madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7
Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8 Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
5
Sementara cakupan mata pelajaran ini pada kelas II SDMI adalah sebagai berikut :
1 Kelas II, Semester 1
Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Membiasakan hidup
bergotong royong
1.1 Mengenal pentingnya hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong
1.2 Melaksanakan hidup rukun, saling berbagi dan tolong menolong di
rumah dan di sekolah 2. Menampilkan sikap
cinta lingkungan 2.1 Mengenal pentingnya lingkungan alam
seperti dunia tumbuhan dan dunia hewan
2.2 Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam
2 Kelas II, Semester 2
Stándar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menampilkan sikap demokratis
3.1 Mengenal kegiatan bermusyawarah 3.2 Menghargai suara terbanyak
mayoritas
5
Moh. Murtadho Amin dkk, Pembelajaran PKN MI, Learning Assistance Proram for Islamic Schools Pendidikan Guru madrasah Ibtidaiyah, 2009, Paket I, h. 1.9-1.10
3.3 Menampilkan sikap mau menerima kekalahan
4. Menampilkan nilai- nilai Pancasila
4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja
dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Melaksanakan perilaku jujur, disiplin,
dan senang bekerja dalam kegiatan sehari-hari
d. Pembelajaran PKn
Pembelajaran PKn dapat menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan keterampilan dan karakter
warganegara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual itu data diwujudkan antara lain dengan metode kooperatif, penemuan, inkuiri, interaktif, eksploratif,
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Pembelajaran melalui pendekatan tersebut di atas dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas
dengan memperhatikan sumber-sumber belajar. Guru dengan persetujuan kepala sekolah selain dapat membawa siswa menemui tokoh masyarakat dan pejabat
setempat ke sekolah untuk memberikan informasi yang relevan dengan materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, perlu juga memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, yaitu dengan menggunakan berbagai media yang mempunyai potensi untuk
menambah wawasan dan konteks belajar serta meningkatkan hasil belajar. Slide, film, radio, televisi dan komputer yang dilengkapi CD-ROM dan hubungan
internet dapat dimanfaatkan untuk mengakses berbagai informasi tentang isu-isu lokal, nasional dan internasional, serta aktifitas kewarganegaraan di negara-
negara lain. Mengenai khasanah teknologi pembelajaran, Winataputra sebagaimana
dikutip oleh Arnie Fajar, terdapat berbagai model pembelajaran dan sudah sering disebarluaskan melalui berbagai penataran dan pelatihan guru PKn. Namun
dalam prakteknya, ternyata masih banyak didominasi oleh pendekatan “ground
Covering Technique” yakni tehnik mengajar ceramah murni yang menitikberatkan pada penguasaan fakta dan konsep melalui model-model
pembelajaran ekspositoris seperti ceramah dan pemberian kuliah. Oleh karena itulah pembelajaran PKn seyogyanya lebih menerapkan aneka model
pembelajaran interaktif.
6
e. Disiplin dan Senang Bekerja
Disiplin adalah sikap atau tindakan yang sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku.
7
Membiasakan hidup disiplin dapat menguntungkan diri sendiri maupun orang lain, oleh karena itu perilaku disiplin harus harus
diterapkan dimana saja baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Disiplin bukan hanya merupakan syarat mutlak untuk mencapai impian dan
mencapai misi hidup, tetapi juga sebagai kontrol utama diri. Dengan disiplin akan membantu seseorang ke arah positif dan bermanfaat untuk mencapai
sebuah kesuksesan. Senang bekerja adalah suatu sikap yang menyenangi suatu pekerjaan
yang dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharapkan balasan dari orang lain. Seseorang yang senang bekerja akan memiliki semangat untuk melakukan
sesuatu yang berguna untuk diri sendiri maupun orang lain. Senang bekerja adalah salah satu sikap yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, karena
segala macam pekerjaan dilakukan dengan semangat tanpa menunda-nunda suatu pekerjaan, sehingga orang lain merasa senang memberikan pekerjaan atau
kepercayaan. Materi disiplin yang diajarkan di kelas II bertujuan untuk memberi
pemahaman kepada siswa tentang betapa pentingnya disiplin baik di rumah, di sekolah dan di masyarakat, karena apabila siswa telah menyadari pentingnya
disiplin maka diharapkan mereka dapat membangun kebiasaan yang baik. Kebiasaan itu dapat berupa disiplin dalam belajar, disiplin berlalu lintas, disiplin
di tempat umum serta disiplin dalam beribadah. Ketika kedisiplinan telah
6
Arnie Fajar, Op. Cit., h. 146-148
7
Sabartiyah, Membiasakan perilaku baik, Semarang: Ghyyas Putra, 2008, h. 10
menjadi suatu perilaku yang mendarah daging dalam diri kita, maka kehidupan yang damai dan tentram bukan lagi menjadi dambaan semua orang. Hidup yang
selalu disiplin dalam segala hal dan dalam segala kesempatan akan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi semua pihak dalam melakukan interaksi
sosial. Sedangkan, materi senang bekerja bertujuan untuk memberi pemahaman
kepada siswa, bahwa senang bekerja adalah suatu sikap positif yang harus dikembangkan dan harus dibiasakan sejak masih kecil, serta diharapkan siswa
memiliki sikap senang bekerja baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat, karena dengan memiliki sikap tersebut maka lingkungan yang bersih dan sehat
dapat terwujud. Sikap senang bekerja dapat mulai dilakukan dari hal yang terkecil sesuai dengan kemampuan.
