Ahli Waris dalam Kewarisan Islam

Istri mendapatkan bagian 14 dengan satu syarat, yaitu si mayit tidak meninggalkan far’u mayit. Jika ada, maka istri mendapatkan bagian 18. 4 Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 18 Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 18 hanya ada satu, yaitu istri. Istri mendapatkan bagian 18 apabila si mayit meninggalkan far’u mayit. 5 Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 13 a Ibu Ibu mendapatkan bagian 13 dengan dua syarat, yaitu: 1 Tidak ada far’u mayit. Jika ada, maka ibu hanya mendapatkan bagian 16. 2 Tidak ada „„„adad ikhwah. Jika ada, maka ibu hanya mendapatkan bagian 16. b Dua Orang Saudara Seibu baik laki-laki, perempuan atau campuran dari keduanya. Dua orang saudara perempuan mendapatkan bagian 13 dengan 3 syarat, yaitu: 1 Tidak ada far’u mayit. Jika ada, maka mahjub. 2 Tidak ada bapak. Jika ada, maka mahjub. 3 Tidak ada kakek dari bapak. Jika ada, maka mahjub. 47 6 Dzawil furudh yang mendapatkan bagian 16 a Bapak Syarat bapak mendapatkan bagian 16 yaitu jika si mayit meninggalkan far’u mayit. Apabila far’u mayit-nya laki-laki maka bapak hanya mendapatkan 16 saja, sedangkan apabila far’u mayit-nya perempuan, maka bapak mendapatkan 16 sisa jika ada sisa harta. Apabila tidak ada far’u mayit, bapak mendapatkan bagian ashobah. 47 Ibid., h. 38. b Kakek Syarat kakek mendapatkan bagian 16 ada 2 yaitu: 1 Adanya far’u mayit. Jika tidak ada, maka kakek mendapatkan bagian ashobah. 2 Tidak ada bapak. Jika ada, maka mahjub. c Ibu Syarat ibu mendapatkan bagian 16 ada 2, yaitu: 1 Ada far,u mayit. Jika tidak ada, ibu mendpatkan 13. 2 Ada „adad ikhwah. Jika tidak ada. Ibu mendapatkan bagian 13. d Nenek Syaratnya si mayit tidak meninggalkan ibu. Jika ada, nenek mahjubah. e Saudara perempuan sebapak satu atau lebih Satu saudari perempuan sebapak mendapatkan 16 dengan 6 syarat, yaitu: 1 Tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dan bapak. Jika ada mahjubah. 2 Tidak ada kakek dari bapak . 3 Tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki yang mendapatkan bagian 12. Jika tidak ada, ia mendapatkan 12. 4 Tidak ada saudara laki-laki sekandung. Jika ada mahjubah. 5 Harus bersama satu orang saudari perempuan sekandung. Jika tidak ada, maka dia mendapatkan 12. 6 Tidak ada saudara perempuan sekandung yang telah mendapatkan ashobah ma’al ghoir. Jika ada ia mahjubah. 48 48 Ibid., h.45. f Satu Orang Saudara Seibu Syarat saudara seibu mendapatkan bagian 16 ada 4, yaitu: 1 Tidak ada far’u mayit. Jika ada, maka ia mahjub. 2 Tidak ada bapak. Jika ada, maka ia mahjub. 3 Tidak ada kakek dari bapak. Jika ada mahjub. 