5.2 Kondisi Biologi Tana ‘Ulen Lalut Birai
5.2.1 Flora
Jenis-jenis tumbuhan yang ada di batas kawasan umumnya berupa pepohonan tinggi dan besar, sedangkan untuk lokasi seperti di puncak-puncak
pegunungan dapat dijumpai pepohonan pendek dengan diameter yang kecil. Jenis- jenis pohon tersebut seperti Meranti Shorea sp., Ulin Eusideroxylon zwagerii,
Agathis Agathis
borneensis, Pulai
Alstonia scholaris,
Eucalyptus Tristianopsis whiteana, Eucalyptus Tristianopsis obovata dan Puspa Schima
wallichii. Terdapat jenis-jenis rotan baik rotan dengan diameter besar maupun kecil
di sepanjang batas kawasan. Jenis rotan yang dapat dijumpai seperti Wai sega Calamus caesus dan Wai Semole Daemonorops periancantha. Jenis-jenis
palem-paleman lainnya juga terdapat di areal ini seperti Palem kipas Licuala splendidula dan Nibung Oncosperma horridum. Berbagai jenis anggrek
terdapat di sepanjang jalur, namun sebagian besar merupakan jenis anggrek terestrial dan anggrek tanah.
5.2.2 Fauna
Satwa yang ada dalam kawasan seperti Bajing kerdil Excillisiurus exillis, Rusa sambar Cervus unicolor, Kera ekor panjang Macaca fascicularis dan
Owa kelawat Hylobates muelleri. Jenis burung yang ada dalam kawasan adalah burung Enggang gading Buceros vigil, Enggang badak Buceros rhinoceros,
Kuau raja Argusianus argus dan Elang ular bido Spilornis cheela. Jenis satwa lainnya adalah Beruang madu Helarctos malayanus, Kijang
Muntiacus spp. dan Babi hutan Sus barbatus. Satwa tersebut diketahui keberadaannya melalui jejak yang ditinggalkannya seperti kubangan, lubang
galian dan jejak kaki.
5.3 Tana ‘Ulen Lalut Birai
5.3.1 Letak Tana ‘Ulen Lalut Birai
Tana „Ulen Lalut Birai merupakan Tanah adat masyarakat Desa Long Alango dan terletak dalam kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang.
Lokasinya berada di Sungai Enggeng dengan jarak kurang lebih 5 km dari desa.
Jarak ini ditempuh dalam waktu 15 menit dengan perahu tempel ketinting. Muara Sungai Enggeng merupakan batas terluar di bagian timur kawasan dan
berada di tepi aliran Sungai Bahau, sehingga cukup mudah dijangkau setelah melewati perjalanan air di sungai-sungai utama yang dijadikan jalur transportasi
Gambar 7.
Gambar 7 Muara Sungai Enggeng. Tana „Ulen tersebut terdiri atas sisi utara kanan, selatan kiri, barat dan
timur dari Sungai Enggeng, sehingga sungai ini merupakan titik tengah dari Tana „Ulen masyarakat. Peneliti biologi kawasan terdahulu memperkirakan luasan Tana
„Ulen ini kurang lebih 11.000 ha, tanpa menyusuri batas kawasan.
5.3.2 Batas Tana ‘Ulen Lalut Birai
Masyarakat membatasi areal Tana „Ulennya menggunakan sistem mata air terluar yang mengalir ke Sungai Enggeng, baik mata air yang secara nyata
mengalir ke Sungai Enggeng maupun mata air yang mengalir berputar menjauh dari Sungai Enggeng, jika tetap mata air itu berakhir di Sungai Enggeng, maka
masyarakat menganggapnya sebagai batas dari Tana „Ulennya Gambar 8. Mata air yang mengalir kedalam dua DAS berbeda, menurut Ongkosongo
2010 dipisahkan oleh topografi di bagian daratnya. Noor 2009 mendefiniskan
topografi sebagai penampakan ketinggian muka bumi atau lahan. Letak punggung gunung terdapat di bagian teratas dari mata air tersebut, sehingga dalam Tana
„Ulen ini pembatasnya adalah punggung gunung dan bukit. Punggung gunung tersebut memisahkan dua mata air yang mengalir ke Sungai Enggeng dan air yang
mengalir ke luar Sungai Enggeng.
