Minat dan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kemampuan psikomotor dapat menunjukkan sejauh mana pembelajaran dapat benar-benar dipahami
dengan ditunjukkan pada aplikasinya dalan berbahasa dan bersastra.Misalnya aplikasi dalam bentuk keterampilan tulis-menulis, berpidato, berpuisi, drama dan
lain sebagainya. Dari ketiga ranah yang menjadi cakupan dalam tujuan belajar, minat dapat
dikatakan masuk ke dalam ranah afektif.Ranah afektif dikatakan merujuk pada rasa terikat, penerimaan dan penolakan seseorang terhadap sesuatu, dan
kecenderungan siswa terhadap pembelajaran tertentu.Begitu pula minat, seperti yang dikatakan beberapa ahli pada pembahasan sebelumnya merujuk pada rasa
terikat, penerimaan, dorongan dan lainnya. Terkait dengan minat, Schiefele dan Wigfield yang dikutip dalam
Educational Psychology mengemukakan telah dilakukan pembedaan antara minat individual, yang dianggap sebagai relatif stabil dan minat situasional, yang
diyakini dibangkitkan oleh aspek spesifik dari sebuah aktivitas tugas
80
. Riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan antara minat
dengan pembelajaran.Minat dihubungkan terutama tindakan pembelajaran mendalam, seperti ingatan atas gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan
pemahaman yang lebih sulit, dibandingkan pembelajaran yang hanya pada permukaan, seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-
demi-kata atas teks.
81
Apa yang dikatakan Schifele dan Wigfield sebelumnya, memusatkan pada minat individual seseorang yang dianggap relative lebih stabil terutama pada
minat situasional yang dibangkitkan oleh aspek spesifik dari sebuah aktifitas tugas. Pendapat ini juga merujuk pada bentuk pembelajaran mendalam yang
berdampak pada ingatan siswa pada pembelajaran tersebut.
80
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, h.206.
81
Ibid,. h.206.
Sejalan dengan hal terkait ingatan yang berkaitan dengan intelegensi seseorang, Syah yang dikutip dalam Psikologi Pendidikan, mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kemampuan intelegensi seseorang adalah sebagai berikut; 1
Pembawaan. Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri-ciri khusus yang dibawa
sejak lahir; 2 Kematangan.Semua organ manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Dikatakan matang jika sudah menampakkan fungsi yang
seharusnya, kematangan biasanya berhubungan dengan usia; 3 Pembentukan.
Pembentukan yaitu segala keadaan diluar diri seseorang baik disengaja ataupun tidak yang mempengaruhi perkembangan kemampuan intelegensi.Misalnya
pembentukan yang dilakukan di sekolah sengaja atau oleh pengaruh alam
sekitar tidak sengaja; 4 Minat yang mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan untuk perbuatan tersebut.Apa yang menarik minat seseorang akan mendorongnya untuk berbuat lebih baikgiat lagi; 5
Kebebasan
, dimana manusia mempunyai kebebasan untuk memilih metode dan masalah mana yang sesuai dengan kebutuhannya.
82
Intelegensi seseorang ternyata dipengaruhi salah satunya dengan minat, dan minat juga mempengaruhi intelegensi seseorang. Mengingat minat merupakan
kecenderungan seseorang untuk berbuat lebih baik dan lebih giat terhadap sesuatu, maka ketika seseorang memiliki minat terhadap sesuatu akan bertambah pula
tingkat kecerdasannya. Jika dalam proses pembelajaran, tentunya siswa yang memiliki minat terhadap suatu mata pelajaran misalnya pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia maka ia akan lebih baik dan giat mempelajarinya. Dengan demikian, minat akan berdampak pada meningkatnya prestasi siswa terhadap mata
pelajaran tersebut. Slameto dalam Psikologi Belajar mengatakan suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya.Minat dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.Anak didik memiliki minat terhadap
82
Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, Ciputat: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah, 2010, h.37.
subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
83
Minat yang ada pada peserta didik dapat dilihat melalui pernyataan peserta didik maupun dari kecenderungannya terhadap suatu aktifitas tertentu.Untuk
mengetahui minat seorang peserta didik, perlu juga melihat dari kecenderungan perhatiannya terhadap subjek tertentu.Diperlukan sebuah pengamatan khusus
untuk mengidentifikasi minat peserta didik.Pengamatan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, baik melalui observasi, maupun pengamatan
dalam pembelajaran berjalan. Jika peserta didik minat pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, maka ia pasti memberikan perhatian khusus pada
pembelajaran itu. Misalnya ia akan selalu masuk pada meta pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, atau terlihat ingin menguasai keterampilan-keterampilan dalam
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalyono yang dikutip dalam Psikologi Belajar menambahkan bahwa
minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.Minat belajar yang
besar menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang menghasilkan prestasi yang rendah.
