Sulawesi Selatan yang cepat berkembang, memungkinkan Sulawesi Selatan berpotensi menjadi lumbung gula di Indonesia.
4.2. Awal Pengembangan Usaha
Sebelum memulai rencana bisnis pengembangan business plan usaha pengolahan gula merah tebu, terlebih dahulu dilakukan analisis
usaha yang pertama dikembangkan sebagai suatu proses pembelajaran dan sarana pengembangan jaringan bisnis. Pabrik dibangun di samping rumah
tempat tinggal Pak Syam dengan kapasitas produksi rata-rata 2 ton tebu per hari. Pada awal usahanya, Pak Syam hanya bertindak sebagai
pengolah tebu. Tebu berasal dari petani tebu dan penjualannya juga diserahkan kepada petani sehingga Pak Syam hanya menerima upah
pengolahan upah giling. Dengan mempekerjakan empat orang tenaga kerja. Usaha pengolahan gula merah tebu dapat memberikan pendapatan
bersih sekitar Rp 27,93 juta per tahun dengan nilai investasi sekitar Rp 22 juta tidak termasuk bangunan untuk periode investasi selama sepuluh
tahun.
Tabel 4. Biaya Operasional Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton No
Uraian Rp Nilai Rp
Penyusutan Rp
Biayatahun Rp
1 Mesin peras
8.000.000 800.000
800.000 2 Motor
penggerak 8.000.000
800.000 800.000 3 Tungku
6.000.000 600.000
600.000 5 Perlengkapan
1.000.000 1.000.000
6 Pemeliharaan 1.000.000
1.000.000 7 Tenaga
Kerja 25.200.000
8 Bahan Bakar
2.430.000 9 Oli
720.000
Total 32.550.000
Tabel 5. Pendapatan Pertahun UD Julu Atia Kapasitas 2 Ton No. Uraian
Nilai Rp
1 Pendapatan Rp
60.480.000 2
Biaya Operasional Rp 32.550.000
Pendapatan Bersih
Rp 27.930.000
Dengan menggunakan sistem bagi hasil 65-35, yaitu 65 persen untuk pemilik tebu 35 persen untuk pabrik pengolahan sebagai jasa
penggilingan, dimana tebu diantar hingga pabrik pengolahan sehingga biaya tebang dan biaya angkut ditanggung oleh pemilik tebu petani.
Harga jual gula merah tebu yang berlaku adalah Rp 6.000kg. Pabrik kecil ini dapat dioperasikan selama tujuh bulan 210 hari masa giling atau
setara dengan areal tebu seluas 6-7 hektar bila digunakan dua shift pekerjaan.
4.3. Aspek –Aspek Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan pengembangan usaha gula merah tebu ini dikaji menurut aspek aspek-aspek yang terdapat dalam analisis kelayakan usaha.
Aspek kelayakan usaha tersebut adalah aspek finansial, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi dan sosial, aspek teknis dan aspek
lingkungan. 4.3.1
Aspek Pasar
Dalam aspek pasar, yang dikaji adalah potensi pasar dari produk yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari potensi pasar dan
kebijakan terhadap bauran pemasaran yang dilakukan.
1. Potensi Pasar
Pasar yang menjadi sasaran UD Julu Atia milik Pak Syam ini adalah pasar lokal, antar pulau dan akan dikembangkan ke pasar ekspor.
Setelah menjalankan usaha gula merah dengan mesin skala kecil, kapasitas 2 ton tebu per hari, pasar yang dilayani selama ini adalah pasar lokal.
Berdasarkan pengalaman selama setahun, permintaan lokal sangat tinggi dengan kisaran tiga kali lipat dari kapasitas produksi. Produk gula merah
yang dihasilkan langsung terjual pada hari produksi dengan harga Rp 8.000kg, sementara prediksinya hanya Rp 5.000-7.000kg.
Permintaan lain yang belum dapat dipenuhi adalah permintaan dari Jayapura sebanyak 20 ton per bulan dan Kalimantan Timur 15 ton per
bulan. Surabaya sudah meminta 3.000 ton untuk satu tahun. Pengalaman ini menggambarkan prospek pasar gula merah sangat tinggi. Harga gula
merah dari palm berkisar antara Rp 10.000-15.000kg. Dengan membandingkan harga gula merah tebu dan gula merah dari palm dimana
perbedaannya cukup besar, dapat dikatakan bahwa gula merah tebu memiliki prospek pasar yang besar dan menjanjikan. Selain itu, proses
pembuatan gula merah tebu sangat mudah dibandingkan dengan proses pembuatan gula palem.
Pengembangan pemasaran produk ke pasar ekspor didasarkan pada permintaan ekpor gula merah tebu. Misalnya Koperasi Serba Usaha
Jatirogo, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta, mendapat order ekspor gula merah hingga 500 ton per bulan yang hanya dapat dipenuhi sebesar 30
hingga 50 ton per bulan Permintaan ekspor yang belum dapat terpenuhi adalah permintaan dari Kanada, Amerika, Belgia, Australia, dan Eropa
www.metrotvnews.com, 2011. Kelompok Tani Sariwangi di Banyumas juga hanya dapat memenuhi permintaan gula merah tebu dari Jepang
sebesar 10 persen. Dari permintaan sebesar 500 ton perbulan, hanya 50 ton permintaan yang dapat dipenuhi Sanjaya, 2011.
Berdasarkan potensi pasar gula merah tebu baik dari pasar lokal, antar pulau, maupun pasar ekspor, Pak Syam sangat yakin bahwa produk
yang akan diproduksi akan terserap oleh pasar, baik untuk memenuhi permintaan pasar lokal, antar pulau dan pasar ekspor.
2. Bauran Pemasaran
Pengembangan pemasaran gula merah tebu dapat dilakukan dengan menggunakan kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat
dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran yaitu variabel product produk, price harga, place
tempat, dan promotion promosi. Sebagian dari strategi ini sudah
dilaksanakan oleh Pak Syam selama ini seperti produk gula padat dua kategori warna, pasar lokal dan antar pulau, dan promosi. Strategi harga
belum dilakukan karena produksi masih sedikit.
a. Product Produk