Situasi dan Konteks pada PISA

23 anatara materi pokok dengan materi pendukung, materi yang disajikan kurang sesuai dengan perkembangan mutakhir, begitu pula kurang sesuai dengan kehidupan dan pengalaman sehari-hari peserta didik, belum terlihat upaya untuk mengorganisasikan materi dengan baik yang kaya kandungan nilai-nilai pembelajaran. Di antaranya. dengan membahas materi yang sedang hangat dibicarakan masyarakat fenomena aktual. 33 Indriyati Ibrahim dalam penelitiannya tentang representasi konsep biologi kontekstual pada buku pelajaran IPA kelas VIII menunnjukkan hasil bahwa sebagian buku yang ada di kota semarang telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, namun belum secara optimal menyajikan konsep biologi kontekstual, gambar contoh dan latihan yang diberikan ke peserta didik baru dalam kriteria cukup kontekstual. Kemudian dalam penelitian ini, Indriyati Ibrahim menghasilkan buku teks yang berkonsep biologi kontekstual dan buku tersebut telah dinilai keterbacaannya oleh peserta didik dan termasuk dalam kategori buku yang mudah dipahami peserta didik. 34 Rini Prisma Gusti dalam penelitiannya tentang upaya peningkatan pemahaman konsep biologi melalui pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran berbasis gambar picture and picture pada siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah kota Padang Panjang pada tahun 2006 menunjukkan hasil bahwa penggunaan pendekatan kontekstual secara umum dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. 35 Hery Kustanto dan A. Hiduan dalam penelitian mereka mengenai kecenderungan buku teks fisika lama dan buku teks fisika baru untuk SMA menunjukkan bahwa materi fisika pada buku teks fisika baru cenderung lebih terstruktur dibandingkan pada buku-buku teks fisika lama. Hal itu terlihat dari pembagian materi pada kedua buku tersebut. Buku-buku teks fisika lama lebih menekankan pada aspek deskriptif fenomenal sehingga materinya menyebar. Tetapi contoh pada penerapan prinsip-prinsip fisika dalam alat-alat yang ada 33 Aim Abdulkarim, op. cit., h.71 34 Indriyati Ibrahim, Representasi Konsep Biologi Kontekstual pada Buku pelajaran IPA Kelas VIII, Journal of Research and Educational Research Evaluation, 2012, h. 82. 35 Rini Prisma Gusti, op. cit., h. 35 24 dalam kehidupan sehari-hari pada buku teks fisika lama lebih baik dari pada buku teks fisika baru. 36 Mohamad Waluyo dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku sekolah elektronik BSE kelas VII SMP pelajaran matematika ditinjau dari implementasi pendekatan kontekstual menunjukkan hasil bahwa dari keempat buku teks yang beliau teliti, rata-rata buku tersebut hanya menyajikan permasalahan kontekstual diawal saja, dan buku-buku tersebut terlihat kurang dalam penyaian masalah kontekstual. 37 Yusuf Hilmi Adisendjaja dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku ajar biologi SMA kelas X di kota Bandung berdasarkan literasi sains menunjukkan hasil bahwa buku ajar biologi yang dianalisis lebih menekankan pada pengetahuan sains, yakni menyajikan fakta, konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori, model dan pertanyaan-pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat pengetahuan atau informasi. Buku-buku tersebut tidak mengarahkan siswa untuk memahami dan mempraktikkan pada kehidupan nyata. Buku-buku tersebut hanya membuat siswa untuk mengingat pelajaran yang diajarkan. 38 Yusuf Hilmi Adisendjaja dan Oom Romlah dalam penelitiannya yang berjudul analisis buku ajar sains berdasarkan literasi ilmiah sebagai dasar untuk memilih buku ajar sains biologi mengungkapkan bahwa ada beberapa konsep yang ada di dalam buku ajar yang kurang tepat atau miskonsepsi atau memerlukan konsepsi alternatif dan hal ini dapat menyebabkan miskonsepsi pada peserta didik. 39 Bisa ditarik kesimpulan dari keenam penelitian tersebut bahwa masih banyak buku teks yang tergolong kurang sesuai dengan kehidupan kontekstual peserta didik sehari-hari, bahasa buku yang sulit dipahami peserta didik, adanya 36 Hery Kustanto dan A.Hinduan, “Kecenderungan Buku Teks Fisika Lama dan Buku Teks Fisika Baru untuk SMA”, Makalah, Diseminarkan pada seminar nasional fisika dan pembelajaran UKSW Salatiga, h.1. 37 Mohamad Waluyo, op. cit., h. 6. 38 Yusuf Hilmi Adisen djaja,” Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains”,Makalah, FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, h. 1. 39 Yusuf Hilmi Adisendjaja d an Oom Romlah,” Analisis Buku Ajar Sains Berdasarkan Literasi Ilmiah Sebagai Dasar untuk Memilih Buku Ajar Sains Biologi ,”Makalah, FPMIPA UPI Bandung. h. 2. 25 miskonsepsi pada beberapa konsep dan kurang menariknya buku tersebut sehingga siswa malas membacanya. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kontekstual menghasilkan peningkatan dalam pembelajaran biologi. Jadi, lebih baik lagi jika buku teks yang dipakai guru dan peserta didik bersifat kontekstual, agar peserta didik langsung mengerti tentang apa yang materi yang ada di buku dan kehidupan kontekstual mereka sehari-hari.

G. Kerangka Berpikir

Melihat beberapa kajian teoritik yang telah disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu dan merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu dengan maksud dan tujuan-tujuan instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Kegiatan proses belajar mengajar di sekolah memerlukan buku teks dapat menjadi pegangan guru dan siswa yaitu sebagai referensi utama atau menjadi buku suplementambahan. Proses kegiatan belajar peserta didik tak sebatas mencermati apa-apa saja yang diterangkan oleh guru. peserta didik membutuhkan referensi atau acuan untuk menggali ilmu agar pemahaman peserta didik lebih luas sehingga kemampuannya dapat lebih dioptimalkan. Terlebih lagi jika buku tersebut mengacu pada fakta yang ada di kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran akan lebih membekas pada peserta didik. Pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu strategi pembelajaran kontekstual membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, memecahan masalah dan keterampilan intelektual berupa belajar berbagai peran orang dewasa dan melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. Semakin sering seseorang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk berpikir, maka semakin berkembang dan semakin meningkat juga kemampuan berpikirnya. Jika proses belajar hanya melatih peserta didik