Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Peserta didik sebelum dan selama belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik fisik maupun mental.Kelelahan fisik, mengantuk, bosan, atau jenuh yang
menghinggapi peserta didik dapat mengurangi konsentrasi.Kelelahan mental karena terlalu banyak belajar juga dapat mengurangi daya tangkap untuk
memahami materi ajar selanjutnya
46
. Dalam pembelajaran pengajar juga tidak boleh melupakan faktor fisik
maupun mental siswa. Kelelahan fisik misalnya dapat membuat siswa terganggu konsentrasinya, begitu pula hal lain seperti mengantuk, bosan, dan rasa jenuh
yang disebabkan kelelahan mental siswa karena terlalu banyak belajar juga dapat menjadi faktor sulitnya siswa menangkap pelajaran.
Hal lain yang juga mempengaruhi mutu belajar diantaranya yaitu tampilan materi ajar. Tampilan buku atau modul yang menarik dapat menimbulkan minat
belajar.Pengolahan serta penyajian isi yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang besar. Begitu pula peran guru, pemaparan materi yang menarik
serta gaya bicara guru juga bisa mendukung atau menghambat proses belajar
47
. Guru dalam menyampaikan materi ajar, harus mempersiapkan secara
matang baik dari segi isi maupun penyajiannya. Karena materi yang baik saja tidak cukup, siswa akan lebih semangat belajar jika dalam penyampaiannya dibuat
semenarik mungkin. Hal terkait penyampaian materi yang menarik akan mampu mengajak siswa tertarik mengikuti pembelajaran dan juga mampu menghilangkan
kejenuhan siswa. Dalam pembelajaran tidak dapat terlepas dari bagaimana karakteristik
peserta didiknya. Perbedaan karakteristik peserta didik juga akan menentukan bagaimana desain pembelajaran yang akan dibuat guru. Setidaknya ada tiga yang
berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu:
Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai
46
Ibid,.
47
Ibid,. h.18.
tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa
48
. Tiap siswa dalam proses pembelalajaran, memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Kemampuan ini terkait dengan pengalaman siswa, baik yang terjadi dalam proses pembelajaran di dalam kelas, maupun di luar
kelas.
Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial sociocultural
49
. Siswa pasti memiliki latarbelakang yang berbeda-beda, misalnya
lingkungan hidupnya seperti keluarga, teman sebaya, dan lingkungan di sekitar sekolah. Selain lingkungan status sosial juga mempengaruhi
pembelajaran siswa, misalnya anak yang memiliki kemampuan membeli buku mungkin akan berbeda dengan anak yang memiliki ketidakmampuan
secara financial untuk membeli buku, terlepas lagi pengaruh lingkungan sosial yang mendukung siswa untuk mau belajar.
Karakteristik menurut Winkel yang dikutip dalam Media Pembelajaran
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, meliputi 1 fungsi kognitif, mencakup taraf intelegensia dan daya kreativitas, bakat
khusus, organisasi kognitif, taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik belajar;
50
Terkait dengan fungsi kognitif, dalam pembelajran guru harus peka terhadap masing-masing siswa. Masing-masing siswa pasti memiliki
bakat, kreativitias, kemampuan dan gaya belajar yang berbeda-beda, hal ini
nantinya akan
berpengaruh terhadap
kemampuan siswa
mengorganisasikan pelajaran-pelajaran yang diterimanya. Misalnya siswa yang memiliki bakat di suatu mata pelajaran tertentu pastinya akan lebih
mudah menangkap dan mengaplikasikan apa yang diberikan gurunya.
Perbedaan terkait fungsi lainnya yakni, 2 fungsi konatif-dinamik mencakup karakter-hasrat-berkehendak, motivasi belajar, perhatian-
48
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, h. 187.
49
Ibid,.
