misalnya ada wartawan, nah wartawan Republika itu semuanya masuk ke dalam news room. Jadi wartawan yang bekerja disini semuanya support berita ke news
room semua. Republika cetak ngambil news room dan online ngambil dari news room. Jadi gudang beritanya di news room.
Jadi Redaktur di online tidak punya otoritas ke wartawan, tapi reporter ini bertanggung jawab ke Redaktur news room. Jadi sistemnya bersinergi antara
Redaktur cetak denga Redaktur news room, Redaktur online dengan Redaktur news room.
4. Bagaimana
sebenarnya Republika
Online memandang
kasus pemberitaan penyadapan Australia terhadap Indonesia?
Yaa, persfektif kita kan persoalan kedaulatan yah, kita memang Koran islam tapi kita Koran islam yang moderat, kita bukan Koran islam yang kanan, kalau
dulu Republika selalu diasumsikan dengan Koran islam yang kanan sekali. Yaa yang pasti saya tidak akan bicara masa lalu seperti apa tapis di bawah
manajemen yang sekarang dibawah Pemred yang sekarang itu kita tidak lagi terlalu kekanan juga tidak terlalu ke kiri kita tetap pada garis tengah.
Jadi kalau isu-isu keislaman kita tetap kenceng, misalnya kita berbicara tentang UUD anti pornografi kita tetep kenceng meskipun kita harus melawan
Tempo, saat UUD anti pornografi kita berhadapan dengan Tempo, dengan Media Indonesia dan Kompas. Karena garis politik media kita mengatakan bahwa UUD
anti pornografi itu harus didukung, Dalam soal penyadapan Australia kita menggunakan konsep islam moderat
atau islam tengah jadi persoalan kedaulatan dan nasionalisme penting buat kita., saya tidak akan membandingkan dengan media yang lain tapi yang pasti sikap kita
tegas terhadap persoalan tersebut karena itu merupakan sebuah pelanggaran dari Australia. Yang pasti garis kedaulatan Negara Indonesia harus kita tegakan. Itu
garis politik media kita seperti itu.
Dalam kasus penyadapan Australia kita tidak boleh selalu menyalahkan pemerintah yang lemah terhadap Australia dalam satu sisi kita juga harus
memberikan hak kepada pemerintah untuk memberikan ruang sikap pemerintah seperti apa dalam menanggapi kasus penyadapan ini. Jadi digali dari berbagai
perspektif. Misalnya kita juga gali informasi dari para pengamat internasional pandangannya dari sisi kedaulatannya seperti apa, kita liat juga dari penjelasan
pemerintahnya seperti apa, penjelasan pihak Australianya juga seperti apa, kemudian masukan-masukan dari para pakar, pakar pertahanan nasioanal seperti
apa harus ada semua.
5. Apakah narasumber yang dipilih bedasarkan sesuai ideologi Republika
Online?
Saya bilang tidak, semua perspektif harus kita masukan, semua persfektif mulai dari tokoh yang mendukung berita A misalnya, atau mendukung berita B
semua kita masukan. Jadi politik pemberitaan kita memang berbicara soal kedaulatan harus kita tegakan tapi dari semua perspektif harus semua kita
masukan jadi kita tidak akan membodohi pembaca dengan memberikan apa yang ada di kepala kita saja, tetapi juga harus memberikan perspektif yang lain bagi
pembaca. Kalau pengamat A Yusril ngomongnya begini, pengamat B ngomongnya seperti apa biar saja pembaca yang menentukan,kita harus tetap berimbang
Jadi kita prinsipnya semua aspek harus bisa kita cover, jadi kalau kita bicara tentang penyadapan Asutralia itu semua harus bisa kita cover. Kita harus
mengambil misalnya dari sisi publik dari sisi narasumber yang kritis dan dari sisi pemerintahan yang punya keterkaitan dengan masalah itu kemudian juga dari
pihak lain,jadi semua harus tercover itu cover both side namanya. Sekalipun modal cover both side di online berbeda dengan cover both side
Koran. Kalau kita bicara cover both side di Koran itu kan semua menjadi satu tulisan, kalu cover both side online tidak bisa seperti itu, jadi bisa dipecah-pecah,
jadi misalnya kalau kita bicara penyadapan Australia, berita pertama yang kita