“Dihalakan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasaanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni
kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campuri mereka dan ikutilah apa yang ditetapkan Allah untukmu, makan
dan minumlah hingga terang bagimu dari benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian semprnakannlah puasa itu
sampai datang malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” Q.S. Al-Baqarah, 1:187
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagaimana Firman Allah
swt:
“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diawajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa” Q.S. Al-Baqarah, 1:183 Perintah yang terkandung dalam ayat diatas adalah puasa
Ramadhan itu diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu Bulan penuh di bulan Ramadhan, adapun hikmahnya yang dapat
diambil sebagai berikut:
a Disiplin rohani b Pembentukan Akhlak Karimah
c Pengembangan nilai-nilai sosial d Penjelasan tentang psikologis manusia yang berpengaruh dalam
kondisi fisiknya.
29
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk
hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain.
30
Karena pada dasarnya, setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang berbeda-
beda dan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai alat tukar menukar pemenuhan kebutuhan hidup.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan interaksi dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
29
Maila Dinia Husni Rahim, Op Cit, hal. 187
30
Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok danPpsikologi Terapan Jakarta: PT. Balai Pusta, 1999, hal. 4
Menurut Yatimin Abdullah dalam bukunya, seorang muslim harus mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri, maka dari
itu akhlak yang harus dikembangkan adalah 1 Jangan menyakiti hatinya baik dengan tindakan atau perbuatan;
2 Harus bersikap tawadhu rendah hati; 3 Jangan memasuki rumah orang lain tanpa seizinnya;
4 Menghormati orang tua dan kasih saying terhadap yang kecil.
31
Sebagai seorang muslim harus menjaga perasaan orang lain, tidak boleh membedakan sikap terhadap seseorang baik dia yang berpangkat
atau rakyat jelata, saling merahasiakan rahasia sesama muslim, tidak boleh menggemborkan kesalahan orang lain baik lisan maupun tulisan,
harus saling tolong menolong dalam kabaikan dan ketakwaan pada AllaH SWT. Adapun akhlak sesame manusia dapat diperincikan
sebagai berikut: 1 Akhlak kepada Orang Tua
Sebagai anak wajib, berbakti kepada orang tua, setelah takwa kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah memelihara,
mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan berbahagia. Karena itu anak wajib menghormatinya, menjunjung
tinggi titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas, berbuat baik kepada mereka, lebih-lebih bila usia mereka lebih lanjut. Jangan
berkata keras dan kasar dihadapan mereka.
32
Allah berfirman:
31
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: AMZAH, 2007, Hal. 213
32
Ibid, Hal. 215
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu
kecil.” Q.S. Al-Isra’ 17:23-24
2 Akhlak Kepada Guru Selain kepada Orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik
kepada Guru. Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan sebagian hidupnya untuk kepantingan anka didik, diakui atau tidak
jsanya tidak ternilai yakni mendidik siswa sampai tahu segala hal. Melalui tangan halus dan sikap lemah lembut mereka, siswa yang
tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa, memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Guru mengajarkan
anak didiknya
menulis, membaca,
mengajarkan aneka
pengetahuan, melatih
erbagai ilmu
keterampilan, dan lainnya sebagainya. oleh karena itu hendaklah sepatutnya siswa mentaati, mematuhi, dan menghormati gurunya,
terlebih lagi Guru Agama, karena Guru Agama selain mengajarkan membaca, menulis, juga telah mengenalkan kepada Allah sang
pencipta alam, mengajarkan kit acara beribadah, menunjukan segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji.
3 Akhlak Terhadap Teman Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu
muslim lainnya, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan orang lain dalam kehidupannya, manusia membutuhkan teman
untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar berpengaruhnya bagi seseorang bahkan Rasulullah Saw. pernah mengatakan bahwa
untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa temannya, dalam Al-Quran pun Allah SWT. berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat,
ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri.” Q.S. An-Nisaa, 4:36
4 Akhlak terhadap Diri Sendiri Manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Islam
melarang manusia mencelakakan dirinya tidak peduli dengan keadaan diri dan masa depannya, dengan menjaga dirinya dari hal-
hal buruk, itu menandakan manusia sedang mensyukuri karunia Allah. Berbuat baik kepada diri sendiri ini meliputi aspek jasmani
dan rohani, manusia dilarang membiarkan jasmaninya kotor dan rusak juga tidak menjaga jasmaninya. Membiarkan diri tidak
bertambah ilmu dan mengikuti hawa nafsu adalah merupakan hal yang menyebabkan rohani tidak sehat, perintah berbuat baik
terhadap diri sendiri tercantum dalam Al-Qur’an.
“Hai
orang-orang yang
beriman, peliharalah
dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya