Komunikasi Antar Pribadi Dan Keterampilan Berbahasa (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

DAN

KETERAMPILAN BERBAHASA

(Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa di SMP Swasta

Pertiwi Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh: DINDA SHOLIHA

060904055

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (studi korelasi pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan.

Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, self disclosure, remaja dan proses belajar dan keterampilan berbahasa Inggis. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris yang berkaitan dengan variabel keterampilan (kemampuan) berbahasa Inggris Siswa yang berdasarkan pada koefisiensi korelasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Pertiwi Medan yang duduk di kelas VIII-1,VIII-2,VIII-3 dengan jumlah 134 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 35% maka diperoleh 47 orang. teknik penarikan sampel menggunakan stratifikasi proporsional dan simple random sampling.

Dari uji hipotesa dengan menggunakan rumus rank spearman melalui program SPSS 13.0 diperoleh hasil rs= 0,604 dengan tingkat signifikansi 0,01. Sesuai dengan Kaidah Spearman yaitu rs>0, maka hipotesis pada penelitian ini adalah Ha yaitu terdapat hubungan antara Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris dengan Keterampilan Berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan. Pada pengujian tingkat signifikansi dihasilkan nilai thitung > nilai ttabel yaitu 5,083 > 2,000. Ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Berdasarkan keofisiensi korelasi skala Guilford, hasil 0,604 berada pada skala 0,41-0,70 yaitu menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris dengan Keteranpilan Berbahasa Inggris Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan dan besarnya pengaruh Komunikasi Antar Pribadi terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa adalah 36%.


(3)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis junjung kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita diberi syafaatnya di yaumil mashar kelak.

Rasa hormat dan ucapan terimakasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang, Azhar Dalimunthe dan Hafsah Hanim yang telah banyak melimpahkankan kasih sayang dan dukungan baik materi maupun doa. Kepada saudara-saudaraku tersayang, kak Azwita Healthy dan Isty Hafriza serta adekku Mhd.Fikri Afdillah Dlmt, terimakasih untuk dukungan serta perhatian dan doanya kepada penulis. Rasa terimakasih juga penulis ucapkan untuk Andung Sayuti dan Atok tersayang, Alm. Hamid Abdullah, serta semua keluarga besar Hamid Abdullah yang tidak dapat dituliskan namanya satu persatu. Skripsi ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan), dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada:


(4)

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.

3. Ibu Dra. Dayana M,Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sampai penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Hj. Nuraini Harahap, M.Si selaku kepala sekolah SMP Swasta Pertiwi Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Swasta Pertiwi Medan.

5. Guru dan staf di SMP Swasta Pertiwi Medan, terutama untuk Guru Bahasa Inggris, Ibu Yusleli, S.Pd yang telah memberikan waktu dan perhatiannya kepada penulis dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk flickabele ku tersayang (fifah, arep, budi, dedek, dini, ila, ika, deya, Gezy) terimakasih untuk semua pengalaman menakjubkan dan kasih sayangnya selama ini, semoga kita semua sukses dalam meraih cita. Amin. 7. Buat teman terbaikku, Ara Auza, terimakasih untuk semua dukungan dan

perhatiannya baik dalam duka maupun suka.

8. Buat teman-teman seperjuangan, Komunikasi 06 mari kita melanjutkan mimpi-mimpi kita menjadi orang sukses.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI Abstraksi

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi ………ii

Daftar Tabel ……….iii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ………1

I.2 Perumusan Masalah ………...6

I.3 Pembatasan Masalah……….……..6

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…….….7

I.4.1 Tujuan Penelitian……….………7

I.4.2 Manfaat Penelitian……….…...7

I.5 Kerangka Teori……….….….7

I.5.1 Komunikasi……….…….8

I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi……….……10

I.5.3 Self Disclosure………14

I.5.4 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa……….……15

I.5.5 Remaja……….…..18

I.6 Kerangka Konsep………....….19

I.7 Model Teoritis………...20

I.8 Operasional Variabel………20

I.9 Definisi Operasioana Variabel………...23


(6)

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi ………26

II.1.1 Pengertian Komunikasi………26

II.1.2 Proses Komunikasi………...…27

II.1.3 Fungsi Komunikasi………..30

II.1.4 Tujuan Komunikasi………..…31

II. 2 Komunikasi Antar Pribadi………...…..……31

II.2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi………....…...…..31

II.2.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi……….………32

II.2.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi………32

II.2.4 Faktor-faktor yang Menumbuhkan Komunikasi Antar Pribadi……….………..33

II.3 Self Disclosure……….……....…37

II.4 Remaja ………..….…..39

II.4.1 Pengertian Remaja ………...…….39

II.4.2 Ciri-ciri Remaja……….…….…40

II.4.3 Tugas Perkembangan……….……44

II.5 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa……….…...45

II.5.1 Proses Belajar………..…..…45

II.5.2 Keterampilan Berbahasa Siswa………...…..47

II.5.3 Karakteristik Siswa……….….….…50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Penelitian……….……51


(7)

III.2 Lokasi Penelitian……….51

III.3 Populasi dan Sampel………..…..51

III.3.1 Populasi ………..……….51

III.3.2 Sampel………..……52

III.4 Teknik Penarikan Sampel………53

III.5 Teknik Pengumpulan Data……….….54

III.6 Teknik Analisis Data………...…55

III.7 Langkah-langkah Penelitian………57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………..…60

IV. 1.1 Sejarah Singkat SMP Swasta Pertiwi…………..….…60

IV. 1.2 Visi dan Misi……….……61

IV.1.3 Kegiatan Akademik……….…..62

IV.1.4 Sarana……….…63

IV.2 Analisis Tabel Tunggal………..63

IV.2.1 Karakteristik Responden………...….64

IV.2.2 Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris………69

IV.2.3 Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa………..…96

IV.3 Analisis Tabel Silang………..….117

IV.4 Uji Hipotesis………129

IV.5 Pembahasan……….……132

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan……….….…135


(8)