50
Ibid,.h.188.
konsentrasi; 3 fungsi afektif, mencakup temperamen, perasaan, sikap, dan minat; 4 fungsi sensori-motorik; 5 dan hal yang menyangkut
kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental, vitalis psikis, dan perkembangan kepribadian
51
. Dalam
pembelajaran, fungsi
konatif-dinamik merujuk
pada keberkehendakan, motivasi, konsentrasi dan perhatian siswa mengikuti
pembelajaran. Banyak sekali yang mempengaruhi hal tersebut, misalnya kondisi kelas yang panas anak mengganggu konsentrasi belajar siswa, atau
guru yang galak membuat siswa tidak termotivasi dan tidak berkehendak mengikuti pembelajaran, dalam hal ini guru harus peka, dan tidak
sepenuhnya penyalahkan hasil belajar yang buruk kepada siswa. Fungsi afektif dalam pembelajaran merujuk pada sikap, minat,
temperamen, dan perasaan siswa dalam pembelajaran. Siswa yang minat dan siswa yang tidak minat akan berbeda tingkat keberterimaannya
terhadap suatu pembelajaran. Begitupula perasaan siswa yang sedang baik akan berbeda dengan perasaan siswa yang sedang suntuk dalam menerima
pelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi, misalnya lingkungan keluarga, teman sebaya, lingkungan sekolah, atau kondisi internal siswa
sendiri. Perbedaan dalam fungsi sensori-motorik dalam pembelajaran juga sangat
mempengaruhi kondusif tidaknya proses pembelajaran, anak yang mengalami keterlambatan perkembangan fungsi sensori-motoriknya tidak
bisa disamakan dengan anak lain yang perkembangannya normal. Hal tersebut juga dipengaruhi dengan fungsi lainnya seperti yang berkaitan
dengan perbedaan individualitas biologis, kondisi mental, vitalis psikis, dan perkembangan kepribadian.
51
Ibid,.
2 Tujuan Pembelajaran
Rumusan mengenai tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi atau kinerja yang harus dimiliki peserta didik saat ia selesai belajar.
Tujuan pembelajaran dirinci menjadi subkompetensi yang mudah dicapai
52
. Dalam menentukan tujuan pembelajaran harus memperhatikan pencapaian
siswa pada pembelajaran sebelumnya. Menetapkan tujuan pembelajaran dilakukan dengan mempertimbangkan hasil yang sebelumnya didapatkan siswa lalu
menetapkan pencapaian baru yang harus dicapai siswa, tujuannya agar pembelajaran berjalan lebih berarah dan tercapai apa yang diharapkan.
3 Metode
Metode merupakan cara-cara atau teknik yang dianggap jitu untuk menyampaikan
materi ajar.Metode
dapat menentukan
situasi belajar
sesungguhnya.Metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana
53
. Dalam memberikan sebuah pengajaran perlu adanya rencana-rencana yang
dibuat mengenai bagaimana menyampaikan materi secara efektif dan efisien.Dalam membuat perencanaan perlu memperhatikan tipe-tipe belajar
peserta didiknya, dan tingkat kemapuan peserta didik dalam menerima pelajaran.Membuat perencanaan yang tepat ditujukan agar tercipta situasi dan
suasana belajar yang diharapkan. 4
Penilaian Konsep penilaian menganggap bahwa menilai hasil belajar peserta didik
merupakan hal yang penting.Indikator pencapaian keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar.Sering kali penilaian
diukur dengan kemampuan menjawab dengan benar sejumlah soal-soal objektif.Penilaian juga dapat dilakukan dengan format nonsoal, yaitu dengan
instrumen pengamatan, wawancara, kuisioner, dan sebagainya
54
.
52
Dewi Salma Prawiradilaga, Perinsip Desain Pembelajaran, h.18.
53
Ibid,.
54
Ibid,.
Pencapaian sebuah proses pembelajaran dapat dilihat dari penilaian hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil yang didapat dalam penilaian nantinya dapat
menjadi tolok ukur dalam membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.Hasil juga berfungsi untuk menetapkan tujuan pembelajaran berikutnya.
b. Hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia
Sejak diikrarkan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia menjadi bahasa Nasional. Dengan ditetapkan sebagai
bahasa negara, sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa resmi negara Indonesia
55
. Selain itu, dalam keputusan seminar politik bahasa Nasional 1999
dinyatakan bahwa sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai 1 lambang kebanggaan nasional, 2 lambang identitas nasional, 3 alat
pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, serta 4alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
56
. Sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia memiliki beberapa fungsi
yakni sebagai lambang kebanggaan dan identitas nasional, dimana bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang patut dibanggakan. Selain itu bahasa Indonesia
adalah alat pemersatu dan penghubung masayarakat dengan latar sosial dan budaya yang berbeda. Berarti bahasa Indoensia mempersatukan perbedaan
terutama keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia, sehingga antadaerah satu dengan yang lainnya dapat bersatu dan saling berinteraksi.
Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai 1 bahasa resmi kenegaraan, 2 alat pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, 3
bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan 4 bahasa
55
Dendy Sugono, Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.3.
56
Ibid,.
resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern
57
. Sebagai bahasa negara fungsi bahasa Indonesia diantaranya adalah bahasa
resmi kenegaraan, pengantar resmi lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional dan kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam berbahasa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek bagaimana bahasa dikatakan sebagai bahasa yang baik dan benar.Kriteria yang digunakan
untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa.Kaidah itu meliputi aspek 1 tata bunyi fonologi, 2 tata bahasa kata dan kalimat, 3
kosakata termasuk istilah, 4 ejaan, dan 5 makna
58
. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam
bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi.Pemilihan berkaitan dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak bicara jika lisan
atau pembaca jika tulis, dan tempat pembicaraan.Selain itu bahasa yang digunakan harus logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat Indonesia
59
. Dalam berbahasa Indonesia pengguna harus juga memperhatikan
bagaimana bahasa digunakan secara baik dan benar.Benar dalam segi ejaan dan tata bahasanya, dan juga yang masuk dalam kriteria baik yakni dilihat dari segi
kesesuaian dengan tujuan, tempat, dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Selain pemaparan mengenai bahasa Indonesia, sastra selalu disandingkan
bersama dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Sapardi Djoko Damono yang dikutip dalam Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi Kritis memaparkan
sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium: bahasa
57
Ibid,.
58
Ibid, h. 22.
59
Ibid, h. 23.
itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial
60
. George Lukas yang dikutip dalam Membaca Sastra dengan Ancaman
Literasi Kritis menambahkan bahwa sastra merupakan cermin yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup,
dan lebih menarik
61
. Berdasarkan kedua pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dengan begitu sastra yang ada di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang telah disepakati. Sastra
menampilkan kehidupan atau kenyataan sosial yang terjadi, jika itu adalah sastra Indonesia maka tentunya mencakup kenyataan sosial yang terjadi pada
masyarakat Indonesia.Sastra juga dapat dikatan sebagai cermin yang memperlihatkan sebuah realitas yang mungkin tidak pernah disadari sebelumnya.
Beberapa fungsi sastra, 1 sastra sebagai mediakritik sosial. Wachid yang dikutip dalam Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi Kritis, mengatakan
sastra berfungsi sebagai media perlawanan terhadap slogan omong-kosong tentang sosial kemayarakatan, sebagai media kritik sosial, sastra berfungsi
sebagai pembaharu, karena sastra adalah ruang dinamis yang terus bergerak
62
. 2 Budianta yang dikutip dalam Membaca Sastra dengan Ancaman
Literasi Kritis mengatakan sastra berfungsi sebagai alat komunikasi yang khas, yaitu untuk menyatakan perasaan cinta, benci, atau marah. Sastra sebagai alat
komunikasi melibatkan tiga kompunen, yaitu pengarang sebagai pengirim pesan, karya sastra sebagai pesan itu sendiri, dan pembaca sebagai penerima pesan
63
. 3 Fungsi sastra dari waktu ke waktu mengalami evolusi, sesuai dengan
kondisi dan kepentingan masyarakat pendukungnya. Sastra lama seperti pantun,
60
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancaman Literasi KritisJakarta: Bumi Aksara, 2010, h.12.
61
Ibid,.
62
Ibid, h. 24.
63
Ibid,.
gurindam pada awalnya berfungsi sebagai bagian dari ritual, misalnya mengantarkan pengantin, atau dalam acara adat yang lain. Kini fungsi sastra lebih
beragam
64
. Dari beberapa pemaparan mengenai fungsi sastra dapat disimpulkan
bahwa sastra memiliki fungsi beragam baik sebagai media kritik sosial, alat komunikasi yang khas, maupun sebagai media ritual dan lain sebagainya. Sastra
telah sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, sehingga mempelajari sastra Indonesia sama dengan mempelajari karakteristik masyarakat Indonesia sendiri.
c. Kompetensi Berbahasa dan Bersastra dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia 1
Kompetensi berbahasa Kompetensi berbahasa terbagi menjadi dua golongan yakni, kompetensi berbahasa
yang bersifat aktif reseptif dan yang bersifat aktif produktif.Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif reseptif pada hakikatnya merupakan kemampuan menerima,
proses decoding, kemampuan untuk memahami bahasa yang dituturkan oleh pihak lain baik yang dituturkan melalui sarana bunyi dan tulisan. Yang termasuk ke
dalam kompetensi aktif reseptif antara lain kompetensi menyimak dan kompetensi membaca.
a Kompetensi Menyimak
Kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa melalui sarana sarana lisan dan mendengarkan merupakan kegiatan yang paling pertama dilakukan
manusia. Bayi manusia yang belum menghasilkan bahasa, sudah akan terlihat dalam kegiatan mendengarkan dan usaha memahami bahasa orang-orang di
sekitarnya
65
. Ada banyak hal terkait kegiatan dan tujuan menyimak.Kegiatan menyimak
misalnya menyimak pembicaraan dalam pembelajaran di sekolah, berita di radio
64
Ibid,. 24-25.
65
Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, h. 352-353.
atau televisi, sandiwara radio, lagu-lagu, dan lainnya.Tujuan menyimak misalnya untuk menangkap pesan yang disampaikan atau sekadar menikmati saja.Pengujian
menyimak di sekolah lazimnya ditekankan untuk mengukur kompetensi peserta didik memahami dan merespon pesan yang disampaikan secara lisan
66
. Menyimak merupakan kemampuan awal yang dikuasai pembelajar
bahasa.Menyimak dapat dilakukan dengan berbagai media baik media audio seperti radio, maupun audio visual seperti televisi.Menyimak dalam pembelajaran
bahasa bertujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam memahami dan merespon pesan secara lisan.
b Kompetensi Membaca
Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melaui sarana tulisan. Dalam kegiatan membaca diperlukan
pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya yang menyangkut huruf dan ejaan.Pada hakikatnya huruf dan tulisan hanyalah lambang bunyi bahasa
tertentu.Oleh karena itu, dalam kegiatan membaca kita harus mengenali bahwa lambang tulisan tertentu mewakili bunyi yang mewakili makna tertentu pula
67
. Dalam dunia pendidikan sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan
peserta didik dan terlebih lagi mahasiswa di dapat melalui aktivitas membaca. Keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemauan dan
kemampuan membacanya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan meningkatkan kemauan dan kemampuan
membaca peserta didik hendaknya menaruh perhatian yang cukup terhadap usaha peningkatannya
68
. Membaca merupakan aktifitas mental memahami tulisan.Dalam dunia
pendidikan pemerolehan ilmu sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca.Membaca juga menentukan keberhasilan seseorang dalam studinya.
66
Ibid, h. 353.
67
Ibid, h. 368.
