Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM Penurunan Kapasitas Produksi Perubahan rendemen tebu

kemampuan pengembalian modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan.

e. Profitability Ratio PR

Profitability Ratio adalah perbandingan antara present value dari penerimaan kas bersih masa yang akan datang terhadap investasi yang telah ditanamkan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai PR usaha gula merah tebu sebesar 3,32. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai PR nya lebih besar dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.

f. Payback Period PBP

Payback Period dihitung untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan bisa kembali. Perhitungan PBP tidak memperhitungkan nilai waktu uang time value of money, Sofyan,2003. Secara umum suatu usaha layak untuk dijalankan jika PBP nya lebih kecil dari periode usahanya. PBP dari usaha gula merah tebu ini adalah 3 tahun 1 bulan 14 hari. Nilainya lebih kecil dari periode usaha 10 tahun sehingga layak untuk dijalankan. 6. Analisis Sensitivitas dan Switching Value Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Hal ini juga berkaitan dengan ketidakpastian di masa mendatang. Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan dengan mengubah harga bahan bakar minyak solar, penurunan kapasitas produksi, perubahan rendemen bahan baku tebu yang digunakan dan penurunan harga jual gula merah. Pada penelitian ini juga dilakukan metode switching value untuk mengetahui nilai maksimal perubahan variabel yang mempengaruhi usaha.

a. Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak BBM

Mesin penggerak untuk memproduksi gula merah menggunakan bahan bakar solar. Pada uji sensitivitas skenario yang dibuat adalah kenaikan harga BBM sebesar 33,33 persen. Kenaikan harga BBM menyebabkan terjadinya perubahan pada nilai NPV, IRR, Gross BC, Net BC, PBP dan PR dimana nilainya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa usaha ini tidak sensitif terhadap kenaikan harga BBM. Tabel 10. Hasil Kelayakan dengan Analisis Sentivitas Kenaikan Harga BBM NPV = Rp 333.114.483 IRR = 38 Gross BC = 1,056 PR = 3,08 Net BC = 3,19 PBP = 3 tahun 5 bulan 27 hari

b. Penurunan Kapasitas Produksi

Analisis sensitivitas dilakukan dengan skenario penurunan kapasitas produksi harian dimana kapasitas produksi harian normal sebesar 15 ton per hari. Penurunan kapasitas produksi tersebut sebesar 13,33 dan 20 persen dengan masing-masing jumlah produksi yaitu 13 ton dan 12 ton. Setelah dilakukan perhitungan pada jumlah produksi harian 12 dan 13 ton, usaha ini masih layak untuk dijalankan karena kriteria investasinya masih memenuhi kelayakan finansial. Hasil kelayakan dapat dilihat pada Tabel 11. Dengan melakukan analisis switching value NPV=0, batas toleransi penurunan kapasitas produksi adalah penurunan 21,26 persen yaitu produksi sebesar 11,81 ton per hari. Penurunan kapasitas produksi diatas persentase 21,26 persen akan menyebabkan nilai NPV negatif sehingga usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Tabel 11. Nilai NPV, IRR dan Net BC Terhadap Jumlah Produksi Harian Jumlah Produksi NPV IRR Net BC 13 ton Rp 150.857.719 23 1,99 12 ton Rp 23.770.142 13 1,16

c. Perubahan rendemen tebu

Rendemen tebu adalah persentase banyaknya nira tebu yang dapat dijadikan bahan baku gula merah tebu dari berat tebu. Perubahan rendemen akan menyebabkan perubahan pada harga beli tebu kepada petani dan perubah terhadap jumlah kg gula merah yang dihasilkan. Rendemen awal yang digunakan adalah rendemen 8 persen. Skenario untuk analisis sensitivitas dilakukan dengan penggunaan tebu rendemen 7 persen. Usaha ini masih layak untuk dijalankan dengan hasil kelayakannya adalah NPV Rp 155.691.784, Net BC 2,02 dan IRR 24. Perhitungan switching value menunjukkan bahwa batas toleransi penggunaan tebu sebagai bahan baku adalah tebu dengan rendemen 6,307 persen dimana NPV=0. Penggunaan tebu dengan rendemen dibawah 6,307 persen akan membuat NPV menjadi negatif.

d. Penurunan Harga Jual