V.2 Saran ……….137 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 1 : Operasional variabel ………21

Tabel 2 : Data populasi………52

Tabel 3 : Sampel………..54

Tabel 4 : Fasilitas sekolah………63

Tabel 5 : Jenis kelamin responden……….………..64

Tabel 6 : Usia responden……….65

Tabel 7 : Pekerjaan ayah responden………66

Tabel 8 : Pekerjaan ibu responden………..67

Tabel 9 : Pelajaran yang disukai responden………..………..67

Tabel 10 : Mengikuti bimbingan belajar Bahasa Inggris diluar sekolah……….………..68

Tabel 11 : Frekuensi belajar Bahasa Inggris dalam kelas……….69

Tabel 12 : Diskusi tentang Bahasa Inggris pada guru diluar jam belajar ………...70

Tabel 13 : Cara penyampaian informasi………..71

Tabel 14 : Informasi yang diberikan guru………...72

Tabel 15 : Manfaat informasi yang diberikan guru ………73

Tabel 16 : Memberi informasi manfaat Bahasa Inggris………..74

Tabel 17 : Bertukar fikiran dengan guru Bahasa Inggris………75


(10)

Tabel 19 : Kesempatan bertanya………77

Tabel 20 : Menceritakan kesulitan belajar Bahasa Inggris pada guru…...78

Tabel 21 : Mengakui kesulitan belajar………...79

Tabel 22 : Cara guru menyampaikan gagasan ……….….81

Tabel 23 : Sikap guru saat mendengar kesulitan belajar ……….….82

Tabel 24 : Mengetahui kelemahan serta memahaminya………83

Tabel 25 : Nasehat yang diberikan guru………84

Tabel 26 : Cara penyampaian pesan……….……….85

Tabel 27 : Empati guru saat siswa sedang sakit………86

Tabel 28 : Motivasi yang diberikan guru………..87

Tabel 29 : Orientasi masalah……….88

Tabel 30 : Keterbukaan pada pendapat yang diberikan siswa…….…….89

Tabel 31 : Keterbukaan pada kritik……….….90

Tabel 32 : Sikap guru saat siswa kurang tepat menjawab pertanyaan….91 Tabel 33 : Rasa percaya pada informasi, gagasan dan materi guru…….92

Tabel 34 : Pujian yang diberikan guru……….93

Tabel 35 : Keterbukaan pada saran dan ide………94

Tabel 36 : Sikap guru saat mengetahui kelemahan siswa………….…...95

Tabel 37 : Pengunaan bahasa Inggris siswa pada saat proses belajar berlangsung……….96

Tabel 38 : Penggunaan Bahasa Inggris guru saat mengajar………97

Tabel 39 : Pengunaan Bahasa Inggris siswa diluar pelajaran…………..98


(11)

Tabel 41 : Kecepatan menangkap makna dalam percakapan………….100

Tabel 42 : Kemampuan mengartikan ekspresi serta intonasi………….101

Tabel 43 : Respon terhadap percakapan Bahasa Inggris………102

Tabel 44 : Latihan mendengar percakapan Bahasa Inggris …………...103

Tabel 45 : Kemampuan memahami arti tulisan dalam wacana ……… 104

Tabel 46 : Pelafalan kata saat membaca wacana ………...104

Tabel 47 : Identifikasi ciri-ciri bahasa Inggris dalam wacana …….…..105

Tabel 48 : Kelancaran membaca wacana Bahasa Inggris ………….…106

Tabel 49 : Latihan membaca wacana Bahasa Inggris ………...106

Tabel 50 : Lafal ucapan saat berbicara Bahasa Inggris……….….107

Tabel 51 : Mengungkapkan gagasan dalam percakapan Bahasa Inggris………..……….108

Tabel 52 : Interaksi dalam percakapan Bahasa Inggris………..………108

Tabel 53 : Rasa percaya diri siswa………..……...109

Tabel 54 : Latihan berbicara dalam Bahasa Inggris………110

Tabel 55 : Motivasi dari guru………..….…. 111

Tabel 56 : Pemahaman kosa kata bahasa Inggris……….….….…112

Tabel 57 : Pemahaman tata bahasa………...…..113

Tabel 58 : Kemampuan menyusun kata……….…..…..114

Tabel 59 : Mengungkapkan ekspresi dalam bentuk tulisan…..….……114

Tabel 60 : Latihan menulis dalam Bahasa Inggris……….…..…..115

Tabel 61 : Perasaan jenuh belajar Bahasa Inggris………..116 Tabel 62 : Hubungan antara pemberian informasi


(12)

manfaat bahasa inggris dengan pengunaan

Bahasa inggris……….….…118 Tabel 63 : Hubungan antara empati guru yaitu mengetahui

kelemahan siswa dengan kemampuan siswa mengungkapkan gagasan dalam percakapan

Bahasa Inggris……….….120 Tabel 64 : Hubungan antara cara penyampaian pesan dengan

kecepatan menangkap makna percakapan Bahasa Inggris…...122 Tabel 65 : Hubungan antara pujian yang diberikan guru dengan

kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata

Bahasa Inggris………..…..124

Tabel 66 : Hubungan antara keterbukaan guru terhadap kritik dengan kemampuan siswa dalam menyusun kata………..…126 Tabel 67 : Hubungan antara sikap menerima kekurangan siswa dengan

rasa percaya diri dalam berbicara Bahasa Inggris………….…128 Tabel 68 : Hasil uji korelasi Spearman dengan menggunakan


(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Antar Pribadi dan Keterampilan Berbahasa (studi korelasi pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi antar pribadi yang dilakukan guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan.

