Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi Analisis Sensitivitas Penelitian Terdahulu

Berdasarkan spesifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia dalam SNI 01-6237-2000, syarat mutu gula merah tebu dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Spesikasi Syarat Mutu Gula Merah Tebu No Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu I Mutu II 1 Keadaan • Bau • Rasa • Warna • Penampakan - - - - Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur Khas Khas Coklat muda sampai tua Tidak berjamur 2 Bagian yang tidak larut dalam air, bb Maksimal 1,0 Maksimal 5,0 3 Air, bb Maksimal 8,0 Maksimal 10,0 4 Gula dihitung sebagai sukrosa, bb Minimal 65 Minimal 60 5 Gula pereduksi dihitung sebagai glukosa, bb Maksimal 11 Maksimal 14 6 Bahan tambahan makanan pengawet • Residu • Benzoat mgkg mgkg Maksimal 20 Maksimal 200 Maksimal 20 Maksimal 200 7 Cemaran logam • Timbal Pb • Tembaga Cu • Seng Zn • Timah Sn • Raksa Hg mgkg mgkg mgkg mgkg mgkg Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 Maksimal 2,0 Maksimal 2,0 Maksimal 40,0 Maksimal 40,0 Maksimal 0,03 8 Cemaran Arsen mgkg Maksimal 0,1 Maksimal 0,1 Sumber : Badan Standardisasi Nasional 2000

2.3. Potensi Pengembangan Gula Merah Tebu di Provinsi Sulawesi

Selatan Pengembangan gula merah tebu harus didukung oleh ketersediaan lahan dan kesesuaian iklim untuk menjamin ketersediaan bahan baku tebu. Terdapat lahan dengan luas 252.790 hektar yang sangat baik untuk pengembangan tebu. Potensi produksi tebu pada lahan yang baik tersedia air sekitar 140 ton per hektar. Apabila produktivitas tebu adalah 90 tonha pada lahan dengan luas cukup 10.000 ha dari potensi lahan sawah yang ada, maka produksi gula yang dapat dicapai sekitar 900 ribu ton per tahun jika petani mengolahnya menjadi gula merah. Hal ini akan berbeda jika diolah menjadi gula kristal karena hasilnya yang diperoleh hanya sekitar 750 ribu ton gula kristal. Produksi tersebut masih kategori rendah, mengingat rendemen yang digunakan hanya 7,5 persen. Rendemen tebu masih dapat lebih tinggi bila tebu diolah oleh petani menjadi gula merah kemudian diolah menjadi gula pasir Darma,2011.

2.4. Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar 2009, studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha atau bisnis yang sedang dijalankan untuk menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Umar 2009, studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Studi kelayakan bisnis sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan investasi karena dapat memberikan gambaran mengenai prospek tingkat manfaat diterima dari bisnis yang akan dijalankan. Menurut Umar 2009, dalam studi kelayakan bisnis terdapat beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis, yaitu: a. Pihak Investor Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk memberikan masukan bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Calon investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis yang telah dibuat karena calon investor memeliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang diperoleh dari modal yang telah ditanamkan. b. Pihak Kreditor Pihak kreditor memerlukan laporan studi kelayakan bisnis digunakan untuk melakukan penilaian sebelum memutuskan untuk memberikan kredit. c. Pihak Manajemen Perusahaan Laporan studi kelayakan bisnis berguna bagi manajemen perushaan untuk merealisasikan ide proyek yang bermuara pada keuntungan perusahaan. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu, misalnya dalam hal pendanaan yaitu berapa alokasi dari modal sendiri, rencana pendanaan dari investor dan kreditor. d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan- kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang didapatkan dan biaya yang ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional.

2.4.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar 2009, studi kelayakan bisnis dilakukan agar proyek yang dijalankan tidak akan sia-sia atau dengan kata lain tidak membuang waktu, tenaga, pikiran secara cuma-cuma serta tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu di masa yang akan datang. Terdapat lima tujuan perlunya menyusun studi kelayakan bisnis suatu proyek sebelum dijalankan, yaitu: a. Menghindari risiko kerugian karena di masa yang akan datang semacam kondisi ketidakpastian. Studi kelayakan bisnis dapat meminimalkan risiko yang tidak kita inginkan terjadi. b. Memudahkan perencanaan, baik itu meliputi jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan dibangun, siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, dan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh. c. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan karena telah disusun berbagai rencana yang akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis. d. Memudahkan pengawasan karena pelaksanaan proyek akan didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksanaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. e. Memudahkan pengendalian sehingga apabila terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke perencanaan sesungguhnya sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai.