Gambar 8 Titik- titik koordinat survey lapang dan batas lapang Tana „Ulen Lalut
Birai hasil diskusi. Batas alam titik terluar di bagian timur kawas
an Tana „Ulen Lalut Birai berupa muara Sungai Enggeng yang bertemu dengan Sungai Bahau, anak sungai
dari Sungai Kayan. Muara ini memiliki lebar tidak lebih dari 20 meter. Berjalan di sisi kanan utara kawasan atau bagian atas dari muara dapat dijumpai kelerengan
lahan yang mencapai 25, berupa jalan menanjak Gambar 9. Sisi-sisinya berupa areal lahan yang meninggi dan lereng curam 40 yang mengarah ke Sungai
Bahau. Jalan ini merupakan titik awal dari rangkaian pegunungan di bagian kanan utara yang merupakan kesatuan dari puncak gunung di hulu Sungai Enggeng.
Jalan tersebut merupakan jalan yang digunakan untuk mencapai SPHT Lalut Birai. Namun, jalan ini tidak selamanya berada di batas terluar dari Tana
„Ulen Lalut Birai. Pada beberapa lokasi jalan, terdapat pengalihan jalan menuju
areal terendah dari punggung bukit yang merupakan batas Tana „Ulen. Sehingga dapat terlihat persimpangan jalan antara jalan menuju SPHT Lalut Birai dan jalan
yang merupakan punggung bukit sebagai batas Tana „Ulen Lalut Birai.
Gambar 9 Lokasi titik pertama di bagian a kanan utara dan b kiri selatan. Hutan di sekitar titik ini cukup terbuka dan banyak ditumbuhi semak
belukar. Bagian dalam dari hutan ini terlihat masih baik dengan banyaknya pepohonan tinggi dan besar yang menaungi lantai hutan. Letak hutan yang berada
di antara pertemuan dua arus sungai menjadikan hutan ini berada di lereng-lereng curam dengan kemiringan lebih dari 40 Gambar 10. Letak hutan ini berada di
ketinggian 330 mdpl. Titik pertama di bagian kiri selatan kawasan terletak tidak jauh dengan
titik pertama di bagian kanan utara Gambar 9. Sehingga kondisinya tidak memiliki perbedaan yang nyata. Berada di titik terendah 330 mdpl dari
rangkaian punggung gunung Sungai Enggeng, menjadikan titik ini muara dari Sungai Enggeng serta anak sungainya. Perbedaan kecil yang terlihat dengan titik
kanan adalah tidak terdapat jalan setapak di titik ini untuk masuk kedalam hutan. Hutan di bagian kiri selatan areal dapat tergambarkan dengan kondisi
yang berada di lereng curam menuju Sungai Enggeng. Sedangkan hutan yang menghadap Sungai Bahau tidak berada di lereng curam, melainkan berada di
tanah yang cukup landai. Hutannya tidak langsung bertemu dengan Sungai Bahau, tetapi bertemu dengan tanah pasir berbatu yang merupakan hasil sedimentasi
ketika banjir. Kelerengan curam dapat dijumpai tidak jauh dari bagian awal hutan. Berjalan kedalam hutan di bagian kiri areal akan bertemu dengan lahan curam
a b
yang terhubung dengan punggung gunung di bagian kiri selatan dari muara sungai.