Teori yang digunakan adalah teori komunikasi, komunikasi antar pribadi, self disclosure, remaja dan proses belajar dan keterampilan berbahasa Inggis. Penelitian ini menggunakan studi korelasional, yakni sebuah studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variasi-variasi antara variabel komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris yang berkaitan dengan variabel keterampilan (kemampuan) berbahasa Inggris Siswa yang berdasarkan pada koefisiensi korelasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Pertiwi Medan yang duduk di kelas VIII-1,VIII-2,VIII-3 dengan jumlah 134 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 35% maka diperoleh 47 orang. teknik penarikan sampel menggunakan stratifikasi proporsional dan simple random sampling.

Dari uji hipotesa dengan menggunakan rumus rank spearman melalui program SPSS 13.0 diperoleh hasil rs= 0,604 dengan tingkat signifikansi 0,01. Sesuai dengan Kaidah Spearman yaitu rs>0, maka hipotesis pada penelitian ini adalah Ha yaitu terdapat hubungan antara Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris dengan Keterampilan Berbahasa Inggris siswa SMP Swasta Pertiwi Medan. Pada pengujian tingkat signifikansi dihasilkan nilai thitung > nilai ttabel yaitu 5,083 > 2,000. Ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Berdasarkan keofisiensi korelasi skala Guilford, hasil 0,604 berada pada skala 0,41-0,70 yaitu menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris dengan Keteranpilan Berbahasa Inggris Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan dan besarnya pengaruh Komunikasi Antar Pribadi terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa adalah 36%.


(14)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang ada disekitar, dan apa yang ada di dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Banyak pakar menilai komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang tidak berkomunikasi cenderung akan terisolasi dengan lingkungannya. Harold D. Lasswell (Cangara, 1998:2) menyatakan salah satu dasar mengapa manusia berkomunikasi agar ia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya maupun dari informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya.

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan tersebut melibatkan berbagai komponen pengajaran, yang dapat memberikan kontribusi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Yusuf (1990:25) fungsi komunikasi dalam pembelajaran adalah sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran, dalam hal ini adalah perilaku edukatif. Kita belajar menjadi menusia melalui komunikasi. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi menerjemahkan pesan-pesan dari lingkungan yang diterimanya.

Komunikasi pembelajaran menurut Yusuf (1990:25) adalah proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi guru dengan murid dalam kegiatan pembelajaran tatap muka, baik secara individual maupun secara kelompok, dalam bentuk verbal maupun non verbal dan dibantu dengan media / sumber belajar.

Arus pesan dapat koheren apabila informasi yang ditampilkan individu, baik melalui perilaku verbal dan nonverbal saling menguatkan, artinya ketika seorang


(15)

komunikator dapat memahami alur dan urutan informasi tentang cara berfikir, perasaan maupun tindakan orang lain maka berarti telah terjalin interaksi antar pribadi yang bersifat koherensi. Koherensi membantu memahami komunikasi dan mencegah kesalah pahaman antar individu, sehingga komunikasi menjadi efektif.

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di dalam belajar, baik formal maupun nonformal pasti ada kesulitan atau hambatan yang kita sebut dengan masalah belajar. Hampir semua kecakapan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap manusia di bentuk, dimodifikasikan dan dikembangkan melalui proses belajar. Kimble dan Garmezy menyatakan

Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice” (Brown, 2000:7) yaitu belajar adalah suatu kecenderungan dengan perubahan tingkah laku yang relatif bersifat permanen dan sebagai hasil dari praktek yang bersifat. Lebih lanjut, Kimble dan Garmezy menegaskan ada beberapa ciri belajar di antaranya:belajar adalah perolehan; belajar adalah retensi (penyimpanan) terhadap informasi atau keterampilan organisasi kognitif; belajar adalah keaktifan, memusatkan perhatian dan kesadaran; belajar adalah secara relatif bersifat permanen; belajar meliputi bentuk-bentuk praktek yang bersifat menguatkan dan belajar adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan aspek hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran meliputi keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Di zaman yang modern seperti ini, bahasa merupakan aspek penting dalam menambah nilai kualitas seorang manusia di lingkungannya. Melalui bahasa yang digunakan sesorang kita dapat mengetahui cara berfikir, karakteristik serta wawasan


(16)

objek-objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa, kita mengabstraksikan pengalaman kita, dan yang lebih penting mengkomunikasikannya pada orang lain. Dalam retorika, kita mengenal bahasa dapat memberi “wibawa” terlebih jika ia bisa menguasai lebih dari satu bahasa asing.

Mata pelajaran bahasa mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa bukan saja belajar kosakata dan tatabahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai suatu bahasa jika ia belum dapat menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2007:1180), kata keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. ~bahasa kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan bahasa terbagi dalam: keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keterampilan mendengar (listening) dan keterampilan membaca (reading), sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara (speaking) dan keterampilan menulis (writing).

Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Bahasa Inggris merupakan bahasa global yang tidak asing dan dapat dengan mudahnya kita jumpai dalam keseharian. Bahkan berbagai istilah dari bahasa asing ini juga telah diserap menjadi bahasa baku


(17)

Indonesia. Demi kebutuhan akan Bahasa Inggris, para orang tua kerap berlomba-lomba mengenalkan bahasa dunia itu pada anaknya sejak ia mulai bisa berbicara.

Akan tetapi realitas yang ada pada kegiatan belajar bahasa, Bahasa Inggris khususnya, siswa cenderung pasif dan tidak mengaplikasikan ilmu yang ia serap secara maksimal. Metode belajar pun melakukan pembenahan agar dapat meningkatkan mutu siswa setelah belajar. Pendekatan komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar sangat menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pengajaran bahasa Inggris, yaitu: lingkungan bahasa yang ada di masyarakat, karakteristik siswa, dan kualitas guru pengajarnya (Depdiknas, 2003:20). Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat melakukan analisis terhadap karakteristik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam penampilan komunikasinya.

