berkumpulbergerombol, namun belum dipasarkan karena kapasitas produksi atau skala produksi yang dilakukan selama ini masih yang
kecil. Produk gula semut akan diproduksi pada tahun giling 2012, walaupun masih dalam jumlah kecil untuk mendeteksi permintaan
pasar, baik harga maupun kualitas. Gula cair belum ada perencanaan, walaupun permintaan sudah ada, yaitu oleh industri kecap, namun
metode pembuataannya masih sedang dipelajari oleh Pak Syam.
b. Place Tempat
Place tempat berkaitan dengan keputusan penentuan lokasi penjualan dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang
kepada konsumen. Pemilihan tempat penjualan gula merah tebu adalah penjualan di pasar-pasar lokal, antar pulau dan pada
pengembangannya akan diekspor. Pasar yang sudah dilayani selama setahun didominasi pasar lokal, Kabupaten Takalar, Kabupaten
Gowa, Kabupaten Jeneponto, dan Kota Makassar. Pak Syam sendiri sudah membuka kontrak kerja sama dengan salah satu pedagang besar
gula merah di Surabaya dengan kontrak 3000 ton. Pasar ini akan dipenuhi melalui kerjsama dengan produsen gula merah tebu di
Sulawesi Selatan yang juga dibina oleh Pak Syam bersama Univeristas Islam Makassar.
c. Price Harga
Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi.
Produk gula merah yang dihasilkan langsung terjual setelah gula merah dihasilkan dengan harga Rp 8.000kg, sementara prediksi Rp
5.000-7.000kg. Sedangkan harga gula merah dari jenis palm aren, lontar, dan kelapa adalah Rp 10.000-15.000kg. Perbandingan harga
ini menunjukkan bahwa gula merah tebu memiliki posisi pasar yang sangat kompetitif. Harga diperkirakan akan semakin kompetitif yaitu
sekitar Rp 5.000-Rp 6.000kg apabila industri gula merah tebu terus berkembang. Harga ini juga layak dijadikan sebagai bahan baku gula
kristal. Gula merah tebu dijadikan bahan baku pada beberapa pabrik gula di Jawa Timur. Hal ini juga pernah terjadi pengrajin gula merah
tradisional di Kabupaten Wajo yang dijual ke Pabrik Gula Bone PTPN XIV pada tahun 1980an
d. Promotion Promosi
Selama tahun 2011, gula merah tebu Pak Syam sudah dipasarkan setiap ada pameran produk hasil pertanian yang
dilakukan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Takalar dan Provinsi Sulawesi Selatan. Gula merah tebu dijual dengan harga Rp 14.000-
15.000kg atau Rp 7.000-8.000batang, dimana setiap satu kilogram terdiri dari dua batang.
4.3.2 Aspek Teknis
Analisis dalam aspek teknis usaha gula merah tebu mencakup lokasi usaha, peralatan produksi dan proses produksi. Berikut ini hasil
analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
1. Lokasi Usaha
UD Julu Atia berlokasi di Desa Patene, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Lokasi usaha gula merah tebu memiliki
sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan usaha. Tebu sebagai bahan baku utamanya banyak tersedia di sekitar pabrik sehingga tidak
memerlukan biaya transportasi yang tinggi. Petani dapat dengan mudah mendistribusikan tebunya ke pabrik. Akses transportasi yang mudah untuk
memasarkan hasil produksi ke pasar lokal maupun pasar antar pulau.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan gula merah tebu adalah:
a. Parang, golok, atau pisau besar. Alat ini digunakan untuk mengikis
permukaan kulit, dan membuang mata batang tebu. b.
Mesin pemeras batang tebu. Alat ini digunakan untuk mengekstrak nira tebu dari batang tebu dengan cara pemerasan. Bagian utama
dari mesin ini berupa tiga silinder penggiling sehingga batang tebu
tertekan dan tertarik oleh putaran silinder-silinder tersebut. Tekanan tersebut akan memeras batang tebu sehingga
mengeluarkan cairan nira. Mesin ini merupakan pengembangan dari alat pemeras tebu tradisional disebut kilangan tebu yang
silindernya terbuat dari kayu dan diputar oleh sapi atau kerbau. c.
Wajan besar, dengan ukuran 45 inci yang terbuat dari plat baja dengan ketebalan 12 mm dan kedalaman sekitar 20 cm, sehingga
proses penguapan lebih cepat dengan suhu konstan. Alat ini digunakan untuk memanaskan nira tebu sampai kental.
d. Pengaduk. Alat ini digunakan untuk mengaduk nira yang sedang
dipanaskan agar proses penguapan cepat terjadi sehingga nira tebu lebih cepat mengental. Pada proses ini juga, busa niragula dibuang
karena tidak dapat mengental. Busa niragula yang dikenal gula dengan sebutan tetes di pabrik gula
e. Penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring cairan tebu yang
akan dipanaskan, dan sedang dipanaskan. Pada proses ini penyaringan ini berfungsi menghilangkan kotoran yang dapat
merusak kondisi proses pemasakan dan kualitas gula. f.
