2.2.3 Militer Irak
43
Angkatan Bersenjata Irak terbentuk pada 6 Januari 1921 dengan nama “Satuan Infanteri Imam Musa Qadhim” yang beranggotakan 2.000 personel dan
dipimpin oleh sekitar 10 orang Perwira. Mereka sebelumnya mengabdi pada jajaran militer Ottoman yang menguasai Irak sebelum itu. Satuan Infanteri Imam
Musa Qadhim itu kemudian bergabung dengan pasukan Sharif Hussein Bin Ali untuk berjuang menegakkan revolusi Arab.
Irak saat itu 1920-1921 sesungguhnya belum membentuk sebagai Negara dengan peta dan perbatasan yang jelas. Namun mulai mundurnya pasukan
Ottoman terdesak pasukan lnggris yang menyerang wilayah Irak, membuat para pemimpin Irak saat itu melancarkan revolusi terhadap Inggris pada 30 Juni 1920,
dan mereka pun segera mendeklarasikan Negara Irak merdeka. Pemerintahan sementara pertama dipimpin oleh Abdurrahman Nakib dengan Menteri pertahanan
Jenderal Djafar Al Askari. Namun struktur negeri Irak yang sangat sensitif terdiri dari etnik Kurdi, Sunni dan Syiah, membuat militer Irak selalu mengalami situasi
dilematis dan terseret dalam pergumulan politik negeri itu. Nama Satuan Infanteri Imam Musa Qadhim itu sendiri juga tak terlepas dari tujuan politis. Para
pemimpin Irak juga tak habis-habisnya menggunakan militer untuk tujuan politik mereka sampai tahun 1960-an.
Perkembangan militer Irak cukup unik dibanding militer Negara Arab lain. Sejak Partai Baath berhasil memegang kekuasan lagi di Baghdad 17 JuIi 1968,
militer Irak serta merta sudah dikendalikan sepenuhnya oleh Partai Baath. Proses
43
Mustafa Abd Rahman.ibid,Hal.14-17.
Universitas Sumatera Utara
politisasi militer Irak sangat kuat dan luas secara vertikal maupun horizontal bersamaan dengan semakin membesarnya satuan militer pasca berkuasanya Partai
Baath itu. Satuan-satuan Partai Baath dengan berbagai bidangnya menyebar merasuk ketubuh militer. Kebijakan keterbukaan secara terbatas yang dianut para
pimpinan pelaku kudeta tahun 1968 itu untuk meraih legitimasi politik, membantu satuan-satuan Partai Baath menyebar ditubuh militer secara terbuka, di mana para
tentara dan Perwira sering terlibat dalam pertemuan atau konferensi. Partai Baath saat itu juga membentuk lembaga pengarah politik dengan ketua seorang perwira
yang ditempatkan di semua satuan militer. Pembentukan lembaga pengarah politik tersebut bertujuan mengantarkan militer Irak menjadi militer ideologis. Supremasi
sipil atau Partai Baath atas militer mencapai puncaknya ketika Saddam Hussein berhasil menyingkirkan Presiden Irak Ahmed Hasan Bakr pada tahun 1979 yang
dikenal dengan gerakan Juli 1979. Gerakan Juli 1979 itu juga mengantarkan terjadinya dominasi Tikrit kota
kelahiran Saddam Hussein di militer maupun pemerintahan. Upaya percobaan kudeta yang gagal oleh Kepala Keamanan Nasional Irak, Nadhim Kazzar. Pada
Juni 1973 untuk menggulingkan kekuasaan Presiden Ahmed Hasan Bakr dan Wapres Saddam Hussein, menguak adanya intrik-intrik politik di tubuh Partai
Baath. Ketika Saddam naik ketampuk kekuasaan pada bulan Juli 1979, ia langsung membasmi intrik-intrik politik di tubuh Partai Baath dan menghukum
mati 103 perwira loyalis Partai Baath yang menjadi lawan politik Presiden Saddam Hussein di dalam tubuh Partai.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1980-an, Presiden Saddam Hussein semakin memberi prioritas pada pemuda Irak asal Tikrit untuk masuk Akademi Militer. Ketika perang Irak-
Iran berakhir pada tahun 1988, warga Tikrit telah menguasai posisi srategis di militer maupun pemerintahan. Dominasi Tikrit itu semakin kuat tatkala Irak
menyerang Kuwait tahun 1990, di mana Saddam memberi tempat istimewa pada keluarga, menantu dan orang-orang dekatnya di militer dan pemerintahan.
Pasca Perang Teiuk II tahun 1991, Saddam Hussein kerap tampil bersama kedua putranya, Uday dan Qussay atau saudara sepupunya seperti Ali Hasan A1
Majid dan Watban Tikriti. Dalam konteks ini, Saddam Hussein berhasil menundukkan militer berkat kecerdikannya menempatkan orang-orang yang tidak
diragukan loyalitasnya dan mendepak orang-orang yang dicurigai tidak loyal. Lembaga militer Irak pun pada era Saddam Hussein beralih menjadi lembaga
yang lebih membela dan melindungi kekuasaan Saddam di Baghdad. Pengaruh kuat Saddam Hussein di tubuh militer itu ditandai oleh figur Saddam
sendiri yang bukan berasal dari jajaran militer, tetapi bisa langsung menyandang pangkat Jenderal besar dan menjabat sebagai Presiden, Ketua Majelis Pimpinan
Revolusi dan panglima angkatan bersenjata. Banyak orang sipil di Irak yang dianggap berjasa terhadap Negara, dapat memperoleh pangkat militer cukup
tinggi tanpa harus melalui karier militer sebagaimana mestinya. Akan tetapi dalam sejarah modern Irak, memang untuk pertama kalinya seorang Saddam Hussein
yang berasal dari sipil menguasai sepenuhnya lembaga militer di negeri itu.