Titik koordinat kedua merupakan batas terluar di bagian kanan utara kawasan berupa jalan persimpangan menuju Sungai Pande Iut dan Sungai
Enggeng dengan ketinggian 931 mdpl Gambar 11. Batas ini memiliki ciri yang cukup khas berupa tanah datar berlumpur yang ditumbuhi rumput liar sebagai
areal berkumpulnya beberapa jenis satwa. Sisi-sisi dari areal ini berupa kelerengan curam yang dalam dan sisi lainnya dilalui aliran air yang merupakan mata air ke
Sungai Enggeng. Arah selatan titik ini berupa jalan menuju muara dan arah barat jalan landai menuju Tana „Ulen.
US Army Infantry School 2001 mendefinisikan bukit sebagai areal yang berada di ketinggian dengan sisi-sisinya berupa areal menurun, sedangkan
rangkaian punggung bukit merupakan areal yang berada di ketinggian dengan perubahan ketinggian di sepanjang rangkaian dimana sisi-sisinya merupakan areal
menurun tajam. Titik kedua yang memiliki sisi-sisi curam dan sisi lainnya berupa jalan landai menuju Tana „Ulen memberikan gambaran titik ini berada pada
sebuah bukit yang terhubung dengan bukit lain pada punggung bukitnya. Sifatnya yang terjal merupakan ciri tersendiri dari sebuah bukit Darmawan A Ruswanto
2008. Titik dengan ketinggian 500-1000 mdpl mencirikan sebuah bukit, sedangkan pegunungan rendah dicirikan dengan ketinggian 1000-1500 mdpl
TNKM 2002. Kondisi hutan di sepanjang titik satu ke titik dua banyak ditumbuhi oleh
pepohonan besar dan tinggi, sehingga kondisi jalan banyak ternaungi oleh lebatnya pepohonan. Namun terdapat satu lokasi dengan naungan terbuka karena
pohon tumbang sebagai proses regenerasi alami. Kondisi hutan sepanjang jalan ini berada di lereng-lereng curam yang memisahkan aliran Lalut Birai dengan aliran
sungai lainnya yang ada di sebelah selatan jalur. Jalur sepanjang titik satu menuju titik dua, bukan punggung bukit terluar yang membatasi areal Tana „Ulen,
melainkan punggung bukit yang terhubung dengan pertemuan beberapa punggung bukit lainnya yang membatasi kawasan.
33 Gambar 10
Peta kelerengan di Tana „Ulen Lalut Birai.
Gambar 11 Titik kedua di bagian a kanan utara dan b kiri selatan. Titik koordinat kedua di bagian kiri selatan berada di puncak bukit dan
merupakan rangkaian dari tiga punggung bukit lainnya Gambar 11. Perbedaan tidak terlihat nyata dengan titik kedua di bagian kanan utara, lereng curam dan
terjal terdapat di sisi selatan dan utara titik ini. Titik ini berada pada ketinggian 626 mdpl, lebih rendah jika dibandingkan dengan titik kedua di bagian kanan
utara. Perjalanan menuju titik ini dilakukan dengan menyusuri lereng curam di bagian utara yang mengalirkan air ke Sungai Enggeng. Sisi selatan titik ini
mengalirkan air ke Lalut Songan. Sisi barat titik ini menuju Tana „Ulen dan sisi timur menuju muara.
Gambar 12 T itik ketiga di bagian a kanan dan b kiri areal Tana „Ulen.
Kondisi hutannya terletak di lereng-lereng curam dengan naungan lebat karena pepohonan rapat dan besar. Lantai hutannya sedikit ditumbuhi semak
belukar, hanya beberapa di bagian tepi sungai yang mendapat sinar matahari ditumbuhi oleh tumbuhan bawah.