84
Seperti apa yang dikatakan Dalyono, bahwa minat adalah modal besar untuk pencapaian presatasi. Untuk itu perlu ada perhatian khusus jika guru ingin
anak didiknya berprestasi, salah satunya adalah menumbuhkan minat dan meningkatkan minat yang telah ada. Agar siswa berprestasi dalam mata pelajaran
bahasa dan sastra Indonesia, maka guru harus terlebih dudlu menumbuhkan minatnya.
Nasution yang dikutip dalam Psikologi Belajar menambahkan bahwa memahami kebutuhan anak didik dan melayani kebutuhan anak didik adalah
upaya membangkitkan minat anak didik. Dalam penentuan jurusan, jangan
83
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, h. 157.
84
Ibid,.
dipaksakan agar anak didik tunduk pada kemauan guru untuk memilih jurusan lain yang sebenarnya anak didik tidak berminat. Anak didik cenderung malas belajar
untuk mempelajari mata pelajaran yang tak disukainya.
85
Pendapat Nasution yang sebelumnya dipaparkan dapat menjadi pelajaran bagi pengajar, bahwa tidak semua anak didik minat pada suatu mata pelajaran.
Minatnya pada mata pelajaran tertentu misalnya pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan berdampak pada malas dan tidaknya anak didik pada
pelajaran tersebut. Minat tidak dapat dipaksakan, serta memerlukan pemahaman dari pengajar akan kebutuhan anak didik sebagai suatu upaya membangkitkan
minatnya. Seperti yang terjadi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia akan diuntungkan bila anak
didiknya minat pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia, karena guru tidak perlu memaksakan anak didik untuk belajar, ia akan sandar dengan
sendirinya. Disamping memanfaatkan minat yang telah ada, Tanner dan Tanner oleh
Slameto yang dikutip dalam Psikologi Belajar menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri anak didik. Ini dapat dicapai
dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
menguraikan kegunaannya bagi anak didik di masa yang akan datang.
86
Rooijakkers yang dikutip dalam Psikologi Belajar menambahkan membentuk minat terhadap mata pelajaran dapat pula dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan anak didik. Anak didik, misalnya, akan menaruh perhatian
pada pelajaran tentang gaya berat, bila hal itu dikaitkan dengan peristiwa mendaratnya manusia pertama di bulan.
87
85
Ibid, h.158.
86
Ibid,.
87
Ibid,.
Bila usaha-usaha yang sebelumnya disebutkan tidak berhasil, guru dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.Insentif merupakan
alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan pemberian
insentif akan membangkitkan motivasi peserta didik dan mungkin minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul.
88
Dari beberapa uraian sebelumnya, ada beberapa usaha dalam memunculkan minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu diantaranya, Pertama,
pengajar memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu,
kemudian menguraikan kegunaannya bagi anak didik di masa yang akan datang. Hal ini bertujuan agar peserta didik memahami mengani manfaat apa yang
dipelajarinya. Misalnya menjelaskan manfaat mempelajari keterampilan yang harus dikuasai pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.Menjelaskan
kegunaan menguasai keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara, selain itu juga menguasai sastra seperti puisi dan unsur pembentuknya, drama,
cerpen dan lainnya. Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta didik lebih semangat lagi dalam belajar.;
Kedua, pengajarmenghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan anak didik. Pengajar harus kreatif
dalam proses pembelajaran, misalnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pengajar memberikan materi tidak hanya apa yang disajikan dalam
buku pelajaran, tapi juga memberikan tambahan dengan apa yang terjadi dan ramai dibicarakan pada saat itu. Tujuannya adalah agar siswa dapat membuka
wawasannya lebih luas dan dia akan tertarik mengikuti pembelajaran di kelas.; Ketiga, pengajar dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan
pengajaran.Pemakaian intensif dapat digunakan untuk membangun motivasi siswa.Intensif digunakan agar peserta didik merasa lebih dihargai. Namun tidak
88
Ibid,.
setiap pembelajaran diberikan intensif, misalnya ketika pembelajaran pidato, sisiwa yang berani maju ke depan tanpa diminta akan diberikan intensif. Hal yang
di lakukan tersebut akan memancing siswa lainnya agar berani maju seperti kawannya.