Universitas Sumatera Utara
Kelebihan Saddam Hussein yang lain, ia hingga saat itu tidak hanya berhasil menyatukan militer Irak, tetapi berhasil pula menangkal susupan dari luar
ke tubuh militer, baik dari pihak oposisi maupun Negara asing. Tantangan serius Saddam terjadi ketika mantan menantunya, Hussein Kamel Hassan, yang mantan
Menteri Pertahanan Irak lari dari Baghdad ke Jordania tahun 1995. Hussein Kamel saat itu menyerukan militer Irak bergerak menentang pemerintah, tetapi
seruan itu ternyata tidak bergeming. Kini Saddam dengan kekuatan militernya yang tersisa masih mencoba mengadakan perlawanan terhadap kekuatan militer
AS yang jauh lebih unggul secara teknologi. Bagi Saddam mungkin yang penting bukan hasil pertempuran dengan AS, tetapi harga diri dan komitmen menjaga
kedaulatan negeri Irak yang menjadi tanggung jawab jajaran militer Irak. Itulah yang ingin ditunjukkan pada hari jadi militer Irak ke-78 yang jatuh pada hari Rabu
6 Januari 1999.
Universitas Sumatera Utara
2.3 STRUKTUR PEMERINTAHAN PADA MASA SADDAM HUSSEIN Berikut ini adalah daftar struktur pemerintahan pada masa Saddam Hussein
berkuasa : Saddam Hussein Cabinet 18 April 2001–9 April 2003
44
Menteri Pertanian
Adbullah Hamid
Mahmud al-Salih Menteri
Kebudayaan Hamad
Yusuf Hammadi
Menteri Pertahanan
Sultan Hashim
Ahmad al-Jaburi Tai Wakil Deputi Perdana Menteri
Tariq Aziz Muhammad Hamza al-
Zubaydi Dinonaktifkan 23 Juni 2001
Hikmat Mizban Ibrahim al- Azzawi
Ahmad Hasan Khudayr Ditunjuk Pada Juli 2001
Abd al-Tawab Mullah al- Huwaysh
Ditunjuk Pada 8 Juli 2001 Menteri
Pendidikan Fahd
Salim Shaqrah
44
Edmund A Ghareeb, Historical Dictionary of Iraq, Scarecrow Press Inc, Maryland 2004, hal.382-383, dari http:www.scribd.com
Universitas Sumatera Utara
Menteri Keuangan
Hikmat Mizban
Ibrahim al-Azzawi Menteri Luar Negeri
Tariq Aziz Aktif pada 18 April 2001
Mahmud Dhiyab al-Ahmad Ditunjuk Pada 23 Juni 2001
Naji Sabri Ditunjuk Pada 11 Augustus 2001
Menteri Kesehatan
Umid Midhat
Mubarak Menteri Pendidikan Tinggi Human
‘Abd al-Khaliq
‘Abd al-Ghafur Menteri PerumahanRekonstruksi
Maan ‘Abdullah
al-Sarsam Menteri Industri
Adnan ‘Abd al-Majid Jasim al-‘Ani
Muyassar Raja Shalah Ditunjuk Pada Augustus
2001 Menteri
Informasi Muhammad
Sa’id al-Sahhaf
Menteri Dalam
Negeri Muhammad
Ziman ‘Abd al-Razzaq
Dinonaktifkan, Juni 2001 Mahmud Thiyab al-Ahmad
Universitas Sumatera Utara
Ditunjuk Pada 23 Juni 2001 Menteri
Pengairan Nizar
Jum‘ah Ali
al-Qasir Dinonaktifkan pada April
1996 Mahmud Dhuyab al-Ahmad
Dinonaktifkan 23 Juni 2001 Rasul ‘Abd al-Husayn al-
Swadi Ditunjuk Pada 23 Juni 2001
Menteri Kehakiman
Mundhir Ibrahim
al-Shawi Menteri
Perburuhan Sadi
Tu‘ma ‘Abbas
al-Jaburi Mundhir Mudhaffar
Muhammad Asad al- Naqshabandi
Ditunjuk Pada Augustus 2002.
Sebagaimana dapat diamati dalam kurun waktu pemerintahan 18 April 2001 – 9 April 2003 terjadi banyak pergantian jabatan oleh orang orang baru yang
dilakukan oleh Saddam Hussein untuk menjaga loyalitas dan kestabilan pemerintahannya. jabatan jabatan tersebut antara lain deputi Perdana Menteri
yang mengalami pergantian setidaknya sebanyak 4 kali, menteri luar negeri, menteri industri, menteri dalam negeri, menteri pengairan, dan menteri
Universitas Sumatera Utara
perburuhan. Kondisi ini dapat menjelaskan state building pada masa saddam Hussein dari segi struktur pemerintahan, kuatnya dominasi partai Baath dan
Dewan Revolusi Irak, dengan militer sebagai legitimator dalam melanggengkan kekuasaan, sebagaimana dibahas dalam beberapa bagian diatas.
2.4 INVASI AS KE IRAK DAN STABILITAS POLITIK INTERNAL IRAK