IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
Usaha
UD Julu Atia adalah usaha pengolahan gula merah tebu yang terletak di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten
Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Takalar merupakan salah satu lokasi Pabrik Gula PTPN XIV dengan areal perkebunan tebu dan
tebu rakyat berada di Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Jeneponto. Dua pabrik gula PG lainnya milik PTPN XIV
yaitu PG Arasoe dan PG Camming berada di Kabupaten Bone. Luas areal tanaman tebu yang diusahakan oleh PTPN XIV adalah 11.372 hektar dan
diusahakan oleh rakyat 2.646 hektar. Kabupaten Takalar sebagai lokasi Pabrik Gula Takalar berada di antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten
Jeneponto pada poros jalan Kota Makassar ibu kota provinsi Sulawesi Selatan dengan Kabupaten Jeneponto.
UD Julu Atia yang dimiliki oleh Pak Syam ini dirintis pendiriannya di Kabupaten Takalar pada tahun 2010 dan mulai beroperasi pada tahun
2011. Usaha ini diawali dari ajakan Ibu Dr. Ir. A. Majda A. Zain, MS, Rektor Universitas Islam Makassar UIM dan sekaligus sebagai istri
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Ir. Agus Arifin Nu’mang, MS. dengan membawa pengusaha gula merah tebu ke Puncak Lawang,
Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, untuk melihat pengolahan gula merah tebu secara tradisional yang sudah dikembangkan sebelum
kemerdekaan. Setelah dari Sumatera Barat, kunjungan dilanjutkan lagi ke Kecamatan Slumbung, Kabupaten Kediri sebagai salah satu sentra
produksi gula merah tebu di Provinsi Jawa Timur. Pada kesempatan tersebut Pak Syam bertemu dengan salah satu eksportir gula merah tebu,
H. Rubai, yang sudah mengekspor gula merah ke Jepang sejak tahun 1995 tetapi sudah mengusahakan gula merah tebu sejak tahun 1976. Melihat
keberhasilan dari H. Rubai, Pak Syam kemudian bertekad untuk mengolah gula merah tebu di Takalar. Obsesi ini beralasan mengingat bahwa Pak
Syam sudah mengusahakan budi daya tebu sejak 2000, dan memahami betul prospek budi daya tebu dan pengolahan gula merah tebu.
Visi yang diusung oleh Pak Syam untuk mendirikan UD Julu Atia ini adalah “Sebagai pemasok dan eksportir gula merah tebu terbesar di
Sulawesi Selatan”. Visi tersebut ditetapkan bukan tanpa dasar, Pak Syam termasuk kelompok tani dan petani maju. Beliau pernah mendatangkan
bibit jenis varietas baru senilai Rp 93 juta yang didatangkan dari Pasuruan, Jawa Timur, dan saat ini banyak digunakan oleh petani tebu di Sulawesi
Selatan. Dari bibit tersebut Pak Syam pernah mencapai panen sebanyak 500 ton tebu dari 3 hektar lahan. Pak Syam juga memiliki tanaman tebu
yang sudah mencapai ratoon 7 dengan produksi 70 tonhektar. Kemudahan dan produksi yang tinggi dari budi daya tebu membuat pak Syam sangat
yakin bahwa usaha pengolahan gula merah tebu memiliki prospek yang menjanjikan.
Misi Pak Syam sebagai pemilik UD Julu Atia ini adalah: a.
Menghasilkan gula merah tebu yang memenuhi standar ekspor. b.
Membangun jaringan produksi dengan petani tebu. c.
Menjadikan Sulawesi Selatan sebagai salah satu lumbung gula merah tebu di Indonesia.
Misi yang dirumuskan diwujudkan dengan memperbaiki kualitas tebu yang dapat dilakukan melalui kegiatan budi daya dan teknik
pengolahan yang tepat. Namun kualitas tebu lebih banyak ditentukan oleh teknis pengolahan yang dapat dikendalikan, sementara teknis budi daya
tebu tidak terlalu megalami pengaruh dari perubahan alam atau iklim. Budi daya tebu di Kabupaten Takalar dan beberapa kabupaten di
Sulawesi Selatan bukan hal yang baru, sehingga untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan mudah dengan membangun jaringan
kerja sama dengan petani tebu baik dalam betuk kerja sama dalam pengolahan gula merah tebu maupun dalam pemasaran produk. Potensi
luas areal lahan kering dan sawah yang tidak berpengairan yang cukup luas, budaya masyarakat bertanam tebu, dan karakter masyarakat
Sulawesi Selatan yang cepat berkembang, memungkinkan Sulawesi Selatan berpotensi menjadi lumbung gula di Indonesia.
4.2. Awal Pengembangan Usaha