Usia remaja yaitu 12-15 tahun, merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan-perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Secara tidak langsung, perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada proses belajar, dimana para siswa cenderung untuk acuh tak acuh pada pelajaran yang di terimanya. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya serta memanfaatkan penggunaan bahasa. Untuk


(18)

itu perlu peran orang dewasa seperti guru yang memiliki intensitas yang hampir sama dengan orang tuanya.

Peranan guru dalam membimbing siswa bisa dirasakan pada siswa yang berada pada fase remaja awal yang sedang duduk di Sekolah Menengah Pertama. SMP Swasta Pertiwi Medan misalnya. Umumnya, siswa yang bersekolah di SMP ini mempunyai latar belakang ekonomi menengah keatas sehingga siswa cenderung kurang peka pada proses belajar dan sangat ketergantungan terhadap lingkungannya. Adanya dukungan, keterbukaan, empati dan rasa positif dari guru akan membantu proses belajar Bahasa Inggris lebih efektif dan dapat memberi hasil yang baik pada keterampilan berbahasa siswa.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Antar Pribadi Dan Keterampilan Berbahasa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan) “

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut,

“Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan”

I.3 Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan akan mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas. Pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.


(19)

2. Peneliti hanya terbatas pada pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dan keterampilan berbahasa siswa.

3. Objek penelitian kegiatan ini adalah murid kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 SMP Swasta Pertiwi Medan.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi guru dalam meningkatkan keterampilan Bahasa Inggris siswa.

2. Untuk mengetahui tingkat keterampilan berbahasa Inggris siswa.

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Pertiwi Medan.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah bacaan di Jurusan Ilmu Komunikasi mahasiswa FISIP USU.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna menambah khasanah penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU mengenai komunikasi antar pribadi.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti (Nawawi, 1995:40)


(20)

Menurut Kerlinger (Rakhmat, 2004:6) teori merupakan himpunan konstruk atau konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.

Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia mempunyai keinginan untuk bersosialisasi dan berbaur dan menciptakan suatu relasi. Manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana yang merupakan dasar dari eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat.

Secara epistimologis istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasala dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk memdapatkan kesetaraan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.

Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Dr. Everett Kleinjan dalam buku Cangara (2006:1) menyatakan bahwa komunikasi adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi

Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan hasratnya kepada orang lain, merupakan awal dari keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat (non verbal), kemudian disusun dengan keterampilan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Sementara itu sifat


(21)

dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuatt dalam diri manusia tentang berbagai kejadian dan fenomena di dunia ini mendorong manusia untuk terus-menerus mengumpulkan, saling menukar dan mengemdalikan informasi (Roger Fidler, 2003: 83-84), juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi.

Shannon dan Weaver (Cangara, 2006:19) menyatakan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Lasswell menjelaskan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Menurut L.Tubbs dan Moss (Rakhmat, 2005:13) komunikasi efektif menimbulkan 5 hal yaitu:

a. Pengertian b. Kesenangan

c. Mempengaruhi sikap d. Hubungan sosial yang baik e. Tindakan

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran dan fakta. Komunikasi bertujuan menyalurkan ide atau pesan untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan perilaku seseorang.


(22)

I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang – orang yang saling berkomunikasi. Reardon (Liliweri, 1991:13) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai paling sedikit enam ciri:

1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong 2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja 3. Kerapkali berbalas-balasan

4. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang antar pribadi, 5. serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan 6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna

Untuk lebih memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi, De Vito dalam Liliweri (1991:13) memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :

1. Keterbukaan (openess),

Keterbukaan merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini. Dalam keterbukaan, komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti pribadi masing – masing.

Johnson (Supratiknya, 1995:14) mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan.


(23)

Empati adalah keterampilan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada peranan orang lain. Menurut Sugiyo (2005:5) empati dapat diartikan sebagai menghayati perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.. Sedangkan Jumarin (2002: 97) menyatakan bahwa empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif, tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukkan dalam gerakan, cara berkomunikasi (mengandung dimensi kognitif, afektif, perseptual, somatic/kinesthetic, apperceptual dan communicative). Maksudnya adalah adanya keterlibatan aktif yang dapat terlihat melalui ekspresi wajah dan gerak gerik, konsentrasi terpusat pada kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik serta sentuhan sepantasnya.

3. Dukungan (supportiveness)

Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam proses penyampaian pesan. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo (2005:6) dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih-lebih dari komunikator. Rakhmat (2005:133) mengemukakan bahwa sikap supportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif . Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari

pada memahami pesan orang lain. Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari

pihak-pihak yang berkomunikasi.

R.Gibb (Rahmat, 2005:134) menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan perilaku suportif:

a. Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa menilai; tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka.


(24)

b. Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersamasama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

c. Spontanitas, yaitu sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.

d. Provisionalisme, yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar kalau pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.

4. Rasa positif (positiveness)

Setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak – pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalinan interaksi.

Sugiyo (2005:6) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hendaknya antara komunikator dengan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak dapat terjadi.

5. Kesetaraan (equality)

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadi lebih kuat, apabila memiliki kesetaraan tertentu seperti kesetaraan pandangan, sikap, ideologi dan sebagainya. Rahmat (2005:135) mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.


(25)

Ketika kita dihadapkan dengan komunikasi antar pribadi maka yang menjadi dasar asumsi pertanyaan kita adalah mengapa kita harus berkomunikasi? Kerlinger (Liliweri, 1991:45) mengemukakan bahwa hubungan dengan orang lain ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung kepada orang – orang yang lain karena mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya, informasi yang dibagikannya, semangat yang disumbangkannya dan masih banyak pengaruh yang lainnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi antar pribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum atau tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya.

Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang yang sifatnya dialogis yaitu berupa percakapan. Selain itu komunikasi antarpribadi memiliki keuntungan tersendiri, yakni arus balik bersifat langsung sehinggga komunikator mengetahui tanggapan dari komunikannya.

I.5.3 Self Disclosure

Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang perkenalan yang ditunjukkan dengan jendela johari

Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri Diketahui orang lain 1 terbuka 2 buta

3 tersembunyi 4 tidak dikenal

Tidak diketahui orang lain


(26)

Gambar di atas melukiskan bahwa dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain terdapat empat macam kemungkinan yang akan dihadapi.

Bidang 1. menggambarkan kondisi dimana dua orang mengembangkan hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah dalam hubungan mereka.

Bidang 2. menggambarkan masalah hubungan antara kedua pihak yang diketahui oleh orang lain namun tidak oleh diri sendiri

Bidang 3. menggambarkan masalah tersebut diketahui diri sendiri namun tidak dengan orang lain.

Bidang 4. komunikan dan komunikator sama–sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka

Keadaan yang ideal adalah seperti yang ditunjukkan pada bidang 1, dimana komunikan dan komunikator saling mengetahui masing–masing. Namun setiap orang memiliki peluang dalam mengungkapkan maupun tidak mengungkapkan masalah yang dihadapinya.

I.5.4 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa

Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan (Mulyati, 2005:5). Sekolah adalah tempat berinteraksi yang saling mempengaruhi diantara insan-insan yang terdiri atas pelajar dan pengajar, berlangsung secara terarah dalam suasana ilmu pengetahuan dan dapat membimbing pelajar introvert bisa menjadi insan yang aktif dan dinamis. Apabila pelajar mengurung diri, pasif dan tidak mau berinteraksi dengan gagasan dan prakarsanya, ia tidak menggunakan lembaga sekolah dan kampus dengan berbagai fasilitasnya itu sebagai tempat untuk membina ilmu pengetahuan dan untuk mencari pengalaman.


(27)

Dalam hubungan ini, sudah tentu peranan para pengajar untuk memotivasi mereka sungguh penting. Diharapkankan para pengajar harus menjadi insan ekstrovert, yaitu aktif, dinamis, optimis, toleran, berhati terbuka, dan mudah bergaul agar tidak mempunyai kesenjangan yang jauh antara guru dan siswa sehingga membuat proses belajar menjadi efektif (Effendy, 2006:107).

Menurut teori belajar, manusia memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses yaitu asosiasi, imitasi dan peneguhan (Rakhmat, 2005:271).

Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan.

Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang di dengar. Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model.

Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan positif yang dinyatakan ketika seseorang mengucapkan kata-kata dengan benar. Orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan).

Keterampilan bahasa siswa mencakup kemampuan mendengar, membaca, berbicara, dan menulis.

- Mendengar (Listening Skill), merupakan keterampilan bahasa dalam mendengar seseorang yang berbicara melalui percakapan yang memiliki tujuan komunikatif dengan struktur linguistik. Mencakup juga respon verbal serta ekspresi dan intonasi lawan bicara.

- Berbicara (speaking skill),berarti mampu mengucapkan berbagai makna melalui percakapan yang memiliki tujuan komunikatif dengan struktur linguistik. Dibutuhkan rasa percaya diri agar dapat mengungkapkan gagasan ataupun instruksi melalui ucapan (pronounciation) yang baik dan intonasi yang benar.


(28)

- Membaca (reading skill), berarti mampu memahami berbagai makna, mengidentifikasi ciri kebahasaan dan melafalkan kata-kata dalam berbagai teks tulis yang memiliki tujuan komunikatif dan berstruktur linguistik.

- Menulis (writing skill), berarti mampu menguasai tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), serta dapat merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar dalam berbagai makna yang memiliki tujuan komunikatif dan berstruktur linguistik.

Tujuan pembelajaran bahasa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa secara lisan maupun tulisan secara lancar dan sesuai dengan konteks sosialnya (Depdiknas, 2003: 15). Standar kompetensi siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris untuk tingkat SMP/MTs (Depdiknas, 2003:4) adalah sebagai berikut:

- Mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra maupun non sastra

- Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan - Mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan

kecepatan yang memadai

- Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan

- Mampu mengekspresikan berbagai ragam sastra

I.5.5 Remaja

Menurut Hurlock (2002:206) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2004:262) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Berdasarkan batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.


(29)

Menurut Erickson (Gunarsa,2003:7) masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja dan berimbas pada lingkungan sosialnya.

Gunarsa (2003:67) merangkum beberapa ciri remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1. Kegelisahan. Keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat terpenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dah keluwesan tingkah laku.

2. Pertentangan pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua.

3. Berkeinginan mencoba hal-hal yang belum diketahuinya. 4. Ketidakstabilan emosi.

5. Menghayal dan berfantasi.

6. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. 7. Senang bereksperimentasi.

I.6 Kerangka konsep

Kerangka yaitu hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa.

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan. Kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, setelah dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi (pengamatan) yang dimiliki. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.


(30)

Variabel bebas merupakan sejumlah gejala faktor, unsur-unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain yang pada gilirannya gejala atau faktor yang kedua itu disebut variabel terikat (Nawawi, 1995:56)

2. Variabel terikat (y)

Variabel terikat ialah sejumlah gejala atau faktor yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbahasa siswa.

3. Karakteristik Responden

Variabel antar berada diantara variabel bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik identitas responden.