2.4.2 Tahap-Tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar 2009, tahapan dalam melakukan studi kelayakan bisnis perlu dilakukan secara benar agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tahapan dalam studi kelayakan dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan studi kelayakan dan keakuratan penilaian. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan yang umum dilakukan adalah: a. Pengumpulan data dan informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat dipercaya, misalnya Biro Pusat Statistika BPS, Badan Kordinasi Penanaman Modal BKPM, Bank Indonesia BI dan sebagianya. b. Melakukan pengolahan data Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut. Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan menggunakan metode-metode dan ukuran yang telah lazim digunakan dalam bisnis. c. Analisis Data Analisis data dilakukan dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari suatu aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dengan kriteria-kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kriteria yang layak digunakan. d. Mengambil keputusan Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan terhadap hasil tersebut. e. Memberikan rekomendasi Tahap terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak- pihak tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan rekomendasi, diberikan juga saran-saran jika memang masih dibutuhkan.

2.4.3 Aspek –Aspek Penilaian Bisnis

Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Masing-masing aspek saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri Kasmir dan Jakfar, 2009. Aspek yang perlu diperhatikan terbagi dalam dua kelompok, yaitu aspek finansial keuangan dan non finansial. Aspek non finansial terdiri Gambar 2. Tahapan dalam Studi Kelayakan Bisnis Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Mengambil keputusan Direkomendasikan Dijalankan Dibatalkan tidak layak dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi, dan aspek lingkungan Nurmalina dkk, 2010.

1. Aspek Pasar

Pengkajian aspek pasar bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pasar dari produk tersebut mampu mempengaruhi pengembangan usaha tersebut. Dalam pembahasannya, terdapat beberapa faktor yang perlu dinilai, yaitu kecenderungan permintaan produk tersebut dari tahun ke tahun, seberapa besar market share yang tersedia di masa yang akan datang dan seberapa besar market share yang ditargetkan untuk diraih serta faktor yang mempengaruhi permintaan Ibrahim, 2003. Aspek pasar menempati prioritas pertama dalam studi kelayakan bisnis. Kegiatan bisnis diharapkan dapat berjalan dengan baik dan produk mendapat tempat di pasaran serta dapat menghasilkan penjualan yang memadai dan menguntungkan Nurmalina dkk, 2010. Dalam aspek pasar juga dirumuskan strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Dalam hal ini, strategi tersebut dirumuskan melalui proses riset pemasaran, baik terjun lansung ke lapangan maupun dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang dijalankan untuk menentukan besarnya pasar nyata dan potensi pasar yang ada Kasmir dan Jakfar, 2009.

2. Aspek Finansial

Penilaian dalam aspek finansial dilakukan melalui penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Terdapat tiga kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu: membuat rekap dari penerimaan, rekap biaya yang dikeluarkan, dan menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan layak berdasarkan kriteria kelayakan yang ada Sofyan, 2003. Metode penilaian yang akan digunakan adalah menghitung Net Present Value, Gross BC Ratio, Net BC Ratio, Internal Rate of Return, Profitability Ratio dan Payback Period.

3. Aspek Teknis

Menurut Nurmalina dkk 2010, aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Dalam aspek ini akan diteliti mengenai lokasi usaha, gedung, mesin, peralatan serta layout pabrik Kasmir dan Jakfar, 2009.

4. Aspek Manajemen dan Hukum

Terdapat dua macam studi yang perlu dilakukan alam aspek manajemen, yaitu manajemen saat pembangunan proyek bisnis dan manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Di dalam pembangunan proyek bisnis, telaah manajemennya antara lain menyusun rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengordinasikannya, dan mengawasi pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya Umar, 2009. Menurut Kasmir dan Jakfar, 2009, aspek hukum operasional meliputi masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki.

5. Aspek Sosial dan Ekonomi

Menurut Nurmalina dkk 2010, dalam aspek sosial dan ekonomi, yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial dan ekonomi terhadap masyarakat. Dalam aspek sosial, yang dipelajari adalah penambahan dan pemerataan kesempatan kerja. Dari aspek ekonomi yang dipelajari adalah apakah bisnis tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan menambah kegiatan ekonomi.