Koordinat ketiga di bagian kanan utara terletak pada ketinggian 1003 mdpl Gambar 12. Area yang menurun ataupun titik terendah antara dua puncak
a b
a b
ketinggian menurut US Army Infantry School 2001 disebut sebagai cekungan. Titik ketiga ini berada pada area yang menurun setelah melewati area meninggi di
sisi timurnya. Sisi barat dari titik ini merupakan area meninggi yang merupakan jalan menuju Tana „Ulen. Sisi utara dan selatan titik ini berupa lembah yang
mengalirkan air ke Sungai Enggeng Tau dan sungai lainnya. US Army Infantry School 2001 mendefinisikan lembah dengan areal yang melebar akibat aktivitas
aliran air ataupun sungai, dengan ketiga sisi berupa ketinggian dan sisi lainnya berupa area menurun. Lembah merupakan daerah resapan air yang membentuk
aliran sungai serta berfungsi sebagai daerah tangkapan air Darmawan A Ruswanto 2008. Sehingga titik ini berada pada sebuah cekungan antara dua
ketinggian yang berupa punggung gunung dengan sisi-sisinya lembah yang mengalirkan air.
Kondisi hutan yang berada di titik ketiga sebagian besar berada di lembah curam dan di tepi punggung gunung. Kedalaman lembah mencapai 100 meter
sehingga tajuk-tajuk pohon berada diposisi sejajar dan di bawah pandangan mata. Hutan di punggung ini berada dalam kondisi baik karena tidak ditemukannya
tebangan pohon. Hutan ini memisahkan dua aliran sungai besar, yakni Sungai Pande dengan Sungai Enggeng Tau. Pepohonan besar terdapat di tepi punggung
gunung yang curam. Kondisi ini memungkinkan adanya tanah landai dan cukup lebar di punggung gunung ini.
Titik ketiga di bagian kiri selatan berada di ketinggian 826 mdpl dengan lereng curam di ketiga sisinya Gambar 12. Sisi barat titik ini merupakan jalan
menurun menuju Tana „Ulen. Sisi utara dari titik ini terdapat cabang besar Sungai Enggeng yakni Sungai Tee. Sungai Tee merupakan cabang Sungai Enggeng di
bagian paling kiri selatan dari Tana „Ulen. Sehingga lereng-lereng curam di sisi utara kanan titik ini mengalirkan air ke Sungai Tee. Sisi selatan titik ini berupa
lereng curam menuju Lalut Songan dan sisi timurnya merupakan jalan menurun menuju muara. Sehingga titik ini berada pada sebuah puncak bukit yang
terhubung dengan bukit lainnya.
36 Gambar 13 Peta ketinggian di Ta
na „Ulen Lalut Birai.
Kondisi hutan di titik ini berupa pepohonan besar dan tinggi yang menaungi lantai hutan. Tebangan pohon maupun pohon tumbang tidak ditemukan
di areal ini, sehingga hutan di titik ini berada dalam kondisi baik. Titik keempat di bagian kanan utara terletak di ketinggian 1072 mdpl
Gambar 14. Sisi barat titik ini berupa jurang dalam yang terbentuk akibat longsoran dan sisi timurnya berupa area menurun menuju anak Sungai Pande.
Jurang merupakan area tegak lurus atau mendekati tegak lurus yang muncul secara tiba-tiba di permukaan US Army Infantry School 2001. Sisi utara titik ini
merupakan jalan menurun menuju Tana „Ulen sedangkan bagian selatannya merupakan jalan menuju muara Sungai Enggeng. Sehingga titik ini berada pada
puncak pegunungan yang terhubung dengan pegunungan lainnya melalui punggung gunung.
Kondisi hutan di titik keempat memiliki perbedaan yang cukup jelas. Tanah longsor di sisi barat membuka pemandangan ke dalam areal Tana „Ulen
Lalut Birai. Sehingga kondisi hutannya dapat terlihat jelas. Tumbuhan perintis mulai tumbuh pada bagian yang mengalami kelongsoran, sedangkan hutan di
bawah terlihat rapat sehingga lantai hutannya tidak dapat terlihat dari titik ini. Bagian timur lokasi menggambarkan kondisi yang tidak jauh berbeda, lereng
dalam dan curam dapat terlihat di sini. Hutan yang berada di lokasi ini memisahkan dua aliran sungai besar, yakni Sungai Enggeng Tau dengan sungai
lainnya yang alirannya keluar Sungai Enggeng.