I.7 Model teoritis

Karakteristik  Responden 

Variabel Terikat (y)  Keterampilan  Variabel Bebas (x) 

Komunikasi  Antar 

I.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka variabel operasional sebagai berikut:


(31)

Tabel 1 Operasional Variabel

Variabel teroritis Variabel operasional Variabel teoritis (x)

Komunikasi antar pribadi guru

a. Keterbukaan:

- Memberi informasi

- Membagi perasaan

- Membagi pengalaman

- Kejujuran

- Cara penyampaian gagasan b. Empati:

- Memahami sikap

- Memahami perasaan

- Mengetahui kelemahan

- Cara penyampaian pesan c. Dukungan:

- Motivasi

- Orientasi masalah

- Deskripsi

- Spontanitas

- Provisionalisme d. Rasa positif:

- Menghargai

- Rasa percaya

- Situasi

- Pujian e. Kesetaraan:


(32)

- Persepsi

- Rasa hormat

- Kesopanan

- Sikap menerima Variabel terikat (y)

Keterampilan bahasa siswa

a. Keterampilan mendengar:

- Memahami percakapan

- Menemukan makna lisan

- Ekspresi dan intonasi

- Respon verbal b. Keterampilan membaca:

- Memahami makna tulisan

- Melafalkan kata

- Identifikasi ciri kebahasaan

- Kelancaran membaca c. Keterampilan berbicara:

- Lafal ucapan (pronounciation)

- Mengungkapan gagasan

- Interaksi

- Rasa percaya diri d. Keterampilan menulis:

- Kosa kata

- Tata bahasa

- Penyusunan kata

- Mengungkapkan ekspresi dalam tulisan


(33)

Karakteristik responden a. Usia

b. Jenis kelamin c. Pekerjaan orang tua

I.9 Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah di kelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu penelitian lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)

1. Variabel bebas (komunikasi antar pribadi guru)

a. Keterbukaan, yaitu sikap saling terbuka antara guru Bahasa Inggris dan siswa dalam mengungkapkan idea tau gagasan bahkan permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) tanpa rasa takut atau malu. Kedua belah pihak mengerti pribadi masing-masing.

b. Empati, yaitu kemampuan seorang guru Bahasa Inggris untuk memproyeksikan dirinya kepada siswa.

c. Dukungan, yaitu setiap ide, pendapat atau gagasan yang disampaikan guru Bahasa Inggris mendukung apa yang diutarakan siswa. Dukungan yang diberikan guru akan menambah rasa positif dan semangat dalam kegiatan belajar.

d. Rasa positif, yaitu setiap perkataan, ide tau gagasan siswa mendapat tanggapan yang positif dari guru Bahasa Inggris dan menghindari prasangka serta curiga yang dapat mengganggu jalannya interaksi.

e. Kesetaraan, yaitu adanya persepsi, ideologis serta sikap yang sama antara guru dan siswa.


(34)

2. Variabel terikat (keterampilan berbahasa Siswa)

a. Keterampilan mendengar, yaitu kemampuan siswa dalam mendengar kata-kata, kalimat maupun percakapan dalam Bahasa Inggris.

b. Keterampilan membaca, yaitu kemampuan siswa dalam membaca kata-kata Bahasa Inggris, mempunyai kosa kata yang banyak serta mampu membaca cepat dan mengetahui ide pokok dari sebuah wacana.

c. Keterampilan berbicara, yaitu kemampuan siswa dalam pengucapan kata-kata bahasa inggris serta berbicara dalam Bahasa Inggris.

d. Keterampilan menulis, yaitu kemampuan siswa dalam menguasai tata Bahasa Inggris.

3. Karakteristik responden

a. Usia, yaitu umur responden 12-15 tahun. b. Jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.

c. Pekerjaan orang tua, yaitu pekerjaan orang tua responden.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan sementara mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antar teori dan dunia empiris (Rakhmat kriyantono, 2004 :14)

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh antara peranan komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dan keterampilan berbahasa murid SMP Swasta Pertiwi

Ha: Ada pengaruh antara peranan komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dan keterampilan berbahasa murid SMP Swasta Pertiwi


(35)

BAB II

URAIAN TEORITIS I. Komunikasi

I.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin communis yang artinya membuat keersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin communico yang artinya membagi (Cangara,2006 :18). Menurut Sugiyo, komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari bahwa ketrampilan berkomunikasi merupakan hasil belajar (Sugiyo, 2005: 1).

Dalam Cangara (2006: 18-19) terdapat beberapa definisi komunikasi, seperti:

Menurut Steven komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi terhadap suatu objek stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Sebuah definisi yang disampaikan oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri kepada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.

Everrett Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan, amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers dan D Lowrence Kincaid (1981) yang melahirkan definisi baru bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dengan satu sama


(36)

Rogers mencoba mendefinisikan hakikat suatu hubungan dengan suatu pertukaran informasi dengan adanya suatu perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengrtian dan orang-orang yang ikut serta dalam proses komunikasi.

Proses komunikasi hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy, 1999:11).

I.2 Proses Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi ada dua tahap yaitu Primer dan Sekunder.

a.Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media, bahasa, kial (gesture), isyarat, gambar, warna, dan sebagainya. Dalam proses komunikasi, media yang paling banyak digunakan adalah bahasa, karena mampu menterjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain dalam bentuk ide, informasi atau opini.

Kata-kata mengandung dua jenis pengertian :

 Denotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti sebagaimana tercantum dalam kamus atau sebenarnya (dictionary meaning)

 Konotatif yaitu, kata-kata yang memiliki arti emosional atau mengandung penilaian tertentu / kiasan (emotional or evaluate meaning)

Bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Wilbur Schramm, ahli komunikasi dalam karyanya “Communication research in the USA” menyebutkan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator sesuai dengan kerangka acuan (frame of reference), paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. (Effendy, 1999:11-12)


(37)

b.Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama dipakai karena relatif jauh atau jumlahnya banyak. Sarana itu, surat, telepon, fax, koran, majalah, radio, TV, film, e-mail, internet, dan lain-lain karena komunikan sebagai sasarnnya berada di tempat yang relatif jauh.

Jadi, proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan digunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, film, atau media lainnya. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy, 1999:16)

Dalam model komunikasi David K.Berlo (1960), komunikasi terdiri dari 4 proses utama yaitu SMRC (Source, Message, Channel, dan Receiver) (Cangara, 2006: 22-23).

L

Gambar 2 Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bias terdiri dari satu orang, tetapi bias juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.  