68
Ibid, h. 368-369.
Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif merupakan kemampuan yang menuntut kegiatan encoding, kegiatan untuk menghasilkan
baca: menghasilkan bahasa kepada pihak lain, baik secara lisan maupun tertulis. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan,
pikiran, perasaan, pesan, atau informasi oleh pihak penutur
69
.Kompetensi berbahasa yang bersifat aktif produktif ada dua macam. Kegiatan yang menuntut
kemampuan berbicara dan kegiatan menuntut kemampuan menulis. c
Kompetensi Berbicara Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam
kehidupan bahasa setelah mendengarkan.Berdasarkan bunyi-bunyi bahasa itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk
berbicara.Untuk dapat berbicara dalam bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa kata yang bersangkutan, juga diperlukan
penguasaan masalah dan gagasan yang disampaikan serta memahami lawan bicara
70
. Berdasarkan penjelasan mengenai kompetensi berbicara, berbicara
menuntut penguasaan dalam pelafalan, struktur bahasa, dan kekayaan kosa kata.Selain aspek kebahasaan, dalam berbicara diperlukan juga penguasaan dalam
konteks pembicaraan meliputi masalah yang dibicarakan dan lawan bicara. Dalam pembelajaran bahasa kemampuan berbicara dapat dilihat misalnya dalam proses
diskusi, wawancara, dan berpidato. d
Kompetensi Menulis Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi
berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa.Kompetensi menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu
sendiri yang menjadi isi karangan.Baik unsur bahasa maupun isi pesan harus
69
Ibid, h. 397
70
Ibid, h.399
terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi
71
. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang cukup sulit dikuasai
bahkan oleh pengguna bahasa asli.Penguasaan keterampilan menulis menuntut penguasaan baik dari unsur kebahasaan unsur linguistik dan non kebahasaan
ekstra linguistik untuk menghasilkan karangan yang runtut, padu dan berisi.Dalam pembelajaran bahasa kemampuan menulis dapat dilihat dari kegiatan
menulis karangan ilmiah dan non ilmiah. 2 Kompetensi Bersastra
Penggabungan pembelajaran sastra ke dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan sarana yang penting sebagai menifestasi teks-teks
kesastraan.Secara lahiriah, wujud formal yang tampak, wujud sastra adalah bahasa.Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa yang unsur
keindahannya menonjol.Sebagai sebuah seni, sastra tidak hanya berurusan dengan unsur bahasa saja, melainkan perpaduan unsur sastra yang harmonis tidak kalah
pentingnya
72
. Untuk memahami teks-teks kesastraan yang merupakan salah satu cara
atau langkah dalam usaha mengapresiasi karya sastra, penguasaan terhadap bahasa yang bersangkutan merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar,
disamping penguasaan terhadap kode bahasa, diperlukan juga pengetahuan tentang kode sastra dan kode budaya. Pengetahuan saja tidak cukup, untuk
mengapresiasi karya sastra harus disertai sikap sadar, kritis, dan sungguh- sungguh
73
. Ada hubungan timbalbalik antara kompetensi berbahasa dan bersastra. Jika
kompetensi berbahasa peserta didik tinggi, hal itu akan menunjang capaian kompetensi bersastra, begitupun sebaliknya. Apapun yang dibelajarkan dalam
71
Ibid, h.422.
72
Ibid, h.449.
73
Ibid, h.450.
konteks kesastraan, mau tidak mau harus berurusan dengan kompetensi berbahasa.Dengan demikian, terdapat korelasi antara kemampuan berbahasa
dengan kemampuan bersastra
74
. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan bersastra tidak dapat terlepas dari
kemampuan berbahasa peserta didik.Hal ini dikatakan karena karya sastra unsur pembentuk fisiknya adalah bahasa, namun tidak dapat melepaskannya dari unsur-
unsur nonkebahasaan seperti nilai budaya dan lainnya.Dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kompetensi berbahasa dan bersastra.