Gambar 14 Titik keempat di bagian a kanan dan b kiri. Titik koordinat keempat di bagian kiri selatan kawasan terletak di
ketinggian 802 mdpl dengan sisi utara dan selatan berupa jalanan menurun
a b
menuju Sungai Tee dan Sungai Enggeng Iut Gambar 14. Kedua sisi lainnya merupakan jalan menuju Tana „Ulen sisi barat dan muara Sungai Enggeng sisi
timur. Jalan menuju beberapa anak sungai tersebut tidak menandakan area landai untuk dilewati. Area menurun yang panjang merupakan ciri jalan di sekitar titik
ini. Sehingga titik ini merupakan puncak bukit yang tersambung dengan bukit lainnya melalui punggung bukit di dua arah mata anginnya.
Kondisi hutan di sekitar titik ini terdiri atas pepohonan besar dan rindang. Letaknya yang ada di puncak bukit tidak menggambarkan ciri dari hutan
pegunungan berupa pepohonan kerdil dan ditumbuhi lumut. Jarak antara pepohonan besar diselingi oleh anakan pohon sebagai proses regenerasi alami dari
pertumbuhan pepohonan. Titik koordinat kelima di bagian kanan utara kawasan berada pada
ketinggian 1161 mdpl yang memisahkan dua aliran sungai Gambar 15. Sisi selatan titik ini terdapat area longsor yang membentuk sebuah jurang dalam.
Sedangkan sisi utara berupa lereng terjal menuju sungai lain di luar Sungai Enggeng. Sungai Enggeng Tau terletak di sisi selatan titik ini. Arah barat titik
berupa jalan menuju Tana „Ulen dan arah timurnya jalan menuju muara sungai. Jalan yang sempit karena sisinya berupa jurang dan lereng terjal. Sisi-sisinya
merupakan lereng dan sisi lainnya berupa jalan, sehingga titik ini berada di punggung gunung yang memisahkan dua aliran sungai.
Gambar 15 Titik kelima di bagian a kanan dan b kiri. Kondisi hutan di titik kelima memiliki naungan yang terbuka karena
letaknya di punggung gunung dan tepi jurang. Anakan pepohonan tumbuh di tepi jurang dan di antara pepohonan dewasa yang terpisah cukup jauh. Pohon tumbang
a b
di titik ini merupakan pohon dewasa dengan perakaran yang muncul di permukaan. Hutan lebat yang ada di bagian bawah dapat terlihat dari tepi jurang.
Namun lantai hutannya tidak terlihat, hal ini menandakan jurang ini cukup dalam. Titik koordinat kelima di bagian kiri selatan kawasan berada pada
ketinggian 819 meter di atas permukaan laut Gambar 15. Sisi utara titik ini terdapat lembah dalam yang mengalirkan air ke Sungai Enggeng melalui Lalut
Potok, sedangkan sisi selatan terdapat lembah dalam yang mengalirkan air ke Sungai Enggeng Iut. Sisi barat dan timur titik ini berupa jalan yang menanjak dan
menurun menuju Tana „Ulen dan muara sungai. Sehingga titik ini berada pada puncak bukit yang tersambung dengan keempat punggung bukitnya berupa jalan
menuju beberapa lokasi. Kondisi hutan di titik ini ditumbuhi oleh pohon-pohon dewasa dan anakan
pohon tersebut. Anakan pohon berada di antara pepohonan besar yang menambah kerapatan di hutan ini. Tidak hanya pepohonan, jenis-jenis liana maupun rotan
terdapat di titik ini.
Gambar 16 Titik keenam di bagian a kanan dan b kiri. Titik koordinat keenam di bagian kanan utara kawasan berada di
ketinggian 1247 mdpl Gambar 16. Sisi selatan merupakan lembah dalam dengan kelerengan terjal yang mengalirkan air ke Sungai Enggeng Tau dan sisi utaranya
berupa lembah dalam yang mengalirkan air ke luar Sungai Polong. Sisi timur dan barat titik ini merupakan jalan menurun yang terjal menuju Tana „Ulen dan muara
Sungai Enggeng. Sehingga titik ini berada pada puncak pegunungan dengan sisinya berupa lembah dalam dan lereng terjal yang memisahkan dua aliran
sungai. Kelerengan di sisi-sisi titik ini mencapai 45.
a b
Hutan ini berada pada puncak pegunungan dengan areal yang sempit. Lantai hutan tertutupi oleh serasah daun dan terdapat pohon tumbang yang
melintang di titik ini. Kondisi hutan didominasi oleh pohon dewasa dan anakan pohon yang terdapat di antara pohon dewasa. Jenis pandan-pandanan dan rotan
terdapat di titik ini, namun tidak sebanyak pohon dewasa. Perbedaan yang ada di hutan ini ialah kondisi angin yang kencang.
Titik koordinat keenam di bagian kiri selatan kawasan berada pada ketinggian 1029 mdpl Gambar 16. Titik ini memiliki sisi curam dan dalam
berupa lembah di bagian selatan yang mangalirkan air ke Sungai Enggeng iut, sedangkan bagian utaranya berupa lembah dalam yang mengalirkan air ke Sungai
Tee. Sisi timur dan barat titik ini berupa jalan menurun dengan kelerengan sangat curam menuju Tan
a „Ulen dan muara sungai. Sehingga titik ini berada pada puncak pegunungan yang terhubung dengan sisi-sisinya berupa lembah dan
lereng.
Gambar 17 Titik ketujuh di bagian a kanan dan b kiri. Kondisi hutan di titik ini tidak jauh berbeda dengan kondisi hutan
sebelumnya. Pepohonan kecil yang ada di titik ini merupakan anak pohon dari pohon-pohon dewasa yang ada di sekitarnya. Pada umumnya anakan pohon
tersebut berada di antara pohon dewasa yang ada di kiri dan kanan jalan. Titik koordinat ketujuh di bagian kanan utara kawasan berada di
ketinggian 1318 mdpl dengan lantai hutan berupa serasah tebal dan akar-akar pohon ditutupi oleh lumut Gambar 17. Sisi utara titik ini lereng terjal berupa
lembah dalam yang mengalirkan air ke Sungai Polong. Sisi selatannya berupa lembah dalam yang mengalirkan air ke Sungai Enggeng Tau. Sisi barat dan timur
titik ini merupakan jalan terjal menuju Tana „Ulen dan muara sungai. Kelerengan
a b
besar yang ada disemua sisinya mencirikan area ini berupa puncak pegunungan dan pegunungan yang terhubung ditandai oleh jalan terjal di sisi timur dan barat.
Kondisi hutan di titik ini memiliki pepohonan yang kerdil dan keliling yang kecil. Batang pepohonan di titik ini tidak lurus dan bagian akarnya
ditumbuhi lumut. Serasah dedaunan menutupi lantai hutan dan menutupi akar pepohonan. Banyaknya lumut-lumutan yang hidup di bagian bawah maupun di
atas tumbuhan menjadi ciri khas lainnya dari hutan pegunungan rendah. Titik koordinat ketujuh di bagian kiri selatan berada pada ketinggian
1182 mdpl Gambar 17. Sisi-sisi dari titik ini berupa lembah dalam dan lereng terjal menuju Desa Long Tebulo. Lembah curam dan dalam tersebut berada di sisi
utara, selatan dan timur, namun di sisi tersebut terdapat pula lereng landai hingga terjal yang berupa punggung gunung. Sisi barat titik ini merupakan jalan terjal
menuju Tana „Ulen. Sehingga titik ini merupakan puncak pegunungan yang terhubung dengan pegunungan lainnya melalui punggung gunung.