Cetakan. Alat ini digunakan untuk mencetak nira tebu yang mengental dari proses pemasakan. Hal yang diperhatikan dalam
pencetakan adalah suhu agar bentuk gula yang dihasilkan sesuai dengan bentuk cetakan.
g. Tungku. Alat ini digunakan sebagai tempat berpijak wajan yang
dibuat dari batu merah, semen, dan tanah liat.
3. Proses Pembuatan Gula Merah
Nira tebu adalah cairan yang diekstraksi dari batang tanaman tebu. Cairan ini mengandung gula antara 10-20 bv. Meknisme pengolahan
nira tebu menjadi gula merah tebu atau saka tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan gula merah lainnya. Tahapan-tahapan dalam pemasakan
gula merah tebu adalah:
a. Persiapan Tebu
Tebu yang akan digiling adalah tebu yang dibawa oleh petani dari kebun tebu miliknya yang segera diangkut ke pabrik pengolahan
setelah ditebang. Pengangkutan setelah penebangan tidak melebihi dari lima jam untuk menjaga kualitas gula merah. Tebu dibongkar
pada halaman penumpukan yang berdampingan dengan mesin pengolahan. Tebu yang akan digiling terlebih dahulu dibersihkan
daun dan kotoran yang melekat. b.
Pemerasan Tebu Tebu diperas dengan menggunakan mesin pemeras dengan
kapasitas 20 ton tebu per hari yang digerakkan dengan mesin Yanmar Diesel 22 HP. Tebu yang bersih dimasukkan ke mesin pemeras dengan
cara memegang batang tebu 2-3 batang. Nira yang dihasilkan dialirkan ke bak penampungan, sementara ampas tebu diangin-anginkan dan
selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar, namun apabila terjadi kekurangan akan ditambah
dengan sekam padi. c.
Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ampas tebu yang
ikut masuk bercampur dengan nira tebu. Penyaringan dilakukan secara bertahap dengan ukuran lubang saringan yang berbeda. Setelah
diperoleh nira tebu, nira dipompa naik ke bak penampungan. Sebelum dimasak di atas wajan pemasakan, dilakukan penyaringan dua kali
untuk memisahkan kotoran yang halus. Selain itu, pada proses pemasakan juga dilakukan penyaringan sekaligus membuang busa nira
yang muncul. d.
Pemasakan Nira tebu yang sudah disaring dimasukkan ke dalam wajan yang
berada di atas tungku pemasakan. Pemasakan adalah pemisahan air dan gula melalui proses penguapan. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan ampas tebu sebagai bahan bakarnya. Apabila rendemen tebu tinggi, ampas tebu cukup bahkan berlebih untuk memasak nira
menjadi gula merah, namun bila rendemen gula rendah berarti kandungan brisk nya rendah sehingga membutuhkan waktu pemasakan
yang lebih lama. Pada kondisi ini, ampas tebu tidak cukup, sehingga ditambah dengan sekam padi.
Pada proses pemasakan, nira selalu diaduk untuk mempercepat proses penguapan, menyaring kotoran yang terbentuk akibat
pemanasan. Busa dan kotoran yang mengapung selama pemasakan dibuang. Setelah cairan nira mengental yaitu air gula tinggal sekitar
15 atau 16 dari volume nira sebelumnya atau sudah berbentuk sirup berarti gula sudah masak dan siap untuk dicetak.
4. Pencetakan
Gula merah kental kemudian dituang ke wadah lain untuk proses pendinginan. Setelah itu, dipindahkan ke wadah lebih kecil ukuran 1,5-2
liter yang dapat diangkat dengan sebelah tangan dan diaduk hingga hampir dingin, lalu dituang ke wadah cetakan. Gula yang ada di cetakan
ditunggu hingga keras dan kering secara sempurna dikeluarkan dari cetakan.
5. Pengemasan
Pengemasan dilakukan agar daya simpan produk gula merah dapat bertahan lama dan sekaligus penampilannya lebih baik. Pengemasan
dilakukan dengan menggunakan plastik lembut yang melekat dengan mudah.
