Sejarah Tana ‘Ulen Lalut Birai

persimpangan antara Lalut Lepo‟en dan Sungai Enggeng Belua, sedangkan lokasi berikutnya ada di hulu Sungai Tee. Gambar 23 Lokasi penting di Tana „Ulen a. Kubur batu di tepi Sungai Bahau dan b. Pohon Kapur sebagai tempat keberadaan madu hutan.

5.3.4 Sejarah Tana ‘Ulen Lalut Birai

Pada awalnya Tana „Ulen ini terbentuk atas rasa terimakasih masyarakat terhadap kepala adat besar. Pengaruh besar dan manfaat yang dirasakan masyarakat dari kepala adat besarnya, mendorong masyarakat memberikan suatu kekuasaan khusus dalam mengelola satu kawasan. Bentuk penghargaan ini bermula pada tahun 1900-an kepada kepala adat besar saat itu yakni Apuy Njau. Ilmu pertanian yang diperolehnya selama berada di Pulau Jawa diterapkan dalam masyarakat serta hubungan yang terjalin baik dengan para tamu desa menjadi salah satu pendorong masyarakat memberikan penghargaan tersebut. Kebijakan yang diambil atas pemberian masyarakat adalah menjadikan kawasan tersebut sebagai areal cadangan makanan sumberdaya alam dengan memberikan status sebagai areal yang diklaim mulen untuk pribadi dan keluarganya, sehingga areal tersebut dikenal sebagai Tana „Ulen. Areal yang telah ditetapkan sebagai Tan a „Ulen memiliki akses terbatas, karena telah diklaim untuk pribadi dan keluarganya saja. Sehingga hanya orang- orang tertentu yang diperbolehkan memanfaatkan areal tersebut. Aturan pemanfaatan yang ketat dan sanksi yang besar tetap diiringi dengan diizinkannya masyarakat mengambil hasil hutan untuk acara-acara desa. Areal Tana „Ulen pada awalnya merupakan hak individu, namun pada tahun 1970-an berubah menjadi hak masyarakat desa dengan tujuan untuk kesejahteraan masyarakat sebesar-besarnya.Perubahan tersebut terjadi kurang a b lebih 70 tahun setelah penetapan area sebagai Tana „Ulen pada kepemimpinan Anyie Apuy yang menggantikan ayahnya sebagai kepala adat besar Hulu Bahau. Kebijakan tersebut diambil dengan memperhatikan kondisi masyarakat yang berbeda dengan zaman kepala adat besar terdahulu.Perubahan status tersebut tetap diiringi dengan pemanfaatan yang dibatasi dalam areal Tana „Ulen. Sehingga keutuhan kawasan tetap terjaga hingga saat ini. Konsep Tana „Ulen mampu menjaga keutuhan kawasan hutan dan memberikan manfaat untuk masyarakat Desa Long Alango. Hal itu mendorong beberapa masyarakat desa lainnya, baik yang berada dalam wilayah adat Hulu Bahau maupun lainnya, melakukan hal yang sama dengan menetapkan satu areal sebagai Tana „Ulen. Sehingga saat ini terdapat Tana „Ulen di setiap desa, namun kondisinya belum diketahui. Tahun 1991 terbentuk suatu badan pengelola tersendiri untuk mengelola areal Tana „Ulen Lalut Birai. Pembentukan tersebut karena kawasan yang luas sehingga memerlukan pengelola tersendiri agar pengelolaan dapat berjalan lebih baik. Badan pengelola tersebut dikenal sebagai Badan Pengurus Tana „Ulen atau BPTU. Badan tersebut dipimpin oleh kepala adat besar yang ada di Desa Long Alango dan pengurusnya merupakan masyarakat desa. Pengelolaan terhadap area tersebut, saat ini dilakukan oleh BTNKM dan bekerjasama dengan pihak BPTU sebagai pengelola di lapangan.

5.4 Aturan Pengelolaan d