Gambar 18 Titik kedelapan di bagian a kanan dan b kiri. Kondisi hutannya berupa pepohonan dewasa dan lebat yang ada di lereng-
lereng. Anakan pohon terdapat di antara pohon dewasa. Lantai hutannya ditutupi oleh serasah dedaunan yang merupakan proses alami regenerasi pepohonan.
Selain itu, lantai hutannya sedikit ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dan semak belukar, sehingga cukup bersih dan mudah untuk dilalui.
Titik koordinat delapan bagian kanan utara kawasan berada di ketinggian 1340 mdpl dan merupakan titik tertinggi Gambar 18. Titik ini memisahkan dua
sungai besar, yakni Sungai Enggeng Tau dan Sungai Polong di sisi utaranya. Sisi barat dari titik ini merupakan jalan kembali ke muara Sungai Enggeng sedangkan
a b
arah selatan titik ini merupakan jalanan menuju batas Tana „Ulen. Sisi timur titik ini merupakan Sungai Enggeng Tau. Sisi-sisi dari titik ini sebagian besar berupa
lereng terjal dan lembah yang mengalirkan air. Sisi lainnya berupa lereng dan punggung gunung yang terhubung dengan pegunungan lainnya. Sehingga titik ini
berada pada punggung gunung yang memisahkan dua aliran sungai. Hutan yang ada di titik ini didominasi oleh pepohonan dewasa dan anakan
pohon. Rotan dan jenis-jenis pandan terdapat di titik ini dalam jumlah yang terbatas. Sinar matahari tidak banyak yang sampai di lantai hutan, karena tertutup
oleh tajuk pepohonan. Titik koordinat delapan di bagian kiri selatan kawasan berada di
ketinggian 1229 mdpl Gambar 18. Sisi utara maupun selatan titik ini merupakan lereng curam dan dalam yang memisahkan dua sungai. Sisi timur dan barat
merupaka n jalan menuju Tana „Ulen dan muara sungai. Sisi-sisi yang berupa
lereng curam dan sisi lainnya yang berupa jalan mencirikan areal ini sebagai punggung gunung. Titik koordinat tertinggi di bagian kiri adalah titik koordinat
kesepuluh dengan ketinggian 1293 mdpl. Kondisi hutan di titik ini berada di punggung gunung dengan pohon
dewasa dan anakan pohon berada diantaranya. Kondisi tersebut menggambarkan kerapatan pohon yang cukup besar, karena sinar matahari tidak banyak yang
mencapai lantai hutan. Selain itu terdapat jenis palem-paleman yang mengisi variasi tumbuhan di titik ini. Kondisi hutan di titik-titik berikutnya tidak jauh
berbeda dengan titik sebelumnya. Lantai hutan yang ternaungi tajuk-tajuk pohon dewasa pada umumnya terdapat di semua titik, hanya titik-titik yang mengalami
kelongsoran akan memiliki areal terbuka. Kelerengan curam dan dalam yang ditumbuhi berbagai pohon dewasa maupun anakan pohon dapat dijumpai pada
titik koordinat selanjutnya. Titik koordinat yang terletak pada topografi seperti puncak pegunungan
maupun bukit, punggung gunung, punggung bukit maupun cekungan pada umumnya memisahkan dua aliran sungai. Daerah aliran sungai menurut
Ongkosongo 2010 dibatasi oleh topografi di bagian daratnya. Sedangkan Oktariadi 2007 mengatakan suatu DAS dibatasi oleh punggung bukit ataupun
gigir gunung. Definisi yang telah disebutkan memberikan gambaran titik koordinat tersebut berada di batas sebuah DAS dan dipisahkan oleh topografi.