Gambar 6. Layout Pabrik Usaha Gula Merah Tebu
4.3.3 Aspek Finansial
Preferensi masyarakat akan berkembang seiring dengan waktu, mengingat bahwa gula merah tebu diproduksi tanpa menggunakan
bahan tambahan kimia dan akan dikembangkan menjadi produk organik. Masyarakat sudah menyadari pentingnya produk organik, baik
terhadap kesehatan maupun terhadap lingkungan. Gula merah tebu sangat mudah dikembangkan apabila kebun tebu diintegrasikan dengan
ternak sapi. Budi daya tebu mudah dikembangkan karena sekali penanaman dapat dipanen lima hingga sepuluh tahun dengan
pemeliharaan yang tidak intensif dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya seperti padi, kacang-kacangan, sayuran, jagung.
Analisis kelayakan usaha gula merah tebu ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:
a. Periode usaha yang direncanakan adalah sepuluh tahun telah
disepakati dengan pihak pemilik usaha.
b. Usaha dimulai pada Januari 2011 tahun nol dan berakhir pada
Desember 2021.
c. Investasi dimulai pada tahun ke-0 2011 dan pabrik mulai
berproduksi pada tahun ke-1 2012.
d. Hari kerja dalam satu tahun adalah 180 hari.
e. Target produksi 15 ton per hari.
f. Bahan baku yang digunakan adalah tebu dengan rendemen 8.
g. Penentuan harga bahan baku tebu didasarkan pada persentase 65
untuk petani tebu dan 35 untuk pemilik pabrik.
h. Harga jual gula merah tebu Rp 5.000kg tetap disetiap tahun.
i. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah suku bunga pinjaman
rata-rata bank yaitu sebesar 11,67 persen.
j. Sumber modal adalah modal sendiri dan pinjaman ke bank.
k. Petani yang akan menjual tebunya ke pabrik akan langsung datang
membawa tebunya ke lokasi pabrik sehingga pemilik tidak memerlukan biaya transportasi untuk mengangkut bahan baku ke
lokasi pabrik.
l. Nilai sisa dihitung dengan asumsi pada akhir periode usaha nilai
sisanya sebesar 10 persen dari nilai belinya.
m. Pajak bumi dan bangunan dikenakan disetiap tahun sebagai biaya
tetap dengan tarif 0.2 dari Nilai Jual Kena Pajak NJKP
berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.
n. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif
berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2008, yaitu:
1. Untuk lapisan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp
50.000.000, tarif pajaknya 5. 2.
Untuk lapisan penghasilan kena pajak diantara Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 , tarif pajaknya 15.
3. Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 250.000.000
hingga Rp 500.000.000 , tarif pajaknya 25. 4.
Untuk lapisan penghasilan kena pajak diatas Rp 500.000.000 tarif pajaknya 30.
o. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tiga perubahan, yaitu:
1. Terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak BBM solar
2. Terjadi penurunan kapasitas produksi
3. Terjadi perubahan rendemen pada bahan baku tebu yang
digunakan.
1. Kebutuhan Modal
Modal merupakan keseluruhan biaya yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan suatu usaha. Komponen modal terdiri dari biaya
investasi yang dibutuhkan pada tahun ke-0 dan biaya modal kerja pada tahun ke-1 ketika perusahaan sudah mulai berproduksi. Kebutuhan modal
pada usaha gula merah tebu ini sebesar Rp 452.137.000. Sumber modal diperoleh dari modal sendiri dengan persentase 33,6 persen dan
meminjam kepada bank dengan persentase 66,4 persen. Pinjaman modal yang diajukan kepada bank sebesar Rp300.000.000 dengan alokasi modal
investasi sebesar Rp 227.488.000 dan modal kerja sebesar Rp 72.512.000. Pengembalian pinjaman kepada bank dilakukan dengan metode anuitas
yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9.
Tabel 6. Rencana Kebutuhan Modal
Rencana Kebutuhan Modal Pada Tahun ke Nol Rp 452.137.000
Sumber Permodalan a.
Modal Sendiri
33,6 Rp 152.137.000
b. Pinjaman
Bank 66,4 Rp
300.000.000
Alokasi Dana Pinjaman
a. Modal
Investasi Periode Pinjaman
5 tahun Rp 227.488.000
b. Modal Kerja
Periode Pinjaman 2 tahun
Rp 72.512.000
Suku Bunga Pinjaman Rata-Rata Bank
11,67
2. Investasi dan Pengembangan
Kegiatan investasi yang dilakukan dalam usaha pengembangan gula merah tebu ini berupa pembelian lahan pabrik, pembangunan pabrik dan
gudang penyimpanan. Investasi juga dilakukan dengan melakukan pembelian peralatan meliputi pembelian tungku, wajan baja, mesin
penggerak, mesin pemeras, mesin pemutar untuk gula semut, satu set penampung nira tebu dan timbangan serta perlengkapan lainnya yang akan
digunakan dalam proses produksi. Total biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 379.625.000.
biaya investasi usaha dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Biaya investasi tertinggi adalah biaya pembangunan pabrik sebesar Rp
125.000.000 dengan persentase 32,93 persen.