Minat memiliki peran sebagai ‘Motivating Force” yaitu sebagai kekuatan
yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat sikapnya senang kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar;
berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak
ada pendorongnya.
89
Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran, menjaga pikiran siswa sehingga dia bisa menguasai pelajarannya, dan prestasi juga mampu
meningkatkan minatnya. Pelajaran yang terus-menerus dipelajari dan dikaji, akan memperoleh kecakapan yang lebih besar disertai dengan bertambahnya minat.
Tidak semua remaja memulai bidang studi baru karena faktor minatnyatapi juga karena pengaruh gurunya, kawan sekelasnya, atau anggota keluarganya.
90
Minat siswa pada bidang pelajaran tertentu, sesungguhnya menguntungkan bagi pengajar bidang pelajaran tertentu. Pengajar hanya mengarahkan minat itu
sebaik mungkin, misalnya dengan latihan atau hal lain yang dapat mengembangkan minatnya. Dan perolehan prestasi siswa nantinya juga akan
meningkatkan minat siswa sehingga akan lebih giat lagi berlajar dan berlatih. Dalam pandangan komunikatif, pembelajaran bahasa ditandai sebagai
suatu proses pengembangan kemampuan melakukan berbagai hal dengan bahasa sebagai lawan dari belajar mengenai bahasa atau learning about language.
Sebenarnya bukan hanya satu, tetapi sekelompok pendekatan yang berada di
89
M. Alifu Sabri, Psikologi Pendidikan, h. 85.
90
Lestar D. Crow dan Alice Crow, Educational Psychology, h.304.
bawah label umum “komunikatif” itu, yang semuanya bercirikan pembelajaran bahasa sebagai perkembangan keterampilan berkomunikasi
91
. Pendekatan-pendekatan yang baru ini mengakui keterbatasan-keterbatasan
alih bahasa dan menyarankan agar pada beberapa tahap para pembelajar hendaknya didorong untuk ikut serta di dalam kelas dalam beberapa perilaku yang
mereka butuhkan untuk digunakan di luar.Selama praktiklatihan keterampilan- bagian dapat melibatkan beberapa kegiatan yang nonkomunikatif seperti latihan-
runtun, maka para pembelajar juga diharapkan ikut serta dalam praktiklatihan keterampilan-keterampilan yang penting
92
. Pandangan komunikatif mengatakan bahwa pemblajaran bahasa
merupakan proses pengembangan kemampuan segala kegiatan yang berkaitan dengan bahasa, dan sebagian pendapat mengatakan bahwa pembelajaran bahasa
merupakan pengembangan keterampilan berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajar bahasa harus ikut serta dalam latihan dan praktik keterampilan-
keterampilan yang penting. Minat dalam konteks pembelajaran bahasa pada umumnya telah muncul
pada saat peserta didik memilih bidang studi bahasa di perguruan tinggi.Minat bahasa peserta didik perlu digali dan diwujudkan dalam bentuk instrument yang
mampu mengukurnya.Hasil temuan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih strategi belajar bahasa saat menghadapi tingkatan minat peserta
didik yang beragam.
93
Minat dapat menentukan prestasi, dan prestasi siswa pada suatu mata pelajaran, akan mempengaruhi bertambahnya minat. Dalam konteks pembelajaran
bahasa, umumnya minat siswa akan terlihat pada studi pilihannya di perguruan tinggi. Minat perlu digali, khususnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, siswa harus peran
91
Henry Guntur Tarigan, Dasar-dasar Kurikulum Bahasa, Bandung: Angkasa, 2009, h.148-149.
92
Ibid,.
93
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, h.114-115.
aktif pada aspek komunikatif dan nonkomunikatif untuk meningkatkan keterampilannya,
karena meningkatnya
keterampilan berbahasa
akan meningkatkan minatnya terhadap pembelajaran bahasa, khususnya bahasa dan
sastra Indonesia. Minat siswa dapat diukur, dan hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan pengajar untuk menentukan metode dan strategi pengajaran.
Pemilihan metode dan strategi pengajaran yang tepat akan dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu, khususnya mata pelajaran bahasa
dan sastra Indonesia.