Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 orang
atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. b.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan kabur.
c. Memerlukan waktu yang panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai
dengan keinginan. d.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada
pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
10
3.
Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, di antaranya lain;
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau juga disebut diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai
peserta diskusi. b.
Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan cara membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan pendidik menyajikan permaslahan
secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai
diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusi.
c. Diskusi Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagi sudut pandang berdasarkan keahlian.
Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah penyaji memberikan pandangannya tentang masalah
10
Ibid.
yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelunya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di depan
audiens.
11
Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat langsung, tetapi berperan hanya
sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh karena itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan degan metode
lain, misalnya degan etode penugasan. Siswa ditugaskan merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
Jenis diskusi apapun yang digunakan, dalam proses pelaksanaannya, pendidik harus mengatur kondisi agar: 1 setiap siswa dapat berbicara
mengeluarkan pendapatnya; 2 setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain; 3 setiap siswa harus memberikan respon; 4 setiap
siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting; dan 5 melalui diskusi siswa harus dapat mengembangkan
pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.
4.
Langkah-langkah Pelaksanaan Diskusi
Menurut Wina Sanjaya, Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya: 1
Merumuskan tujuan yang akan dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan yang bersifat khusus. Tujuan yang ingin
dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam
pelaksanaan.
11
Ibid., h. 157.
2 Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan,
maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang diutamakan adalah pengembangan kemampuan siswa dalam
mengembangkan gagasan, maka simposium dianggap sebagai diskusi yang tepat.
3 Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan
dari isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang berhubungan dengan materi
pelajaran sesuai dengan bidang studi yang di ajarkan. 4
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubugan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya kelas dengan segala fasilitasnya,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakal diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatiakan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1 Memeriksa segala persiapanyang dianggap dapat mempengaruhi
kelancaran diskusi. 2
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi
sesuai dengan jenis diskusi yang dilaksanakan. 3
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan
suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, ialnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4 Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan gagasan dan ide-ide.
5 Mengendalikan pembicaraan pada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi. 2
Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
12
B. Proses Pembelajaran
1. Pegertian Pembelajaran
Sebelum kita bahas apa itu pembelajaran, sebaiknya dipahami terlebih dahulu konsep belajar dan mengajar. Secara umum belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan prilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.
13
Jadi perubahan prilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak
dapat dilakukan sebelumnya. Konsep belajar juga telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Gagne, Belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Driscroll menjelaskan, Belajar yaitu perubahan terus-menerus dalam
kinerja atau potensi kerja manusia. Oemar Malik berpendapat, Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Sedangkan menurut Nana Syaodih, Belajar adalah segalaperubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor dan
terjadi melalui pengalaman.
14
12
Ibid., h. 158-159.
13
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung:CV Wacana Prima, 2008, cet. II, h. 38.
14
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama, cet. I, h. 3.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu
perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor. Kegiatan belajar erat kaitannya dengan kegiatan mengajar. Sebagai
pendidik kita perlu memahami secara cermat tentang konsep mengajar. Pada dasarnya mengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan
kondisi atau sistem yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah proses membimbing
kegiatan belajar dan kegiatan mengajar akan bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Menurut S. Nasution, Mengajar adalah
mengorganisir lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi kegiatan belajar.
15
Kegiatan belajar
dan mengajar
dikenal dengan
istilah pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mempercepat tujuan
pembelajaran.
16
Menurut Oemar Malik, Pembelajaran adalah sesuatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Muhammad Surya menjelaskan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses yang diakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkugannya. Berdasarkan UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Corey, pembelajaran adalah suatu proses dimana
15
Ibid., h. 7.
16
Ibid.
lingkungan secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu.
17
Dari beberapa konsep pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, dapat dimaknai bahwa di dalam pembelajaran terdapat interaksi
antara peserta didik, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan. Pembelajaan
menggambarkan kegiatan pendidik mengajar dan siswa sebagai pembelajar dan unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi.
2. Peran Pendidik dalam Diskusi
Peranan seorang pendidik dalam diskusi pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Pengatur jalannya diskusi, yaitu:
1 . Menentukan materi atau masalah yang ingin didiskusikan.
2 . Menjaga ketertiban pembicaraan
3 . Memberi rangsangan kepada siswa untuk berpendapat.
4 . Memperjelas suatu pendapat yang dikemukakan.
b. Sebagai dinding penangkis, yaitu menerima dan menyebarkan
pertanyaanpendapat kepada seluruh peserta. c.
Sebagai petunjuk jalan, yaitu memberikan pengarahan tentang tata cara diskusi.
18
C. Mawaris
1. Pengertian Kewarisan Islam
Ungkapan yang dipergunakan oleh al- Qur’an untuk menunjukan
adanya kewarisan islam dapat dilihat pada tiga jenis kalimat, yakni al-irtsi, al-faraidh, dan al-tirkah.
a. Al-Irts
Al-Irts adalah bentuk mashdar dari kata waritsa, yaritsu, irtsan. Bentuk masdhar-nya bukan hanya kata irtsan, melainkan termasuk juga
kata waritsan, turatsan, dan wiratsatan. Kata-kata itu berasal dari kata
17
Ibid., h. 8
18
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran … h. 144.
waritsa, yang berakar dari huruf-huruf waw, ra, dan tsa, yang bermakna dasar pemindahan harta milik, atau perpindahan pusaka.
19
Berangkat dari makna dasar ini, maka dari segi makna yang lebih luas, kata al-irts mengandung arti perpindahan sesuatu dari seseorang
kepada seseorang, atau perpindahan dari satu kaum ke kaum yang lainya, baik berupa harta ilmu, atau kemuliaan.
Tetapi dalam konsteks ilmu mawarits, al-irts mempunyai makna harta warisan yang siap dibagikan kepada ahli waris sesudah diambil
untuk kepentingan pengurusan jenazah, pelunasan utang, serta pelaksanaan wasiat.
b. Al-Faraidh
Kata al-Faraidh adalah bentuk jamak dari faridhah yang bermakna mafrudhah yaitu sesuatu yang diwajibkan. Artinya saham-saham yang
telah ditentukan kadarnya. Dengan demikian penyebutan faraidh didasarkan pada bagian yang diterima ahli waris.
Berdasarkan saham-saham yang sudah menjadi hukum pasti tersebut, ternyata konsteks kata yang merujuk pada kepastian terdiri
dari dua kata. Pertama, dalam surat an- Nisaa’ ayat 7:
Menurut al-Maraghiy kata ضْ ْ dalam ayat ini mengandung makna
bahwa saham yang telah ditentukan kadarnya itu, para ahli waris harus mengambil sedikit atau banyak menurut saham yang telah ditetapkan
Allah swt. Kedua, dalam surat an- Nisaa’ ayat 11:
19
Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Quran: Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir Tematik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada1995, h. 23.