Tabel 7. Ringkasan Biaya Investasi Pada Tahun Pertama Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu
Jenis Jumlah Rupiah Persentase
Lahan 50.000.000 13.17
Bangunan Pabrik 125.000.000
32.93 Gudang 75.000.000
19.76 Tungku 20.000.000
5.27 Wajan Baja
13.500.000 3.56
Mesin Penggerak 23.000.000
6.06 Mesin Pemeras
60.000.000 15.81
Mesin Pemutar 5.000.000
1.32 1 Set Penampung
Nira Tebu 2.500.000 0.66
Timbangan 2.500.000 0.66
Biaya Perlengkapan
3.125.000 0.82
3. Modal Kerja
UD Julu Atia dikelola oleh pemilik secara langsung dan dibantu oleh beberapa karyawan yang berasal dari daerah sekitar pabrik. Karyawan
bertanggung jawab atas kegiatan produksi harian yang dilakukan di pabrik sehingga diperlukan deskripsi pekerjaan yang jelas untuk karyawan.
Modal kerja dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
dikeluarkan setiap tahun dan tidak tergantung pada jumlah produksinya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada
jumlah produksi. Biaya tetap dalam usaha pengolahan gula merah tebu ini adalah biaya perawatan, biaya telepon, listrik, pajak bumi dan bangunan,
serta oli mesin. Biaya variabel terdiri dari upah karyawan, pembelian bahan baku berupa tebu, packaging gula merah tebu dan bahan bakar
solar. Sebagian besar biaya variabel dikeluarkan untuk biaya produksi yaitu biaya pembelian bahan baku. Bahan baku berupa tebu memiliki
pengeluaran dengan persentase sebesar 75,9 persen. Nilai pembelian bahan baku tebu juga tergantung dari rendemen tebu yang akan digunakan.
Semakin tinggi rendemennya, maka akan semakin tinggi juga biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian bahan baku tebu. Pada Tabel 8
disajikan biaya yang termasuk dalam modal kerja selama masa giling 180 hari dan kapasitas produksi harian sebesar 15 ton per hari.
Tabel 8. Ringkasan Modal Kerja Usaha Pengolahan Gula Merah Tebu pertahun
Jenis Jumlah Rupiah
Persentase
Bahan Bakar Solar 19.440.000
2.1 Oli 1.440.000 0.2
Listrik 5.400.000 0.6
Telepon 1.200.000 0.1
Perawatan 3.000.000 0.3
Pajak Bumi dan Bangunan
476.000 0.1 Bahan Baku
Tebu+Packaging 707.850.000 75.9
Tenaga Kerja 193.500.000
20.8
4. Proyeksi Pendapatan
Pendapatan adalah total produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan yang diterima oleh usaha pengembangan gula merah tebu ini
diasumsikan sama setiap tahun dalam waktu 10 tahun. Biaya produksi diasumsikan tetap disetiap tahun sehingga penerimaan juga akan tetap
disetiap tahunnya. Pendapatan diperoleh dari penjualan gula merah tebu ke pasar tradisional maupun menjual kepada supplier di luar daerah antar
pulau. UD Julu Atia dapat memproduksi 216.000 kg gula merah tebu per
tahun dengan harga jual Rp 5.000 per kilogram. Total pendapatan kotor yang diperoleh adalah Rp 1.080.000.000 per tahun. Pendapatan diperoleh
setahun setelah melakukan investasi pada tahun ke-0.
5. Analisis Kriteria Kelayakan Usaha
Analisis kriteria kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis untuk dijalankan yang dilihat dari sisi finansial
dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang time value of money. Perhitungan kriteria investasi menggunakan metode Discounted Cash
Flow, dimana seluruh penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada masa kini. Analisis kriteria investasi yang digunakan
adalah Net Present Value NPV, Gross BenefitCost Gross BC, Net BenefitCost Net BC, Internal Rate of Return IRR, Profitability
RatioPR dan Payback Periode PBP. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga pinjaman rata-rata bank yaitu 11,67
persen.
Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi Usaha Pengembangan Gula Merah Tebu
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp 371.948.158
Gross BC 1,063
Net BC 3,44
IRR 42,37 PR 3,32
PBP 3 tahun 1 bulan 14 hari
a. Net Present Value NPV
Net Present Value adalah nilai masa kini manfaat bersih net benefit selama 10 tahun periode usaha. Nilai NPV pada usaha gula merah tebu
ini adalah Rp 371.948.158. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama 10 tahun periode usaha dengan tingkat suku
bunga 11,67 persen pertahun. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dijalankan karena NPV yang
dihasilkan lebih besar dari nol NPV0
b. Gross BenefitCost Ratio Gross BC