curah hujan antara 150 hingga 300 mmtahun dengan kondisi kekeringan terjadi pada saat El Nino di tahun 19821983 dan 19971998.
Kondisi angin di kawasan ini umumnya relatif kecil, dengan pergerakan dari arah tenggara pada bulan Mei hingga Oktober serta dari arah barat laut pada
bulan November hingga April. Taman Nasional Kayan Mentarang tidak terpengaruh oleh topan tropis karena lokasinya berdekatan dengan garis
khatulistiwa. Pada daerah berbukit-bukit umumnya tertutup oleh awan hampir sepanjang tahun. Setiap bertambahnya ketinggian kondisi iklim akan menjadi
lebih dingin dan lembab. Keadaan suhu yang rendah dan kondisi penutupan awan mampu menekan pertumbuhan tanaman terutama di bagian elevasi yang lebih
tinggi.
4.3 Kondisi Biologi Kawasan
4.3.1 Ekosistem
Taman Nasional Kayan Mentarang memiliki tiga perempat kawasan lebih berupa batu pasir endapan, sedangkan sisanya terbentuk atas aktivitas vulkanik
sehingga terbentuklah berbagai bentuk lahan, dari dataran rendah dan tinggi sampai komplek perbukitan dan punggung gunung yang tinggi. Daerah dataran
rendah hingga tinggi terbentuk dari endapan batu pasir dan membentuk asosiasi dengan hutan kerangas. Daerah dengan dataran rendah vulkanik yang subur
membentuk hutan dipterocarpaceae primer dan sebagian berupa daerah pertanian. Batu pasir yang berada di perbukitan dan pegunungan membentuk hutan
dipterocarpaceae pegunungan dan hutan Montana. Terdapat sedikitnya 18 jenis habitat terrestrial atau tipe vegetasi. Hutan
dataran rendah, sub montana dan montana bercampur dengan padang rumput dan lahan pertanian masyarakat serta vegetasi pada substrat yang khusus seperti hutan
kerangas dan hutan kapur. Substrat batu pasir di dataran tinggi merupakan komponen edaphis utama yang sangat menentukan dalam pembentukan hutan
kerangas. Selain dari substrat terrestrial, hubungannya terhadap flora fauna dipengaruhi
oleh komunitas
perairan yang
beranekaragam sehingga
mempengaruhi tingginya keragaman amphibi dan ikan.
4.3.2 Flora
Taman Nasional Kayan Mentarang merupakan salah satu lokasi dengan keanekaragaman flora yang tinggi. Zona dataran rendah di TNKM didominasi
oleh flora dengan famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae dan Moraceae. Zona bukit dataran tinggi didominasi oleh famili Sapotaceae,
Burseraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Ulmaceae, Euphorbiaceae, Dipterocarpaceae, Lauraceae, Theaceae dan Moraceae. Pegunungan rendah didominasi oleh
Theaceae, Myrtaceae, Euphorbiaceae, Myrtaceae, Fagaceae, Lauraceae dan Guttiferaceae. Zona pegunungan tinggi didominasi oleh famili Myrtaceae,
Ericaceae dan Fagaceae.
4.3.3 Fauna
Satwa endemik kalimantan tercatat di kawasan taman nasional ini. Bekantan Nasalis larvatus, Gibbon Borneo Hylobates muelleri dan Lutung
Presbytis Spp merupakan primata yang menghuni kawasan ini. Puri 1997 diacu dalam TNKM 2002 mengatakan Bekantan tercatat sebanyak 2 ekor di
hulu Sungai Bahau dan diperkirakan Bekantan betina muda yang secara kebetulan melintasi kawasan tersebut. Jenis mamalia yang diyakini masih terdapat dalam
kawasan seperti Kucing Merah Felis badia dan Kijang Kuning Borneo Muntiacus atherodes. Sudana 1999 diacu dalam TNKM 2002 mendapatkan
info dari masyarakat Tau Lumbis, Kucing Merah masih terdapat dalam kawasan. Satwa langka dan terancam seperti Lutung dahi putih Presbytis frontata
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diambil “Batu guliga”. Badak bercula dua Dicerorhinus sumatrensis berdasarkan studi Meijaard 1995 diacu dalam
TNKM 2002, Badak ditemukan di sekitar perbatasan luar taman nasional. Banteng Bos javanicus, Musang air Cynogale bennettii dan Gajah Asia
Elephas maximus terdapat dalam kawasan. Gajah asia keberadaannya diketahui di daerah Lumbis kearah timur taman nasional. Banteng diburu untuk diambil
dagingnya dan dibunuh jika memasuki perladangan warga. Jenis-jenis satwa seperti Orang Utan Pongo pygmaeus, Beruk Macaca
nemestrina, Landak Biasa Hystrix brachyura, Berang-berang Bulu Licin Lutra perspicillata, Macan Dahan Neofelis nebulosa dan Kucing Tandang Felis
planiceps . Orang Utan sangat jarang ditemui di kawasan Sungai Tubu O‟Brien
1997 diacu dalam TNKM 2002. Sulit ditemukan Orang utan di kawasan ini karena habitat kurang sesuai dan perburuan di daerah tersebut. Puri 1997 diacu
dalam TNKM 2002 mengatakan Macan dahan saat ini sangat jarang terlihat oleh pemburu. Masyarakat dikatakan sangat beruntung jika memperoleh enam ekor
macan dahan hasil buruan sepanjang hidupnya. Landak hanya sesekali diburu untuk memperoleh daging dan bulunya sebagai cinderamata. Selain itu batu
guliga yang terdapat pada landak dimanfaatkan sebagai komoditi jual beli sebagai obat. IUCN menetapkan status Beruk sebagai satwa Vulnerable, karena
jumlahnya terus menurun. Namun masyarakat Krayan percaya satwa tersebut masih cukup melimpah dan dianggap sebagai hama.
Beruang madu Helarctos malayanus dan Luwak Pardofelis marmorata merupakan satwa yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Luwak diburu oleh
masyarakat untuk diambil daging, kulit dan giginya. Sedangkan Beruang madu umumnya dimanfaatkkan sebagai obat oleh masyarakat dengan memanfaatkan
kantong empedunya. Gigi, kulit dan cakarnya dijual sebagai perhiasan. Jenis-jenis burung banyak terdapat di kawasan ini, baik jenis endemik
maupun jenis yang dilindungi. Merak Borneo Polypectron schleiermacheri, Bangau Tongtong Ciconia stormi, Ibis Karau Pseudibis davisoni, Sempidan
Kalimantan Lophura bulweri, Sempidan Merah Lophura erythrophthalma, Sempidan Biru Lophura ignita, Julang Jambul-Hitam Aceros corrugatus,
Cucak Rawa Pycnonotus zeylanicus dan Pelanduk Kalimantan Malacocincla perspicillata merupakan beberapa jenis burung yang terdapat dalam kawasan.
Jenis-jenis amphibi dan reptil tidak kalah banyak dengan kelas lainnya. Terdapat 26 jenis reptile dan 27 jenis amphibi yang dilaporkan terdapat dalam
kawasan. Ikan merupakan satwa air yang banyak ditemukan di kawasan ini, terdapat sekitar 76 jenis yang baru diketahui dalam kawasan.
4.4 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Kebudayaan Masyarakat