tertekan dan tertarik oleh putaran silinder-silinder tersebut. Tekanan tersebut akan memeras batang tebu sehingga
mengeluarkan cairan nira. Mesin ini merupakan pengembangan dari alat pemeras tebu tradisional disebut kilangan tebu yang
silindernya terbuat dari kayu dan diputar oleh sapi atau kerbau. c.
Wajan besar, dengan ukuran 45 inci yang terbuat dari plat baja dengan ketebalan 12 mm dan kedalaman sekitar 20 cm, sehingga
proses penguapan lebih cepat dengan suhu konstan. Alat ini digunakan untuk memanaskan nira tebu sampai kental.
d. Pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengaduk nira yang sedang
dipanaskan agar proses penguapan cepat terjadi sehingga nira tebu lebih cepat mengental. Pada proses ini juga, busa niragula dibuang
karena tidak dapat mengental. Busa niragula yang dikenal gula dengan sebutan tetes di pabrik gula
e. Penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring cairan tebu yang
akan dipanaskan, dan sedang dipanaskan. Pada proses ini penyaringan ini berfungsi menghilangkan kotoran yang dapat
merusak kondisi proses pemasakan dan kualitas gula. f.
Cetakan. Alat ini digunakan untuk mencetak nira tebu yang mengental dari proses pemasakan. Hal yang diperhatikan dalam
pencetakan adalah suhu agar bentuk gula yang dihasilkan sesuai dengan bentuk cetakan.
g. Tungku. Alat ini digunakan sebagai tempat berpijak wajan yang
dibuat dari batu merah, semen, dan tanah liat.
3. Proses Pembuatan Gula Merah
Nira tebu adalah cairan yang diekstraksi dari batang tanaman tebu. Cairan ini mengandung gula antara 10-20 bv. Meknisme pengolahan
nira tebu menjadi gula merah tebu atau saka tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan gula merah lainnya. Tahapan-tahapan dalam pemasakan
gula merah tebu adalah:
a. Persiapan Tebu
Tebu yang akan digiling adalah tebu yang dibawa oleh petani dari kebun tebu miliknya yang segera diangkut ke pabrik pengolahan
setelah ditebang. Pengangkutan setelah penebangan tidak melebihi dari lima jam untuk menjaga kualitas gula merah. Tebu dibongkar
pada halaman penumpukan yang berdampingan dengan mesin pengolahan. Tebu yang akan digiling terlebih dahulu dibersihkan
daun dan kotoran yang melekat. b.
Pemerasan Tebu Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras dengan
kapasitas 20 ton tebu per hari yang digerakkan dengan mesin Yanmar Diesel 22 HP. Tebu yang bersih dimasukkan ke mesin pemeras dengan
cara memegang batang tebu 2-3 batang. Nira yang dihasilkan dialirkan ke bak penampungan, sementara ampas tebu diangin-anginkan dan
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar, namun apabila terjadi kekurangan akan ditambah
dengan sekam padi. c.
Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas tebu yang
ikut masuk bercampur dengan nira tebu. Penyaringan dilakukan secara bertahap dengan ukuran lubang saringan yang berbeda. Setelah
diperoleh nira tebu, nira dipompa naik ke bak penampungan. Sebelum dimasak di atas wajan pemasakan, dilakukan penyaringan dua kali
untuk memisahkan kotoran yang halus. Selain itu, pada proses pemasakan juga dilakukan penyaringan sekaligus membuang busa nira
yang muncul. d.
Pemasakan Nira tebu yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wajan yang
berada di atas tungku pemasakan. Pemasakan adalah pemisahan air dan gula melalui proses penguapan. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Apabila rendemen tebu tinggi, ampas tebu cukup bahkan berlebih untuk memasak nira
menjadi gula merah, namun bila rendemen gula rendah berarti kandungan brisk nya rendah sehingga membutuhkan waktu pemasakan
yang lebih lama. Pada kondisi ini, ampas tebu tidak cukup, sehingga ditambah dengan sekam padi.
Pada proses pemasakan, nira selalu diaduk untuk mempercepat proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat
pemanasan. Busa dan kotoran yang mengapung selama pemasakan dibuang. Setelah cairan nira mengental yaitu air gula tinggal sekitar
15 atau 16 dari volume nira sebelumnya atau sudah berbentuk sirup berarti gula sudah masak dan siap untuk dicetak.
4. Pencetakan