Latar Belakang Sejarah dan Budaya

BAB II STATE BUILDING PADA MASA

PEMERINTAHAN SADDAM HUSSEIN

2.1 SEJARAH IRAK

2.1.1 Latar Belakang Sejarah dan Budaya

Irak merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, karena merupakan salah satu Negara Timur Tengah yang sering menghadapi peperangan. Sejak dahulu, Irak selalu dikuasai oleh kekuatan asing. Irak sebagai Negara yang menjadi pusat peradaban dunia Islam pada dinasti Abbasiyah setidaknya pernah diinvasi oleh pasukan Persia, Yunani, Romawi dan Mongol. Pada tahun 1920, kaum Nasionalis Irak menekan pendudukan inggris dengan tuntutan kemerdekaan. Irak merdeka secara penuh pada tahun 1932 dan mengakhiri hubungan khususnya dengan Inggris, meskipun demikian, susunan kenegaraannya terbagi atas suni dan syiah, ambisi dari berbagai faksi untuk mencapai kekuasaan dan perpecahan berakibat pada batas-batas kesukuan. Etnis seperti kurdi dan asyiria secara kuat menolak bergabung. Pada 1933 penolakan orang orang asyiria ditandai dengan penyiksaan beberapa ratus penduduk desa oleh tentara irak. Kematian Raja Faisal pada 1933 membawa kesuksesan kudeta melawan pemerintahan yang tidak stabil yang dipimpin oleh Jenderal Bakr Sidqi, seorang kurdi pada tahun 1936. pada tahun 1939 kematian anak Raja Faisal, Ghazi mengakhiri periode ideologi Pan Arabisme dan meningkatkan Nasionalisme sekaligus sentimen anti Inggris. Pada dekade selanjutnya terus Universitas Sumatera Utara diwarnai dengan Nasionalisme dan secara cepat merubah hubungan dengan Negara-Negara tetangganya. 15 Dalam beberapa abad terakhir, bangsa Barat telah bangkit sebagai bangsa yang agresif dan berupaya untuk menundukkan seluruh bagian dunia yang lain untuk kepentingannya Dalam hubungannya dengan Irak, maka dalam Perang Dunia Pertama daerah itu diduduki Inggris. Irak dalam pandangan Inggris merupakan sebuah daerah yang sangat strategis baginya dalam upayanya untuk menguasai daerah-daerah jajahannya di timur terutama India. Di samping itu, penduduk Inggris ini dicetuskan pula oleh adanya aliansi Jerman-Turki, serta oleh faktor minyak yang mulai banyak terdapat baik di Iran maupun di Irak sendiri. Pendudukan Inggris atas Irak itu mendapat restu dari Negara-Negara Barat yang lain, terutama dengan adanya Persetujuan Sykes-Picot tahun 1916. Kenyataan ini diformalkan dalam Konferensi San Remo pada bulan April 1920. 16 Namun Inggris menghadapi beberapa kendala yang dihadapinya Inggris di Irak. Pemberontakan tahun 1920 di Irak terhadap Inggris menyadarkan bahwa penjajahan tidak dapat dipertahankan terhadap Irak. Apalagi apabila diingat bahwa tugas yang diberikan mandat kepada Inggris adalah mempersiapkan Irak untuk menjadi sebuah Negara yang merdeka, dan bukan mandat untuk menjajahnya. Pada akhirnya Tahun 1921, mereka memilih Raja Faisal dari 15 Country Profile: Iraq, August 2006, Library of Congress – Federal Research Division, Hal 3, dari http:www.scribd.com 16 Long dan Hearty 1980, hal.110 dan Antonius 1965, hal. 305-306, dari Riza Sihbudi dkk. Profil Negara- Negara Timur Tengah. Universitas Sumatera Utara Keluarga Hasyim putera dari Hijaz untuk menjadi raja Irak. Keluarga Hasyim itu adalah pendukung Inggris yang loyal dalam Perang Dunia Pertama, terutama dalam menghadapi Turki Usmani. Sistem pemerintahan yang dibina Inggris di Irak adalah suatu sistem yang memaksimalkan pengaruh dan posisi mereka. Sistem itu berdasarkan sistem Inggris yang memiliki sistem yudisial dan legislatif yang berdiri sendiri. Namun untuk menjamin agar kekuasaan yang terdapat di Irak itu adalah kekuasaan yang bersahabat dengan Inggris, maka kepada raja Irak itu diberikan kekuasaan yang sangat besar, termasuk hak untuk menunjuk Perdana Menteri dan membubarkan Parlemen. Raja juga menjadi Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, serta berhak untuk membatalkan Putusan Parlemen. Pada tahun 1922, Inggris juga menandatangani sebuah persetujuan dengan Irak yang akan berlaku sampai tahun 1968, yaitu perjanjian yang memberikan kepada Inggris hak untuk mengawasi Irak secara tidak langsung. Namun masalah yang dihadapi Raja adalah bagaimana menyeimbangkan kepentingan Inggris dan tuntutan kaum Nasionalis yang semakin meningkat. Irak menjadi Negara merdeka pada Bulan Oktober 1932, ketika ia diizinkan masuk Liga Bangsa-Bangsa, namun masih tetap dibawah proteksi Inggris. Namun pada waktu Irak diterima sebagai anggota Liga Bangsa-Bangsa, Negara itu telah banyak melakukan hak-hak istimewa dari sebuah Negara merdeka, seperti memiliki perwakilan-perwakilan di Luar Negeri. Kendala-kendala berat yang ditempatkan Inggris di pundak Irak lama-lama mulai melonggar, terutama dengan dibentuknya pemerintahan yang Universitas Sumatera Utara konstitusional, tumbuhnya suatu Angkatan Bersenjata dan Aparat Pemerintahan serta Birokrasi yang Nasionalistis. 17 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dipandang dari segi latar belakang sejarah dan budaya, Irak adalah sebuah Negara yang memiliki akar sejarah yang panjang. Namun semenjak berkembangnya Agama Islam, Negara itu secara budaya telah menjadi sebuah Negara Arab yang beragama Islam. Dalam sejarahnya yang panjang itu, Irak telah mengalami pasang surut dan pasang naik dalam sejarahnya, di samping juga telah mengalami penjajahan Barat. Kemerdekaan yang diperolehnya sekitar pertengahan Abad ini telah menempatkannya dalam barisan Negara berkembang yang anti penjajahan.

2.1.2 Geografi