketika pelajaran berlangsung saya membiarkannya


(2)

10 Jika teman saya meminta maaf saya memarahinya 11 Saya mengerjakan PR di rumah

12 Sampah di buang pada tempatnya

13 Dimana pun saya berada, saya turut memelihara tanaman agar dapat tumbuh dengan baik

14 Saya membiarkan tanaman tumbuh tanpa perawatan 15 Saya tidak mau menyakiti hewan yang saya temui 16 Saya ganggu hewan yang saya temui


(3)

(4)

(5)

(6)