4 Tidak ada saudara seibu lainnya. Jika ada mereka mendapatkan bagian 13. b. Dzawil Ashobah Ashobah adalah laki-laki dari kerabat si mayait, dimana dalam nisbatnya ke si mayit, tidak ada perempuan. Menurut al- Jauhari dalam bukunya, ash-shobah, disebutkan bahwa ashobah- nya laki-laki adalah bapaknya, anaknya, dan kerabatnya sebapak. Dinamakan ashobah karena mereka mengelilinginya. Dalam istilah ulama fiqih ashobah berarti ahli waris yang tidak mempunyai bagian tertentu, baik besar maupun kecil, yang telah disepakati oleh para ulama seperti ash-habul furudhh atau yang belum disepakati oleh mereka seperti dzawi al-arham. Di dalam kitab ar-Rahbiyyah, ashobah adalah setiap orang yang mendapatkan semua harta waris, yang terdiri dari kerabat dan orang yang memerdekakan budak, atau yang mendapatkan sisa setelah pembagian bagian tetap. 49 Para fuqoha telah menyebutkan tiga macam kedudukan ashobah, yaitu: 1 Ashobah Binafsi Ahobah binafsi ialah tiap-tiap kerabat yang lelaki yang tidak diselangi seorang wanita. 50 Jumlah mereka adalah: Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi dibawahnya, bapak dan kakek serta generasi di atasnya, saudara kandung, saudara sebapak, anak laki-laki saudara 49 Alyasa Abu Bakar. Ahli Waris Sepertalian Darah, Jakarta: Inis, 1998, h. 252. 50 Hasbi Ash-Siddieqy. Fiqhul Mawarits, Jakarta: Bulan Bintang. 1973. h. 142. kandung, anak laki-laki saudara sebapak dan generasi dibawahnya, paman kandung, paman sebapak, anak laki-laki paman kandung, anak laki-laki paman sebapak. 2 Ashobah bil Ghairi Ashobah bil ghairi ialah tiap wanita yang mempunyai furudh tapi dalam mawarits menerima ushubah memerlukan orang lain dan dia bersekutu dengannya untuk menerima ushubah itu. 51 Mereka adalah: a Satu anak perempuan atau lebih, yang ada bersama anak laki-laki, b Satu cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih, yang ada bersama cucu laki-laki dari anak laki-laki. c Satu orang perempuan kandung atau lebih yang ada bersama saudara kandung. d Satu orang saudara perempuan sebapak atau lebih yang ada bersama saudara laki-laki sebapak. 3 Ashobah Ma’al Ghair Ahobah ma’al ghair ialah tiap wanita yang memerlukan orang lain dalam menerima ushubah. Sedangkan orang lain itu tidak bersekutu menerima ushubah tersebut. 52 Mereka adalah: a Seorang saudara perempuan kadung atau lebih, yang ada bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki. b Seorang saudara perempuan sebapak atau lebih, yang ada bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki. c. Dwawil Arham Dzawil arham ialah keluarga yang tidak memiliki hak waris menurut furudhh dan bukan termasuk ashobah. 53 Dengan kata lain, 51 Ibid., h. 147. 52 Ibid., h.153. mereka yang tidak termasuk ashabul furudhh dan tidak termasuk ashabul ashobah. Dzawil arham baru diakui keberadaannya jika si mayit tidak memiliki ahli waris. Jika dzawil arham itu satu orang, dia mewarisi seluruh harta warisan, sebagaimana yang diterima oelah seorang yang berhak menerima ashobah.

