14
Komopnen kegrafikaan meliputi indikator ukuranformat buku, desain bagian kulit, desain bagian isi, kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas jilidan. Buku teks
yang memiliki kegrafikaan yang bagus akan membuat peserta didik lebih senang untuk membaca. Misalnya dengan desain buku yang center,colour and picture.
Memusatkan inti materi di tengah kertas. Mendesain buku dengan banyak warna dan gambar .
B. Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni konstruktivisme constructivism, bertanya
questioning, menyelidiki inquiry, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling, refleksi reflection, dan penilaian autentik authentic
assessment.
23
Konstruktivisme constructivism
adalah peserta
didik mengkonstruksimembangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pada pengetahuan awal melalui proses interaksi sosial dan asimilasi- akomodasi. Implikasinya adalah pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Tanya jawab questioning dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik
belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis. Bertanya atau dalam pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik. Guru
bertanya dimaksudkan untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.
23
Masnur Muslich, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, cet. 3, h. 40
.
15
Inkuiri inquiry dalam proses belajar mengajar intinya menyelidiki adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Proses menemukan
cara atau ilmu baru yang dipelajari peserta didik. Masyarakat learning community belajar merupakan sekelompok orang
peserta didik yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman, dan berbagi pengalaman. Sesuai dengan teori konstruktivisme, melalui interaksi sosial dalam
masyarakat belajar ini maka peserta didik akan mendapat kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, oleh karena itu bekerjasama dengan
orang lain lebih baik daripada belajar sendiri. Pemodelan modelling merupakan proses penampilan suatu contoh agar
orang lain peserta didik meniru, berlatih, menerapkan pada situasi lain, dan mengembangkannya. Mencontoh ilmu yang ada di buku teks dan menerapkan nya
pada kehidupan sehari-hari. Penilaian autentik authentic assessment dimaksudkan untuk mengukur dan
membuat keputusan tentang pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang autentik senyatanya. Agar dapat menilai senyatanya, penilaian autentik
dilakukan dengan berbagai cara misalnya penilaian penilaian produk, penilaian berbasis proses,
24
potofolio, tugas yang relevan dan kontekstual, penilaian diri, penilaian sejawat dan sebagainya. tes yang baik bukanlah tes yang sulit
dikerjakan siswa, tetapi tes yang baik adalah tes yang membuat siswa berpikir dengan berproses.
Refleksi pada prinsipnya adalah berpikir tentang apa yang telah dipikir atau dipelajari. Merefleksi diri dengan kata lain merupakan evaluasi dan introspeksi
terhadap kegiatan belajar yang telah peserta didik lakukan. Dari batasan di atas, dapat ditarik dua hal pokok, yakni mengenai peran
guru dan peran siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus meyakini bahwa yang mereka pelajari itu berguna sebagai bekal
hidup mereka. Di sisi lain, guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri hal-hal yang seharusnya mereka temukan. Dalam
24
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia. Bandung: Mizan Pustaka, 2013, cet. 17, h.158.
16
pembelajaran kontekstual, siswa harus memposisikan diri sebagai diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, guru berperan
sebagai pengarah dan pembimbing.
C. Konsep Belajar Mengajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai satu strategi pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.
Kemampuan berpikir sudah dimiliki siswa sejak mereka lahir. Makin sering seseorang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir, makin
berkembang dan makin meningkatkan kemampuan berpikirnya. Jika proses belajar hanya melatih siswa menghafal atau memecahkan soal tertulis saja, maka
kemampuan berpikir siswa hanya akan meningkat dalam kemampuan menhafal atau mengerjakan soal tertulis saja. Untuk dapat menghadapi masalah-masalah
ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari maka siswa dalam proses belajarnya harus dilatih berpikir untuk memecahkan masalah-
masalah autentik yang ada disekitarnya. Pendidikan sains seperti biologi ditingkat SMAMA berperan dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Biologi merupakan wadah untuk membangun warga negara yang memperhatikan lingkungan serta
bertanggung jawab kepada masyarakat serta memahami makna secara sistematis sehingga biologi bukan hanya penugasan juga pengetahuan yang berupa fakta,
konsep, prinsip dan merupakan proses penemuan.
25
Untuk pelajaran IPA, sebagai re-orientasi bahwa model pembelajaran IPA memmiliki
ciri-ciri seperti
menggunakan permasalahan
kontekstual. Mengembangkan kemampuan problem solving. Memberikan kesempatan yang
luas untuk reinvitation dan construction konsep, prinsip, definisi, dan eksperimen. Membuat peserta didik melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
25
Rini Prisma Gusti, Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Biologi melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Pembelajaran Berbasis Gambar Picture and Picture pada Siswa Kelas
XI IPA SMA Muhammadiyah Kota Padang Panjang, Jurnal Guru, No. 1 Vol 3 Juli 2006.