2.4.2 Problem Integrasi Nasional Irak: suku Kurdi-Arab
sunni, dan Syiah
Kesulitan rakyat Irak dalam melawan pendudukan Amerika di Irak karena sejak dulu mereka sulit diintegrasikan sehingga mereka tidak mudah bersatu
meskipun telah muncul musuh benama yang potensial mengancam semua golongan di Irak. problem utama integrasi Nasional Irak yaitu penduduknya yang
heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tetentu serta adanya campur tangan asing yang seringkali menghasut atau membantu kelompok tertentu untuk memberontak
pada pemerintah pusat. Diawali dari suku Kurdi yang tinggal di Irak utara yang merupakan
Seperempat jumlah penduduk Irak yang berjumlah 24 juta jiwa. Kesulitan utama pemerintah Irak untuk mengintegrasikan suku Kurdi karena suku ini terkonsentasi
secara geogafis di sebelah utara dan tinggal bersama-sama suku Kurdi lain di Iran bagian barat, suriah utara dan Turki bagian tenggara, secara bersama-sama mereka
menamakan tempat di mana mereka tinggal Kurdistan. orang-orang Kurdi yang tinggal di 4 negara ini disatukan oleh keinginan yang sama yaitu negara Kurdistan
yang merdeka yang terpisah dari negara di mana mereka tinggal. Akibatnya kesetiaan suku Kurdi lebih pada mewujudkan Kurdistan merdeka bersama dengan
Kurdi yang lain dibandingkan dengan kesetiaan pada pemerintah Irak. Kesulitan kedua, menyangkut campur tangan negara lain dalam
permasalahan Kurdi, baik itu negara-negara tetangga Irak, khususnya Turki, dan Iran maupun Amerika serikat, Israel ataupun Uni Soviet yang seringkali
menghasut dan membantu suku Kurdi Irak untuk mernberontak pemerintah Irak
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan untuk mengalihkan perhatian pemberontakan Kurdi di negaranya sendiri, melemahkan pemerintahan pusat Irak, atau untuk menguasai sumber alam
minyak di wilayah Irak Utara. Iran dengan transparan pernah membantu pemberontakan Kurdi dalam perang melawan pemerintahan pusat Irak di tahun
1974-1975 dengan mengirimkan persenjataan di perbatasan Irak-Iran.
58
Perang ini tidak mungkin dimenangkan oleh Irak kecuali bantuan Iran diputus, sehingga Irak bersedia menandatangani Perjanjian Aljier di tahun 1975
dengan Irak yang memberi kesempatan kepada Iran untuk menggunakan Shatt al- Arab dengan imbalan akan menghentikan bantuannya bagi pemberontakan Kurdi
Irak. Di pihak lain, Turki pernah merasa tidak bersalah mergirimkan pasukannya ke Irak Utara pada bulan April-Mei 1995 karena mencurigai suku Kurdi Turki
yang tergabung ke dalam gerilyawan Partai Pekerja Kurdistan Kurdistan Workers Party bersernbunyi di Irak Sedangkan bagi Amerika Serikat masalah
suku Kurdi di Irak merupakan peluang emas untuk memecah belah dan menguasai negeri ini atau yang dikenal dengan politik devide and rule atau pecah belah dan
kuasai. Peluang menjadi lebih terbuka karena suku Kurdi Irak terpecah menjadi dua kubu utama yaitu Kurdistan Democratic Party KDP yang dipimpin oleh
Mullah Mustafa Barzani, sekarang oleh anaknya Massod Barzani, dan Patiotic Union of Kurdistan PUK pimpinan Jalal Talabani. Amerika cenderung
membantu KDP karena PUK mempunyai ideologi yang cenderung sosialis.
58
David McDowall,op.cit,hal.22.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan Amerika yang menonjol terjadi di tahun 1972 ketika Irak menasionalisasikan perusahaan minyak the lraq Petroleum Company. Amerika
bersama-sama dengan Israel dan Iran mendorong Barzani untuk melawan pemerintahan Irak. Meskipun pada tahun 1970 sudah ada jaminan dari
pemerintah Irak di bawah Partai Baath bahwa suku kurdi akan diberi kebebasan mengekspresikan kebudayaannya, tetapi Barzani dihasut untuk menuntut otonomi
di wilayah minyak Kirkuk yang sangat tidak mungkin diluluskan oleh Baghdad. Dukungan Israel dengan memberikan informasi intelejen Mossad dan uang
sebesar US 50.000 setiap bulan kepada Barzani, Iran dengan memberikan informasi intelejen SAVAK dan Amerika dengan dukungan politik, keuangan dan
militer.
59
Amerika bersedia membantu Barzani karena ada perjanjian jika Kurdi menang maka konsesi minyak di wilayah Kirkuk akan diberikan kepada
Amerika.
60
Keadaan ini sungguh menyulitkan pemerintahan Irak sehingga korban di pihak Irak sebanyak 7.000 orang mati dan 10.000 orang terluka sementara di
pihak suku Kurdi 2.000 orang mati dan 600.000 orang kehilangan tempat tinggal. Meskipun demikian pada akhimya kemenangan ada dipihak Irak dan Barzani
dideportasi ke Amerika Serikat sampai ia meninggal di sana pada Maret 1979. padahal sebelum partai Baath berkuasa pada tahun 1963, Barzani pernah hidup
dalam pengasingan di Moskow, Uni Soviet. Dukungan Amerika Serikat terhadap suku Kurdi, khususnya kepada KDP.
menjadi bumerang pada dirinya ketika meletus Revolusi Islam Iran pada tahun
59
Ibid.
60
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1979 yang menyebabkan pengaruh kekuasaan Amerika di Iran berakhir. Ternyata KDP, demikian pula PUK. mendukung penuh revolusi tersebut. Selanjutnya
ketika Revolusi Islam Iran di tahun 1979 dilanjutkan dengan Perang Irak-Iran di tahun 1980, tiba-tiba pemerintah Irak di bawah Saddam Hussein mendapat
dukungan Amerika Serikat. Keadaan ini dimanfaatkan oleh suku Kurdi, terutama PUK, untuk melawan pemerintahan Irak dangan bantuan Iran. sepanjang tahun
1985 - 1987, Irak benar benar mengalami kekalahan melawan Iran karena dalam waktu bersamaan juga haus menghadapi suku Kurdi. Keadaan ini memaksa Irak
menggunakan sanjata kimia di kota Halabja setelah sebelumnya pasukan Irak diusir oleh PUK yang dibantu oreh Iran di kota ini pada Maret 1988. Akibatnya
6.000 orang sipil mati secara mengenaskan. Dunia dikejutkan oleh tindakan Irak yang dikomando oleh Menteri pertahanan Irak Ali Hassan al-Majid, ini tetapi
Amerika tidak bereaksi apa-apa. Selanjutnya, ketika Irak menganeksasi Kuwait dan dikalahkan oleh pasukan koalisi yang dipimpin oleh Amerika pada tahun
1991, suku Kurdi di Irak baik PUK maupun KDP, mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Irak. Akan tetapi, kali ini Amerika tidak segera memberikan
bantuannya bukan karena untuk menjaga stabilitas Irak tetapi untuk menjaga agar Turki yang telah membantu Amerika dalam operasi Badai Gurun dan sekutunya di
dalam NATO serta mempunyai masalah separatis Kurdi menjadi tidak nyaman. cara Amerika membantu suku Kurdi kali ini yaitu dengan mendesak PBB untuk
mengeluarkan resolusi bemomor 6701990 yang berisi zona larangan terbang bagi Irak di wilayah 34-36 derajat LU. agar Irak tidak dapat menyerang suku
Universitas Sumatera Utara
Kurdi melalui udara. Secara keseluruhan mereka berjumlah lebih kurang 20 juta dan sebagian besar tinggal di Turki. Bahasa bangsa Kurdi terdiri dari dua dialek
utama yaitu Kurmanji dan Sorani yang digunakan oleh sebagian besar suku Kurdi. Sedangkan agama mereka sebagian besar menganut Islam Sunni dan sebagian
kecil beragama Kristen, Yahudi, atau Zoroaster. Mengingat kecenderungan suku Kurdi di Irak yang senantiasa memberontak pemerintahan Irak di bawah Partai
Baath. selalu mendapat perlakuan diskriminatif dari pemerintahan Saddam Hussein, serta selalu terpengaruh oleh dukungan asing, maka sangat kecil
kemungkinan mereka melawan kehadiran Amerika Serikat di Irak. Bahkan secara eskplisit pemimpin PUK Jalal Talabani, mendukung pemerintahan yang dibentuk
oleh Amerika Serikat dan mengusulkan agar Irak menjadi negara ferderal. Lebih dari itu, kelompok Kurdi ini menunjukkan kesetiaannya kepada Amerika dengan
ikut membantu mantan Wakil Presiden pada masa Saddam, Taha Yassin Ramadhan, pada 19 Agustus 2003, termasuk memberi masukan informasi tentang
keberadaan Saddam di Tikrit sampai Saddam tertangkap pada 13 Desember 2003. Sikap suku Kurdi tersebut berbeda sekali dengan sikap kaum Syiah Irak
yang mempunyai kecenderungan menolak kehadiran Amerika, meskipun kaum Syiah merupakan kelompok masyarakat Irak yang seringkali dipinggirkan oleh
Saddarn, tetapi kelompok ini juga bukan kelompok yang mendukung kehadiran AS di Irak. Kecenderungan ini dapat dilihat pada kekerasan yang terjadi selama
pendudukan Amerika di kota-kota kaum Syiah, misalnya peristiwa ditembak jatuhnya Helikopter Black Hawk Amerika yang menewaskan 6 orang awaknya
Universitas Sumatera Utara
juga pesawat tempur Angkatan Laut FA- 18 Homet yang diternbak oleh rudal jelajah di kota Syiah Karbala pada April 2003.
61
Tumbangnya rejim Saddam Hussein akibat invasi militer yang dilakukan oleh pasukan gabungan Amerika Serikat AS dan Inggris ke Irak telah
memberikan harapan baru bagi bangkitnya kembali gerakan politik Syiah Irak yang telah sekian lama tertindas di bawah pemerintahan rejim Saddam Hussein.
Ada harapan yang besar dari sebagian pemimpin kelompok Syiah bahwa mereka akan memperoleh peran yang lebih besar dan signifikan dalam tatanan politik dan
pemerintahan Irak yang baru pasca rejim Saddam Hussein. Harapan ini merupakan suatu hal yang wajar mengingat realitas demografis-keagamaan Irak,
kelompok Syiah Irak merupakan warga mayoritas.
62
Apabila pemerintahan baru Irak mengabaikan atau kurang mengakomodasi kepentingan kelompok Syiah
berarti meletakkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja di masa mendatang. Bangkitnya kembali gerakan politik Syiah di Irak ini merupakan suatu
fenomena yang tidak diduga sebelumnya oleh AS sehingga AS tidak siap untuk mengantisipasi perkembangan ini. Pada waktu melancarkan invasi, AS mulanya
mengharapkan ada sebagian kelompok Syiah Irak yang akan memberikan dukungan kepada pasukan militer AS. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa ada
kelompok Syiah Irak terutama yang beraliran moderat yang beranggapan bahwa AS akan membebaskan mereka dari penindasan oleh rejim Saddam Hussein.
61
Tempo, 13 April 2003, hal.138.
62
Pada tahun 2002, jumlah kaum Syiah Irak mencapai 63 dari total penduduk sekitar 24 juta. Kaum Sunni 34 juta, dan penganut Kristen dan Yahudi 37 juta. Secara etnis 75 sarnpai
80 penduduk Irak adalah Arab, 15-20 adalah Kurdi, dan sekitar 5 adalah suku bangsa Turkoman Persia Mandean dan Yazid.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, dugaan ini ternyata keliru. Ketika rejim Saddam Hussein jatuh, kelompok Syiah Irak justru mengambil kesempatan untuk bisa tampil di
tengah-tengah rakyat Irak dengan harapan akan mendapatkan tempat dan pengaruh dalam tatanan politik dan pemerintahan Irak yang baru pasca invasi AS.
Oleh karena itu, kelompok Syiah Irak berusaha untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan militer AS yang kemudian disebut sebagai pasukan
pendudukan yang berusaha mengatur tatanan politik Irak sesuai dengan kepentingan mereka. Ada kekhawatiran di antara mereka bahwa AS akan
membentuk pemerintahan baru yang belum tentu memberikan porsi peranan yang lebih besar kepada kelompok Syiah dibandingkan dengan kelompok masyarakat
lain. Kalau hal ini terjadi, berarti gerakan Syiah akan kembali tersisih di bawah rejim yang baru. Perlawanan kaum Syiah terhadap pendudukan AS ditunjukkan
dengan berkumpulnya lebih kurang satu juta orang Syiah untuk memperingati meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW Hussein bin Ali bin Abi Thalib, di
kota suci kaum Syiah, Karbala pada 22 April 2003, sambil mengumandangkan slogan-slogan anti Amerika.
63
Amerika pantas khawatir terhadap pertunjukan kekuatan kaum Syiah ini mengingat kaum Syiah mempunyai riwayat berani melawan kaum penjajah. Hal
ini pernah dialami Inggris pasca Perang Dunia I ketika akan menguasai Irak setelah berakhirnya kekuasaan Otoman di tahun 1920. Kaum Syiah Irak yang
semula menyambut baik kehadiran Inggris karena menduga akan membebaskan
63
Kompas, 27 April 2003.
Universitas Sumatera Utara
Irak dari cengkeraman Otoman berbalik melawan secara total setelah menyadari bahwa Inggris datang untuk menguasai Irak. Pada akhirnya kekuasaan Inggris
hanya bertahan 12 tahun karena mandat Inggris atas Irak kemudian dilepas pada tahun 1932. Sebenarnya sampai saat ini pasukan AS di Irak mengakui bahwa
Syiah di Irak merupakan gerakan yang paling solid dan terorganisir.
64
Di samping suku kurdi dan kaum syiah, ada kelompok lain didalam masyarakat Irak yang mempunyai arti yang sangat penting, yaitu arab Sunni.
Bagaimanapun kelompok ini, meskipun termasuk minoritas, tetapi pernah berkuasa di Irak selama lebih kurang 30 tahun, sejak partai Baath berkuasa di
tahun 1963. Penguasa pendudukan Amerika di Irak seharusnya mempertimbangkan kelompok ini karena sebagian besar masih setia pada rezim
Saddam Hussein, meskipun ada juga yang bukan mendukung rezim saddam tetapi menolak dengan tegas pendidikan AS. Kelompok arab sunni yang mungkin
menjadi ancaman bagi AS tersebut ialah mantan anggota partai Baath, Garda Republik Jaringan Intelijen Saddam, Kelompok Nasionalis Fedayeen, kelompok
mantan tentara yang saat ini dibawah komando Abu Ali yang anggotanya pernah mendapat latihan militer di beberapa Negara Eropa serta merupakan kelompok
yang cukup terkoordinasi dan mempunyai jaringan yang ketat, dan kelompok lain yang diduga mempunyai hubungan dengan Al-Qaidah, yaitu Ansar Al-Islam.
65
Meskipun orang orang sunni banyak tinggal di Irak tengah, khususnya di kota Baghdad, Falujjah atau Ramadi akan tetapi di bawah kepemimpinan Saddam
64
Kompas, Ibid.
65
Kompas, 28 Desember 2003.
Universitas Sumatera Utara
telah terjadi Arabisasi di kota kota syiah seperti Mosul, Kirkuk, dan Basra. Kelompok Sunni-arab ini yang diduga sering melakukan bom bunuh diri ataupun
bom mobil, seperti serangan terhadap markas PBB pada tanggal 19 Agustus 2003 yang menewaskan misi PBB Sergio de Mello dan serangan terhadap kantor
Palang Merah Internasional yang menewaskan 30 orang. Kota Baghdad merupakan kota yang keras perlawanannya terhadap tentara pendudukan AS,
bahkan setelah Saddam tertangkap pada 13 Desember 2003 terjadi serangan terhadap kantor polisi dan ledakan truk tangki yang menewaskan 10 orang,
serangan terhadap “zona Hijau” yaitu zona yang dijaga ketat di markas militer Amerika.
66
Demikian juga di kota Ramadi pada tanggal 11 Desember 2003 bom mobil meledak di pangkalan militer Amerika Serikat yang menewaskan 1 orang amerika
dan melukai 10 orang diantaranya. Amerika nampaknya tidak berusaha untuk meredakan perlawanan kelompok Arab-Sunni ini untuk menjaga stabilitas politik
dan keamanan di Irak. Justru sebaliknya, AS tampak sangat berambisi untuk menumpas para pendukung Saddam yang sebagian besar Islam Sunni, seperti
mantan wakil persiden Thaha Yasin Ramadhan, dan Izzat Ibrahim, wakil ketua Dewan Revolusi di era Saddam. Lebih dari itu, dalam pembentukan Dewan
Pemerintahan Irak Iraqi Government Council oleh administrasi amerika di irak yang diketuai oleh Paul D. Bremer, kelompok Islam Sunni kurang
diakomodasikan. Hal ini dapat dilihat dari susunan keanggotaannya. Kebijakan
66
Tempo, ibid.
Universitas Sumatera Utara
Amerika ini dikhawatirkan akan membuat perlawanan dari kelompok Sunni serta membuat kelompok Sunni dengan kelompok Syiah dan Kurdi semakin sulit untuk
diintegrasikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III STATE BUILDING PASCA PEMERINTAHAN SADDAM HUSSEIN
Setelah rejim Saddam Hussein tumbang yang ditandai dengan dikuasainya ibukota Irak Baghdad oleh tentara koalisi pada tanggal 1 April 2003 dan
ditangkapnya Saddam Hussein pada 13 Desember 2003, maka masih ada masalah yang penting hanrs diselesaikan menyangkut stabilitas internal Irak yaitu
wewenang tentara pendudukan Amerika dan pembentukan pemerintahan transisi yang demokratis menuju pernerintahan yang permanen tanpa campur tangan
asing. Sub bab ini akan mendiskusikan kendala yang mungkin dihadapi oleh Irak dalam memberi status bagi tentara pendudukan dan membentuk pemerintahan
transisi tersebut Di dalam hukum intemasional, pendudukan occupation pada umumnya masuk ke dalam rubrik akuisisi teritori.
Pendudukan adalah akuisisi terhadap teritori yang tadinya langsung sebelum diakuisisi, bukan menjadi milik suatu negara disebut terra nullius.
67
Teritori itu bisa jadi belum pernah dimiliki negara tertentu atau telah ditinggalkan oleh penguasa berdaulat sebelumnya. Menurut hukum Internasional yang
“ditinggalkan” adalah l kegagalan menjalankan otoritas di teritori tersebut dan
67
Selain okupasi, bentuk lain dari akuisisi teritori adalah transfer teritori dari suatu Negara ke Negara lain melalui taktat. Ini disebut dengan cession. Bentuk lainnya adalah preskripsi prescription ini adalah akuisisi
teritori yang tadinya menjadi milik Negara lain berdasarkan control efektif atas teritori tersebut. Bentuk lainnya adalah akuisisi teritori karena peristiwa alam the operation of nature misalnya karena letusan
vulkanik yang menimbulkan pulau di wilayah suatu Negara. Bantuk lainnya adalah ajudikasi, misalnya ketika Malaysia mendapatkan sipadan dan ligitan melalui mahkamah Internasional. Akhirnya, metode akuisisi lain
adalah penaklukan, misalnya ketika suatu Negara yang benar-benar telah kalah perang manyerahkan teritori kepada Negara penakluk tersebut, seperti tentara sekutu pada tahun 1945 yang menyatakan keinginan
menganeksasi jerman setelah perang berhenti. Kalau perang belum berhenti, maka akuisisi tidak dapat dilakukan, seperti jerman yang pada PD II ingin mengakuisisi polandia, akan tetapi karena perlawanan
polandia dan sekutu sekutunya belum usai, maka klaim jerman sebagai penakluk polandia tidak valid. Dengan kata lain jerman di polandia penakluk melainkan “belligerent occupant”. Tentang akuisisi teritori, ,lihat Peter
Malanczuk, Akehurst’s Modern Introduction to International Law London: Routledge, 1998, hal. 147-154, dari http:www.scribd.com
Universitas Sumatera Utara