6. Aspek Lingkungan

Kajian mengenai aspek lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak yang akan yang akan ditimbulkan dari pendirian usaha tesebut terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan penilaian dalam aspek lingkungan akan berdampak negatif di kemudian hari, baik bagi pelaku usaha maupun bagi lingkungan Sofyan, 2003. Aspek ini sangat penting karena akan menentukan juga kelangsungan jalannya bisnis tersebut.

2.5. Analisis Sensitivitas

Menurut Sinaga 2009, analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui alternatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis. Perubahan atas komponen dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan, dan perubahan internal rate of return IRR atau return on investment ROI. Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan Gambar 3.Aspek-Aspek Penilaian dalam Studi Kelayakan Aspek Penilaian Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial dan Ekonomi Aspek Lingkungan Aspek Pasar Hasil Studi Aspek Finansial pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek.

2.6. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian Rahmawati 2011 yang mengevaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin pada Alma Fish Farm di Kecamatan Ciampea Bogor, hasil penelitian yang diperoleh adalah usaha tersebut layak untuk dijalankan. Dilihat dari aspek pemasaran, usaha pembenihan ikan patin mempunyai permintaan yang tinggi baik dari pelanggan di daerah Bogor maupun di daerah sekitar Jawa Barat. Sedangkan dari aspek finansial, usaha pembenihan ikan patin ini layak secara finansial. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.153.983.555,00, IRR 51 persen, BCR 2,95, PBP adalah 2,34 tahun dan BEP Rp.310.083.025,00 serta BEP Quantity sebesar 1.946.422. Dalam penelitian Utami 2008 tentang pengembangan usaha gula merah tebu di Kabupaten Rembang, menyatakan bahwa usaha gula merah tebu layak untuk dikembangkan dengan kedua kondisi, yaitu kondisi yang dilakukan saat ini tanpa pengembangan dan kondisi penerapan pengembangan. Nilai kriteria kelayakan untuk masing-masing industri sebagai berikut NPV sebesar Rp 257.968.831,00 dan Rp 854.471.865,00; IRR sebesar 40,60 . dan 51,12 ; Net BC sebesar 1,97 dan 3,34; BEP sebesar Rp. 195.968.791,00 atau 59.384 Kgtahun dan Rp 158.721.400,00 atau 45.349 Kgtahun; PBP sebesar 2,96 dan 1,89 tahun. Namun jika ditinjau dari indikator NPV, kondisi pengembangan usaha dengan menerapkan alternatif yang ada memiliki nilai NPV jauh lebih besar dibandingkan nilai NPV kondisi usaha tanpa pengembangan. Sehingga pilihan terbaik untuk mengembangkan usaha gula merah tebu adalah penerapan alternatif pengembangan yang ada, yang didukung pula oleh kriteria investasi lainnya .

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri untuk memenuhi kebutuhannya. Pengembangan usaha pengolahan gula merah tebu di Kabupaten Takalar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan permintaan gula di Indonesia yang saat ini terus mengalami peningkatan. Kondisi saat ini menggambarkan bahwa kapasitas produksi yang tidak dapat mencukupi kebutuhan gula sehingga dilakukan impor gula. Pengembangan komoditas tebu memberikan pilihan bagi petani untuk menjual hasil panennya ke pabrik gula atau mengolahnya sendiri menjadi gula merah. Dengan teknologi pemerasan dan pemasakan dengan tungku hemat energi, petani dapat mengolah sendiri tebu menjadi gula merah. Pengembangan usaha ini dihadapkan pada pilihan petani, namun yang menentukan adalah pendapatan bersih yang akan diperoleh petani. Kondisi usaha gula merah tebu di Kabupaten Takalar saat ini merupakan suatu usaha baru dengan permintaan produk yang tinggi, terdapat kebun tebu yang hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pabrik gula dan terdapat lahan luas yang potensial untuk ditanami tebu sebagai bahan baku pembuatan gula merah serta terdapat teknologi yang sederhana. UD Julu Atia yang dimiliki Pak Syamsuddin Dg.Ronrong adalah usaha pengolahan gula merah tebu dengan pabrik yang berlokasi di Kecamatan Polongbangkeng Selatan, Kabupaten Takalar. Pada awal pendiriannya, kapasitas produksi hariannya adalah 2 ton tebu per hari. Gula merah yang dihasilkan dipasarkan ke pasar lokal dengan permintaan tiga kali lipat dibandingkan kapasitas produksi harian. Berdasarkan pengalaman tersebut, pemilik berkehendak untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 15 ton tebu perhari untuk memenuhi permintaan lokal dan akan dikembangkan ke pasar antarpulau dan ekspor.