4. Proyeksi Pendapatan
Pendapatan adalah total produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan yang diterima oleh usaha pengembangan gula merah tebu ini
diasumsikan sama setiap tahun dalam waktu 10 tahun. Biaya produksi diasumsikan tetap disetiap tahun sehingga penerimaan juga akan tetap
disetiap tahunnya. Pendapatan diperoleh dari penjualan gula merah tebu ke pasar tradisional maupun menjual kepada supplier di luar daerah antar
pulau. UD Julu Atia dapat memproduksi 216.000 kg gula merah tebu per
tahun dengan harga jual Rp 5.000 per kilogram. Total pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp 1.080.000.000 per tahun. Pendapatan diperoleh
setahun setelah melakukan investasi pada tahun ke-0.
5. Analisis Kriteria Kelayakan Usaha
Analisis kriteria kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis untuk dijalankan yang dilihat dari sisi finansial
dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang time value of money. Perhitungan kriteria investasi menggunakan metode Discounted Cash
Flow, dimana seluruh penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada masa kini. Analisis kriteria investasi yang digunakan
adalah Net Present Value NPV, Gross BenefitCost Gross BC, Net BenefitCost Net BC, Internal Rate of Return IRR, Profitability
RatioPR dan Payback Periode PBP. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman rata-rata bank yaitu 11,67
persen.
Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengembangan Gula Merah Tebu
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp 371.948.158
Gross BC 1,063
Net BC 3,44
IRR 42,37 PR 3,32
PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari
a. Net Present Value NPV
Net Present Value adalah nilai masa kini manfaat bersih net benefit selama 10 tahun periode usaha. Nilai NPV pada usaha gula merah tebu
ini adalah Rp 371.948.158. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama 10 tahun periode usaha dengan tingkat suku
bunga 11,67 persen pertahun. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dijalankan karena NPV yang
dihasilkan lebih besar dari nol NPV0
b. Gross BenefitCost Ratio Gross BC
Gross BenefitCost Ratio adalah rasio antara present value manfaat kotor dan present value biaya kotor. Suatu usaha dikatakan layak jika
Gross BC nilainya lebih dari satu. Nilai Gross BC pada usaha gula merah tebu ini sebesar 1,063 yang berarti setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan mendapat manfaat kotor Rp 1,063 selama periode usaha dengan tingkat suku bunga 11,67 . Dengan nilai Gross BC
tersebut dapat dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.
c. Net BenefitCost Ratio Net BC
Net BenefitCost Ratio merupakan rasio antara present value net benefit yang bernilai positif dan present value net benefit yang bernilai negatif.
Suatu usaha dikatakan layak jika rasio Net BC lebih dari satu. Pada usaha gula merah tebu ini rasio Net BC sebesar 3,44. Hal ini berarti
bahwa setiap Rp1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan pengembalian manfaat bersih sebesar Rp 3,44. Karena rasio Net BC
lebih dari satu, maka usaha ini layak untuk dijalankan.
d. Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan pada suatu usaha. Suatu usaha layak dijalankan
jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga yang ditetapkan. Nilai IRR pada usaha gula merah tebu ini adalah
42,37 persen. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan sebesar 11,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa