Apakah karakter penulisan berita Republika Online sama dengan

Dalam kasus penyadapan Australia kita tidak boleh selalu menyalahkan pemerintah yang lemah terhadap Australia dalam satu sisi kita juga harus memberikan hak kepada pemerintah untuk memberikan ruang sikap pemerintah seperti apa dalam menanggapi kasus penyadapan ini. Jadi digali dari berbagai perspektif. Misalnya kita juga gali informasi dari para pengamat internasional pandangannya dari sisi kedaulatannya seperti apa, kita liat juga dari penjelasan pemerintahnya seperti apa, penjelasan pihak Australianya juga seperti apa, kemudian masukan-masukan dari para pakar, pakar pertahanan nasioanal seperti apa harus ada semua.

5. Apakah narasumber yang dipilih bedasarkan sesuai ideologi Republika

Online? Saya bilang tidak, semua perspektif harus kita masukan, semua persfektif mulai dari tokoh yang mendukung berita A misalnya, atau mendukung berita B semua kita masukan. Jadi politik pemberitaan kita memang berbicara soal kedaulatan harus kita tegakan tapi dari semua perspektif harus semua kita masukan jadi kita tidak akan membodohi pembaca dengan memberikan apa yang ada di kepala kita saja, tetapi juga harus memberikan perspektif yang lain bagi pembaca. Kalau pengamat A Yusril ngomongnya begini, pengamat B ngomongnya seperti apa biar saja pembaca yang menentukan,kita harus tetap berimbang Jadi kita prinsipnya semua aspek harus bisa kita cover, jadi kalau kita bicara tentang penyadapan Asutralia itu semua harus bisa kita cover. Kita harus mengambil misalnya dari sisi publik dari sisi narasumber yang kritis dan dari sisi pemerintahan yang punya keterkaitan dengan masalah itu kemudian juga dari pihak lain,jadi semua harus tercover itu cover both side namanya. Sekalipun modal cover both side di online berbeda dengan cover both side Koran. Kalau kita bicara cover both side di Koran itu kan semua menjadi satu tulisan, kalu cover both side online tidak bisa seperti itu, jadi bisa dipecah-pecah, jadi misalnya kalau kita bicara penyadapan Australia, berita pertama yang kita