Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4. Pendidik harus melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses yang ditempuh. 4 Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan mengajar adalah menggunakan hasil yang dicapai peserta didik dalam belajar. Meskipun sampai saat ini alat yang dipergunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan belajar belum diketahui tingkat keobjektifan, tingkat ketepatan, atau pun tingkat keterandalannya, namun keberhasilan belajar peserta didik yang dicapai berdasarkan penilaian “sebagaimana adanya” memberikan petujuk bagi para pendidik untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswanya. Upaya untuk meningkatkan keberhasilan peserta didik di antaranya dapat dilakukan melalui upaya perbaikan proses pembelajaran. Dalam proses perbaikan pembelajaran ini peranan pendidik sangat penting, yaitu menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu sasaran proses pembelajaran adalah peserta didik, maka dalam metode pembelajaran, fokus perhatian pendidik adalah upaya membelajarkan peserta didik. Sesungguhnya mengajar hendaknya dilakukan dengan metode pembelajaran atau cara yang efektif agar diperoleh hasil lebih baik. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan mengajar yang baik pula dengan menguasai metode pembelajaran selain diperlukan juga sikap mental untuk mau memperbaiki atau meningkatkan kemampuan belajar. Pendidik seharusnya mampu menentukan metode pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan hasil belajarpun diharapkan dapat lebih ditingkatkan. Metode dapat ditentukan oleh pendidik dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan proses pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Tentu saja orientasi guru adalah peserta didik. Jadi, metode 4 Sumati dan Asra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wahana Priama, 2008, cet. II, h. xii. pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar peserta didik belajar. Dalam proses pembelajaran di kelas tidak terkecuali Fiqih Mawaris harus terus diupayakan peningkatan-peningkatan ke arah berkembangnya kemampuan peserta didik baik yang berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pembelajaran yang tradisional yang tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif seharus kombinasikan dengan pendekatan-pendekatan dan metode-metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini dilakukan utuk menjawab tantangan ilmu pengetahuan yang berkembang semakin pesat. Peran strategis Fiqih Mawaris adalah untuk menghindari hal-hal negatif yang timbul dari harta peninggalan yang ditinggalkan si mayit. Harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia serigkali menimbulkan sengketa dan pertengkaran dalam sebuah keluarga, yang dapat memutuskan tali silaturahmi atau tali persaudaraan dalam keluarga. Putusnya tali persaudaraan disebabkan masing-masing ahli waris ingin mendapatkan bagian yang lebih banyak jika perlu mendapatkan seluruh harta waris sedangkan ahli waris lain tidak perlu mendapatkan bagian. Bagaimana pengembangan pendidikan Fiqih Mawaris menjadi pendidikan intelektual yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan produktifitas, pendidik, peserta didik dan kurikulum. Karena ketiga komponen ini merupakan komponen utama untuk berlangsungnya pendidikan disekolah. Namun fakta di lapangan, pembelajaran Fiqih Mawaris sering kali terkendala minat para peserta didik untuk mempelajari ilmu tersebut. Hal ini muncul, karena anggapan bahwa Fiqih Mawaris merupakan ilmu yang sulit untuk dipelajari. Di samping itu, biasanya pendidik terlalu terpaku pada satu metode, yaitu metode ceramah sehingga mengakibatkan pesertadidik bosan ketika proses pembelajaran berlangsung, yang otomatis membuat perhatian para peserta didik kurang fokus. Oleh karena itu, diperlukan metode yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu metode yang kerap kali digunakan pendidik dalam proses pembelajaran selain metode ceramah dan tanya jawab adalah metode diskusi. Penggunaan metode diskusi secara tepat yang sesuai dengan prosedur pelaksanaannya tentu akan memberi hasil yang baik kepada siswa. Menurut Ghufran Ihsan, metode yang tepat untuk pembelajaran Fiqih Mawaris di tingkat PerguruanTinggi adalah metode diskusi. 5 Metode ini tepat untuk menumbuhkan sikap kritis dan toleransi bagi siswa. Karena dengan metode ini mahasiswa terbiasa mendegar pendapat orang lain, sekalipun pendapat itu berbeda dengan pendapatnya. Dan juga untuk membiasakan mahasiswa berpikir secara logis dan sistematis, serta melatih keberanian dan keterampilan mahasiswa dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kecakapan mereka dalam belajar. Berdasarkan hal di atas, maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih jauh mengenai masalah ini, dengan judul “EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FIQIH MAWARIS DI JURUSAN PAI FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ”.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum penulis membatasi masalah di atas, kiranya dapat di identifikasi beberapa masalah yang berkenaan dengan judul di atas sebagai berikut: a. Fiqih Mawaris dianggap ilmu yang sulit untuk dipelajari. b. Siswa kurang tertarik dengan metode ceramah. 5 Hasil Wawancara dengan Ghufran Ihsan, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, Tentang Metode Yang Tepat untuk Pembelajaran Fiqih Mawaris di Perguruan Tinggi, di Kediaman Ghufran Ihsan, Hari Senin Tanggal 8 September 2014 .