Asdak 2002 memberikan gambaran daerah hulu suatu DAS dengan vegetasi sebagian besar berupa hutan. Kondisi di sekitar titik koordinat pada
umumnya berupa hutan dengan pohon dewasa dan berbagai jenis tumbuhan lainnya. Ciri lain dari daerah hulu sebuah DAS adalah kelerengan yang melebihi
15. Lereng-lereng di titik koordinat sebagian besar melebihi 15 yang dikatakan sebagai daerah agak curam hingga sangat curam Sismanto 2009.
Daerah yang tidak mengalami banjir disaat hujan merupakan ciri lain dari hulu sebuah DAS. Titik koordinat seluruhnya berada pada daerah bukan banjir dengan
ciri tebalnya serasah yang tidak terbawa arus air ketika banjir. Titik di lapangan berupa jalan menyempit dengan sisi-sisinya lereng
curam dan dalam, menggambarkan penafsiran Upham 1984 diacu dalam Noor 2011 tentang punggung pegunungan. Punggungan merupakan proses dari gejala-
gejala pensesaran, perlipatan dan patahan yang menimbulkan area menyempit terangkat kepermukaan. Area menyempit di sepanjang perjalanan dapat
ditemukan pada sebagian besar batas Tana „Ulen Lalut Birai. Area punggung gunung tersebut memisahkan beberapa aliran sungai, baik anak sungai yang
menuju Sungai Enggeng maupun sungai lainnya. Sehingga dapat dikatakan area ini sebagai batas dari suatu daerah aliran sungai.
Titik koordinat berada pada topografi pemisah suatu DAS, baik di sisi kanan utara maupun kiri selatan kawasan Gambar 20. Selain itu area ini
dapat menerima dan menampung air hujan, area ini juga dapat mengalirkan air melalui anak-anak sungai yang ada di bawah titik koordinat. Anak-anak sungai
tersebut mengalirkan airnya ke Sungai Enggeng. Sungai Enggeng sendiri merupakan anak sungai dari Sungai Bahau yang mengalirkan airnya ke Sungai
Kayan. Sehingga area Tana „Ulen Lalut Birai merupakan salah satu Sub DAS dari DAS Sungai Kayan Gambar 19. Sub DAS merupakan bagian dari DAS yang
dapat terdiri atas beberapa orde dalam suatu DAS Asdak 2002. Tana „Ulen Lalut Birai memiliki tiga orde Sub DAS. Besar kecilnya orde Sub DAS dalam suatu
DAS menentukan luasan DAS itu sendiri.
44 Gambar 19
Peta Tana „Ulen Lalut Birai dan areal DAS.
Tana „Ulen Lalut Birai tidak memiliki perbedaan dengan kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang yang mengelilinginya. Areanya didominasi oleh hutan
lebat dan beberapa anak sungai. Puncak gunung maupun bukit sama seperti dalam areal Tana „Ulen, yakni terhubung dengan lainnya dan terkadang terputus dari
lainnya. Sungai dan anak sungai sama seperti dalam Tana „Ulen, banyak tersebar
di kanan dan kiri areal. Berdasarkan penuturan masyarakat, area di titik pertemuan sisi kanan utara dan sisi kiri selat
an Tana „Ulen merupakan bebatuan besar, terutama di punggung gunung dan puncak gunung sehingga perjalanannya sulit.
Hal tersebut sama seperti daerah di sekitarnya yakni Sungai Lurah yang merupakan daerah Taman Nasional Kayan Mentarang.
Tana „Ulen Lalut Birai merupakan sebuah sub DAS dengan hutan yang masih baik. Kondisi ini menandakan sub DAS tersebut masih baik, khususnya
dalam mensuplai air bagi sungai-sungai besar di Kalimantan timur. Dengan demikian pengelolaan yang dilakukan sudah baik dan perlu mendapatkan
dukungan, agar pelestarian daerah tangkapan air dapat terlaksana.
5.3.3 Lokasi-lokasi penting menurut masyarakat