Pegertian Pembelajaran Proses Pembelajaran
waritsa, yang berakar dari huruf-huruf waw, ra, dan tsa, yang bermakna dasar pemindahan harta milik, atau perpindahan pusaka.
19
Berangkat dari makna dasar ini, maka dari segi makna yang lebih luas, kata al-irts mengandung arti perpindahan sesuatu dari seseorang
kepada seseorang, atau perpindahan dari satu kaum ke kaum yang lainya, baik berupa harta ilmu, atau kemuliaan.
Tetapi dalam konsteks ilmu mawarits, al-irts mempunyai makna harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris sesudah diambil
untuk kepentingan pengurusan jenazah, pelunasan utang, serta pelaksanaan wasiat.
b. Al-Faraidh
Kata al-Faraidh adalah bentuk jamak dari faridhah yang bermakna mafrudhah yaitu sesuatu yang diwajibkan. Artinya saham-saham yang
telah ditentukan kadarnya. Dengan demikian penyebutan faraidh didasarkan pada bagian yang diterima ahli waris.
Berdasarkan saham-saham yang sudah menjadi hukum pasti tersebut, ternyata konsteks kata yang merujuk pada kepastian terdiri
dari dua kata. Pertama, dalam surat an- Nisaa’ ayat 7:
Menurut al-Maraghiy kata ضْ ْ dalam ayat ini mengandung makna
bahwa saham yang telah ditentukan kadarnya itu, para ahli waris harus mengambil sedikit atau banyak menurut saham yang telah ditetapkan
Allah swt. Kedua, dalam surat an- Nisaa’ ayat 11:
19
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995, h. 23.
.
Menurut al-Maraghiy, kata ْ ف mengandung makna bahwa saham-
saham yang disebutkan itu disertai siapa-siapa ahli waris yang akan memperoleh saham tersebut. Dan ini merupakan ketetapan yang harus
diimplementasikan. Dari dua konsteks kata yang berbeda itu, maka dapat dinyatakan
bahwa surat an- Nisaa’ ayat 7 bersifat umum, baik saham-saham
maupun jumlah ahli waris belum disebutkan satu persatu. Adapun surat an-
Nisaa’ ayat 11 bersifat khusus karena baik saham maupun jumlah ahli waris telah disebutkan secara terperinci.
c. Al-Tirkah
Al-Tirkah dalam bahasa arab adalah bentuk masdar dari kata tunggal taraka. Dan tercatat 28 kali dalam al-Quran dalam berbagai
konsteks yaitu taraka 24 kali, tatruku 1 kali, dan tariku 3 kali. Sehingga mengandung dua makna dasar, yakni membiarkan dan peninggalan
sebagaimana tercantum pada surat an- Nisaa’ ayat 7, 11, 10 dan 176.
20
Keseluruhan kata taraka yang terdapat dalam surat an- Nisaa’
adalah bentuk madhi, rahasianya karena yang meninggal adalah seorang pewaris. Untuk itu Abu Zahra mengatakan bahwa huruf ma pada kata
mimma taraka atau ma taraka yang terdapat dalam ayat tersebut mengandung makna semua yang ditinggalkan oleh pewaris berupa harta
yang menjadi milik ahli waris, baik sedikit ataupun banyak.
21
20
Ibid., h. 30.
21
Ibid., h. 31.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tirkah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan ahli waris. Baik yang berupa harta maupun
hak. Dan tirkah itu bisa dibagikan kepada ahli warisnya setelah dikurangi biaya pengurusan jenazah, pelunasan utang, dan wasiat.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa konsep kewarisan Islam terdiri dari konsep al-irts, al-faraidh, dan al-tirkah mempunyai
unsur yang berbeda. Istilah al-irts mengacu pada sebab terjadinya kewarisan dengan unsur utama adalah perkawinan, hubungan nasab,
dan hubungan wala. Istilah faraidh mengacu pada format saham yang akan diterima ahli waris, yakni 12, 23, 14, 18, 13, dan 16. Adapun
istilah al-tirkah mengacu pada kewajiban pewaris yang harus dipenuhi oleh ahli warisnya sebelum harta pusakanya dibagi habis kepada ahli
warisnya, berupa biaya pengurusan jenazah, pelunasan hutang, dan pemenuhan wasiat.
22