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan terbatasnya kemampuan serta waktu penulis, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini pada: Efektivitas penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris.

D. Perumusan Masalah

Dari pembahasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimana efektivitas metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, di antaranya adalah: a. Untuk mendeskripsikan data, fakta, dan teori tentang efektivitas metode diskusi dalam pembelajaran Fiqih Mawaris di Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Untuk menyumbang kajian ilmu pendidikan tentang pembelajaran Fiqih Mawaris. Dengan demikian dapat memperkaya khazanah keperpustakaan dalam penyelenggaraan pembelajaran Fiqih Mawaris. 2. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi, referensi, dan bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam penulisan ilmiah terkait. b. Menjadi dasar bagi pendidik dan sekolah untuk pembuatan regulasi dan program perbaikan yang terkait dengan pembelajaran Fiqih Mawaris. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Metode Diskusi

1. Pengertian Metode Diskusi Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greek Yunani “metodos” yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. 1 Sedangkan dalam pendidikan Islam metode dikenal dengan disebutan manhaj, wasilah, kaifiyah, thariqah yang semuanya merupakan sinonim yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode mempunyai arti “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Sedangkan secara terminologi metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan penyajian mata pelajaran secara teratur dan tidak bertentangan serta didasarkan pada suatu approach. 4 Menurut Runes, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah: 1 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers, 2002, h. 41. 2 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Pendidik, Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya, 2011, cet. XI, h. 136. 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2005, cet. III, h. 740. 4 Muljanto Sumarno, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, cet. I, h. 12. 1. Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan. 2. Suatu prosedur teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu. 3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. 5 Berdasarkan pendapat Runes tersebut, bila dikaitkan dengan proses pendidikan, maka metode adalah suatu prosedur yang digunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari segi pendidik. Sedangkan dari segi peserta didik, metode adalah teknis yang digunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode adalah seperangkat teknis dan suatu cara yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Sedangkan diskusi berasal dari bahasa Inggris yaitu Discution yang mempunyai arti perundingan atau pembicaraan. 6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. 7 Menurut istilah diskusi adalah suatu proses berpikir bersama untuk memahami suatu masalah, menemukan sebab- sebabnya, serta mencari pemecahannya. Sedangkan metode diskusi menurut Killen yang dikutip oleh Wina Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran, metode diskusi adalah metode pembelajaran yang meghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecacahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, 5 Al-Rasyid dan Samsul Nizar, Filsafat Pendndikan Islam “Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis ”, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005, h. 65. 6 Jhon M. Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT Gramedia: Jakarta, 2005, cet. XXVI, h. 186. 7 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, cet. X, h. 238.

Dokumen yang terkait

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 23 165

Problematika Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dalam Mengakses Layanan Administrasi Via Internet : studi simak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 22 77

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 29 73

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Hubungan Motivasi Mahasiswa/i Memilih Jurusan Pendidikan IPS dengan Prestasi Belajar angkatan Tahun 2012 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 14 0

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam memilih jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 11 193

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 97

KAJIAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP INTEGRASI ILMU DAN ISLAM ANTARA DOSEN BIDANG ILMU UMUM DENGAN DOSEN BIDANG ILMU AGAMA DI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ansharullah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Ind

0 0 14