2. Motivasi Belajar
a. Motivasi
1 Pengertian Motivasi
Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, motivasi berarti kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Selain itu, dapat juga berarti usaha- usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki.
8
Secara lebih ringkas Sardiman mengartikan motivasi sebagai daya penggerak
9
, sementara Gleitman dan Rebber sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, mengartikannya sebagai pemasok daya energizer untuk
bertingkah laku secara terarah.
10
Kedua pengertian diatas menganggap motivasi sebagai ruh dari segala aktifitas. Dengan demikian, segala aktifitas tidak
8
EM Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Aneka Ilmu, 2008, Cet. Ke-3, h. 575-576
9
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Press, 2011, Cet.19, h. 73
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. XVI, h. 134
mungkin sesuai dengan tujuan awalnya tanpa motivasi. Gavin Reid bahkan menyebut motivasi sebagai kunci bagi kesuksesan pembelajaran.
11
Senada dengan Sardiman dan Muhibin, Wina Sanjaya mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Wina juga mengutip Hilgard yang berpendapat bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat
dalam diri seseorang yang menyebabkannya melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia menambahkan bahwa motivasi erat kaitannya
dengan kebutuhan, dimana seseorang akan tergerak untuk bertindak manakala dihadapkan pada suatu kebutuhan. Sementara, kebutuhan seseorang selalu
berubah-ubah. Itulah sebabnya, motivasi merupakan sesuatu yang dinamis, kadang kuat dan kadang juga lemah.
12
Dengan adanya motivasi belajar ini, seorang siswa menjadi tergerak dengan sendirinya untuk melakukan aktifitas atau kegiatan-kegiatan yang sejalan
dengan tujuannya yaitu memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tujuan kegiatan pembelajaran dengan sendirinya menjadi lebih efektif dan
efisien.
2 Macam-macam motivasi
Mengenai macam-macam motivasi, Muhibbin Syah membedakan motivasi menjadi dua macam. yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam siswa sendiri. Seperti menyenangi materi atau merasa membutuhkan materi tersebut untuk
masa depannya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya berupa pujian,
hadiah, tata tertibperaturan sekolah, atau berupa teladan orang tua dan guru. Mengenai klasifikasi ini, Muhibbin mengangggap motivasi instrinsik lebih
11
Gavin reid, Memotivasi Siswa di Kelas; Gagasan dan Strategi, Terj. Dari Motivating Learners in The Classroom; Ideas and Strategic. Oleh Hartati Widiastuti, Jakarta: Permata Puri
Media, 2009, Cet. I, h. 33
12
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011,
Cet. Ke-4, h. 250-251
signifikan bagi siswa karena tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
13
Senada dengan Muhibbin, Sardiman juga mengklasifikasi motivasi menjadi instrinsik dan ekstrinsik. Dimana, seorang siswa yang memiliki
motivasi instrinsik akan memiliki tujuan untuk menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan atau ahli dalam bidang studi tertentu. Siswa tersebut
menjadi sadar bahwa satu-satunya jalan untuk menuju tujuan yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar, tidak mungkin berpengetahuan, tidak mungkin
menjadi seorang ahli. Namun, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar segala hal tetap penting. Sebab,
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Selain itu, Sardiman juga mengatakan bahwa beberapa ahli
menggolongkan motivasi menjadi motivasi jasmaniyah dan motivasi rohaniyah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflex, insting otomatis dan
nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniyah adalah kemauan.
14
3 Fungsi Motivasi
Sementara itu, Wina Sanjaya menjelaskan fungsi motivasi secara lebih global. Ia mengatakan bahwa motivasi memiliki dua fungsi utama, yaitu :
a Mendorong siswa untuk beraktifitas, besar kecilnya semangat seseorang
untuk beraktifitas sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi orang yang bersangkutan
b Motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi mengarahkan aktifitasnya
secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu.
15
4 Ciri-ciri peningkatan motivasi
Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
13
Muhibbin Syah, Op. Cit., H. 134
14
Sardiman, Op. Cit., h. 88-91
15
Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 252-253
a Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. b
Ulet menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya. c
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya.
d Lebih senang bekerja mandiri
e Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. f
Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu. g
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. h
Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
16
b. Belajar
1 Pengertian Belajar
Belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan berlatih.
17
Selain makna harfiah diatas, masih ada beberapa pengertian belajar menurut para ahli pendidikan.
Masitoh dan Laksmi Dewi mengatakan bahwa belajar adalah proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang
berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotorik.
18
Sedangkan Trianto berpendapat bahwa belajar adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya
suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan apresiasi.
19
16
Sardiman, Op. Cit., h. 83
17
EM Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Op. Cit., h. 29-30
18
Masitoh dan laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009, h. 3
19
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta: Balai Pustaka, 2009, Cet. Ke-2, h. 7-8