7. Cara Pembagian Warisan

Jika kita ingin membagi harta warisan kepada orang-orang yang berhak setelah lunas semua utang dan melaksanakan semua wasiat si mayit, kita harus mengetahui siapa saja yang berhak mendapatkan warisan. Salah satu metode yang digunakan untuk mempermudah perhitungan pembagian warisan adalah metode ushul masailasal masalah. Metode asal masalah ialah suatu cara menyelesaikan pembagian warisan dengan mencari dan menetapkan asal masalah KPT yakni Kelipatan Persekutuan bilangan Terkecil. 54 Misal angka dua puluh empat 24 menjadi asal masalah dari ahli waris dengan bagian 18, 12, dan 16, sebab angka 6 dapat dibagi dengan angka 8 yang merupakan penyebut dari 18, dapat dibagi angka 2 yang merupakan penyebut dari 12, dan dapat dibagi 6 yang merupakan penyebut dari 16. Adapun langkah-langkah dalam metode asal masalah ini adalah sebagai berikut: a. Menyeleksi orang-orang yang menjadi dzawil furudh, dzawil ashobah, dan dzawil arham; b. Menentukan siapa saja ahli waris yang terhijabterhalang sehingga tidak mendapatkan bagian; c. Menentukan bagian masing-masing dzawil furudh; d. Menentukan asal masalah dan proses perhitungan. 53 Muhammad Thaha Abul Ela Khalifah, Hukum Waris: Pembagian Warisan Berdasarkan Syariat Islam, Solo: PT. Tiga Serangkai Pusaka Mandiri. 2007, h. 541. 54 Budi Ali Hidayat, Memahami Dasar... h.61. Contoh soal: Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris yang terdiri atas suami, 1 orang anak perempuan, ibu, 1 cucu perempuan dari anak perempuan, 1 saudara laki-laki sekandung, 1 paman yang sekandung dengan bapak. Harta yang ditinggalkan si mayit sebesar Rp. 24.000. 000,-. Langkah pertama: Menentukan dzawil furudh, dzawil ashobah, dan dzawil arham. Dzawil furudh terdiri dari: suami, 1 orang anak perempuan, dan ibu. Dzawil ashobah terdiri dari: saudara sekandung dan paman yang sekandung dengan bapak. Dan dzawil arham terdiri dari: cucu perempuan dari anak perempuan. Langkah kedua: Menentukan ahli waris yang ter-hijabterhalang. Cucu perempuan dari anak perempuan terhijab oleh Dzawil furudh dan dzawil ashobah, dan paman yang sekandung dengan bapak terhijab oleh saudara sekandung. Langkah ketiga: Menentukan bagian dzawil furudh. Suami mendapatkan bagian 14 karena si mayit meninggalkan anak, 1 anak perempuan mendapatkan bagian 12 karena tidak ada muashib dan juga mumatsil, ibu mendapatkan bagian 16 karena si mayit meninggalkan anak. Langkah keempat: Menentukan asal masalah dan proses perhitungan. Suami mendapatkan bagian 14, 1 anak perempuan mendapatkan 12, dan ibu mendapatkan 16, dengan demikian asal masalahnya adalah 12, sebab angka 12 merupakan angka terkecil yang dapat dibagi dengan penyebut 4, 2, dan 6. Adapun perhitungannya adalah: Suami = 14 x 12 = 3 312 1 anak perempuan = 12 x 12 = 6 612 Ibu = 16 x 12 = 2 212 1 saudara sekandung selaku ashobah mendapatkan mendapatkan sisa 1 112, sehingga jumlahnya menjadi genap yaitu 12 sesuai asal masalah, yaitu 11 untuk Dzawil furudh dan 1 untuk dzawil ashobah. Maka bagian masing masing adalah: Suami = 312 x Rp. 24.000.000, = Rp. 6.000.000,- 1 anak perempuan = 612 x Rp. 24.000.000, = Rp. 12.000.000,- Ibu = 212 x Rp. 24.000.000, = Rp. 4.000.000,- 1 saudara lk sekandung = 112 x Rp. 24.000.000, = Rp. 2.000.000,- Jumlah = Rp. 24.000.000,-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Adapun tempat yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Waktu Penelitian Adapun waktu dalam penelitian ini terhitung dari bulan September 2014 sampai 14 April 2015.

B. Variabel Penelitian

Kata “Variabel” berasal dari bahasa Inggris “Variable” yang berarti “Ubahan” faktor tak tetap atau gejala yang dapat berubah. 1 Dalam penelitian ini ada 2 variabel: 1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi yaitu pelaksanaan metode diskusi. 2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi yaitu tingkat keberhasilan metode diskusi pada pembelajaran mata kuliah Fiqih Mawaris di Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Jadi, populasi adalah wilayah yang terdiri 1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2010, cet. XXI, h. 36.

Dokumen yang terkait

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengaruh konsep diri terhadap minat menjadi guru pada mahasiswa jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5 23 165

Problematika Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dalam Mengakses Layanan Administrasi Via Internet : studi simak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 22 77

Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 29 73

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Hubungan Motivasi Mahasiswa/i Memilih Jurusan Pendidikan IPS dengan Prestasi Belajar angkatan Tahun 2012 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 14 0

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam memilih jurusan pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 11 193

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Sarana dan Prasarana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 97

KAJIAN TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP INTEGRASI ILMU DAN ISLAM ANTARA DOSEN BIDANG ILMU UMUM DENGAN DOSEN BIDANG ILMU AGAMA DI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Ansharullah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Ind

0 0 14