     

      LINGKUNGAN

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

UMPAN BALIK

Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah suatu yang disampaikan pengirim kepasa penerima, pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bias berupa ilmu pengetahuan, hibran, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media komunikasi Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, Content, atau Information.

Media

Media yang dimaksud adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian. Lisan, Tertulis, dan Elektronik. Misal secara personal (komunikasi interpersonal),


(38)

media telepon, telegram, telepon genggam, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik (TV, Radio). Untuk Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa.

Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirm oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau Negara. Penerima adalah elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi. Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima dapat juga disebut sebagai publik, khalayak, masyarakat, dll.

Efek

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang baik itu negatif atau positif (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Umpan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misal, kita sebagai seorang penulis mengirimkan sebuah artikel kepada suatu media massa. Lalu, bisa saja kita artikel kita ternyata bagus, namun ada beberapa hal yang harus di edit. Sehingga, pihak media mengembalikan artikel kita untuk di edit ulang.

Lingkungan

Adalah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu komunikasi. Situasi Lingkungan terjadi karena adanya 4 faktor :

 Lingkungan Fisik(Letak Geografis dan Jarak)

 Lingkungan Sosial Budaya (Adat istiadat, bahasa, budaya, status sosial)  Lingkungan Psikologis ( Pertimbangan Kejiwaan seseorang ketika

menerima pesan)

 Dimensi Waktu (Musim, Pagi, Siang, dan Malam) I.3 Fungsi Komunikasi

Menurut Effendy (1999:8) fungsi komunikasi secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut:


(39)

- Menyampaikan Informasi (to inform) - Mengajarkan (to educate)

- Memperoleh hiburan (to entertain) - Membujuk (to persuade)

Pada fungsi komunikasi to inform (menyampaikan informasi), ditujukan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau publik yang di lakukan oleh komunikator guna menjadikan khalayak atau publik atau komunikan dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Sedangkan fungsi to educate (mendidik), dilakukan oleh komunikator untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat baik secara formal, non formal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. Fungsi komunikasi to entertain (menghibur), yaitu fungsi yang dilakukan oleh komunikator untuk memberikan hiburan kepada khalayak atau publik atau komunikan. Dan fungsi terakhir adalah To influence (mempengaruhi) yaitu membujuk, mempengaruhi atau membentuk suatu opini seseorang maupun publik, meyakinkan tentang informasi-informasi yang diberikannya sehingga benar-benar mengetahui situasi yang terjadi di lingkungannnya.

I.4 Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Perubahan sikap (Attitude Change). Memberikan informasi pada komunikan dengan tujuan agar komunikan akan berubah sikapnya.


(40)

2. Perubahan pendapat (Opinion Change). Memberikan berbagai informasi pada komunikan agar komunikan merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

3. Perubahan perilaku (Behaviour Change). Memberikan berbagai informasi pada komunikan dengan tujuan agar komunikan berubah perilakunya. 4. Perubahan sosial (Social Change / Social Participation). Memberikan

berbagai informasi pada komunikan/khalayak dengan tujuan agar khalayak mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

II. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan interaktif antara seorang individu dan individu lain dimana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan didalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman, menggeleng atau menganggukkan kepala. Komunikasi antar pribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face)

II.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana diungkapkan oleh De Vito (1976) dalam Liliweri (1991:12) bahwa, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Effendy (1986b) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis.

Sifat dialogis itu ditunjukkan melalui komunikasi lisan dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan-pesan yang dia kirimkan itu diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif. Jika tidak diterima maka komunikator akan member kesempatan seluas-luasnya kepada komunikan untuk bertanya.

Pendapat lain dari Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua


(41)

orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur. Menurut Rogers dalam Depari (1988) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Juga Tan (1981) mengemukakan bahwa interpersonal communication (komunikasi antar pribadi) adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih. (Liliweri, 1991:12)

II.2 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Adapun ciri-ciri komunikasi antar pribadi (Liliweri, 1991:14-19) adalah: 1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi spontan dan sambil lalu. 2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas

4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja

5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi antar pribadi menghendakii paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna. II.3 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Adapun tujuan dari komunikasi antar pribadi adalah sebagai berikut : 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataanya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antar pribadi.

2. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antar pribadi.

3. Menciptakan dan memelihara hubungan

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi


(42)

dengan orang lain. Hubungan demikian mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

4. Mengubah sikap dan perilaku

Dalam komunikasi antar pribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi antar pribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir ama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasan lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

6. Membantu orang lain

Kita sering memberikan berbagai nasehat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antar pribadi adalah membantu orang lain (Widjaja, 2000 :12)

II.4 Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan antarpribadi

Pola-pola komunikasi antarpribadi (interpersonal) mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Bila diantara komunikator dan komunikan berkembang sikap curiga, maka makin sering mereka berkomunikasi makin jauh jarak yang timbul. Yang menjadi soal bukanlah intensitas melainkan kualitas dari komunikasi terjadi. Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik, yaitu: sikap percaya, sikap suportif dan keterbukaan.

a. Sikap percaya (trust)

Secara ilmiah percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Griffin, 1967:224-234 dalam Rakhmat,


(43)

2005:130). Menurut Johnson (1981), mempercayai meliputi membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada orang lain.

Keuntungan mempercayai orang lain di paparkan oleh Rakhmat (2004:130). Pertama, rasa percaya meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas pengiriman peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kedua, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab. Bila anda merasa kawan anda tidak jujur dan tebuka, anda pun akan memberikan respon yang sama. Akibatnya hubungan akan berlangsung secara dangkal dan tidak mendalam.

Sejauhmana kita percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional. Menurut Deutsch (1958), harga diri dan otoritarianisme mempengaruhi percaya. Orang yang harga dirinya positif akan cenderung mempercayai orang lain, sebaliknya orang yang mempunyai kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai orang lain.

Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu: menerima, empati, dan kejujuran.

Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang terlihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai.

Sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan. Kita selalu cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya, hubungan antarpribadi tidak akan berlangsung seperti apa yang kita harapkan. Bila kita tidak bersikap menerima, kita akan mengkritik, mengecam atau menilai. Sikap seperti ini akan menghancurkan rasa percaya. Orang enggan pula menerima kita karena takut pada akibat-akibat buruk yang akan timbul dari reaksi kita. Sikap menerima menggerakkan percaya, karena tidak akan merugikan orang lain.

Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima berarti tidak menilai orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi. Betapapun jeleknya perilakunya kita tetap berkomunikasi dengannya sebagai personal, bukan sebagai objek (Rakhmat, 2005: 131-132)

Empati adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921) ; sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi (Scotland, et al, 1978:12) ; sebagai “imaginative intellectual and emotional participation in another person’s experience” (Bennet, 1979).

Definisi terakhir dikontraskan dengan pengertian simpati. Dalam simpati kita menempatkan diri kita secara imaginatif pada posisi orang lain. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain; kita ikut serta


(44)

membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakan.

Kejujuran adalah faktor yang ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima dapat ditanggapi sebagai sikap acuh tak acuh, dingin dan tak bersahabat; empati dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, kita harus jujur mengungkapkan diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu banyak melakukan “penopengan” atau “pengelolahan kesan”. Kita tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan non verbal. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga. Ini mendorong orang lain untuk percaya kepada kita (Rakhmat, 2005:133)

b. Sikap suportif

Sikap suportif merupakan upaya mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang defensif cenderung tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Hal ini haruslah dihindari agar komunikasi antar pribadi dapat berlangsung efektif. Dalam penelitian Gibb (Rakhmat,2004:134) diungkapkan perilaku defensif antara lain:

1. Evaluasi, artinya penilaian terhadap orang lain; memuji dan mengancam. Dalam mengevaluasi kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif.

2. Control, perilaku control artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan control juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Karena itu control orang lain akan kita tolak.

3. Strategi, yaitu penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Anda akan menggunakan strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi.

4. Netralitas, merupakan sikap impersonal – memperlakukan orang lain tidak sebagai objek. Bersikap netral bukan berarti objektif, melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain.

5. Superioritas artinya sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau lebih baik daripada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan. Superioritas akan melahirkan sikap defensif.


(45)

6. Kepastian. Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu-gugat.

c. Sikap terbuka

Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatism; sehingga untuk memahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan terlebih dahulu karakteristik orang dogmatis (Rakhmat, 2004: 136).

1. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika suatu proposisi, ia lebih banyak melihat sejauhmana proposisi itu sesuai dengan dirinya.

2. Berfikir simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada kelabu. Baginya jika tidak salah maka benar.

3. Berorientasi pada sumber. Orang dogmatis mementingkan siapa yang berbicara bukan apa yang dibicarakan. Ia tunduk pada otoritas, karena -seperti umumnya orang dogmatis- ia cenderung lebih cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.

4. Mencari informasi dari sumber sendiri. Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri.

5. Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya. Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaan sampai titik darah penghabisan.

6. Tidak mampu membiarkan inkonsistensi. Orang dogmatis tidak tahan hidup dalam suasana inkosisten. Informasi yang tidak konsisten dengan desakan dari dalam dirinya akan ditolak, distorsi atau tidak dihiraukan sama sekali.

Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatism harus digantikan dengan sikap terbuka. III. Self Disclosure

Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan


(46)

tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain (Rakhmat, 2005:107).

Menurut Johnson (1981), beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.

2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka semakin orang lain tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.

3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki sifat-sifat kompeten, terbuka, ekstrover, fleksibel, adaptif dan inteligen.

4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.

5. Membuka diri berarti bersikap realistis. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus dan autentik (Supratiknya, 2003:16).

Pembukaan diri atau self-disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 2003:14)

Johnson (1981), menyatakan pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu apabila terjadi kedua belah


(47)

pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain, sebagaimana tampak dalam skema berikut:

Menyadari diri sendiri, Menyadari orang lain,

siapa saya, siapa anda,

seperti apa diri saya seperti apa diri anda

+ +

Menerima diri sendiri, Menerima diri anda, menyadari aneka kekuatan dan menyadari aneka kekuatan dan

kemampuan saya kemampuan anda

+ +

Mempercayai anda untuk Dapat dipercaya dengan cara menerima dan mendukung saya, menerima dan mendukung anda,

bekerja sama dengan saya bekerja sama dengan anda,

= =

Bersikap terbuka kepada anda, Bersikap terbuka bagi anda, membagikan aneka gagasan dan menunjukkan perhatian pada

perasaan saya dan membiarkan aneka gagasan dan perasaan anda tahu siapa saya anda serta siapa diri anda

Pada Johari Window terdapat 4 bagan yaitu daerah terbuka, daerah buta, daerah tersembunyi dan daerah tak sadar. Diasumsikan, banyak yang harus dikeluarkan untuk menyembunyikan informasi terhadap diri kita sendiri maupun orang lain. Semakin banyak informasi yang diketahui maka komunikasi pun akan menjadi semakin jelas. Hal itu berarti, akan memperluas daerah terbuka serta mengurangi daerah buta dan daerah tersembunyi kita masing-masing. Daerah buta dapat dikurangi dengan meminta orang lain agar mau semakin terbuka terhadap diri kita. Kita mengurangi daerah tersembunyi dengan memberikan informasi kepada orang lain agar mereka bereaksi atau menganggapi, sehingga secara tidak langsung akan mengurangi daerah buta kita.


(48)

IV. Remaja

IV.1 Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget dalam Hurlock (2004:206) dengan menyatakan:

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak…Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber…Termasuk juga perubahan intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan cirri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Darajat (1995: 23) remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.


(49)

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir. Tetapi Monks membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Monks, 2004: 264).

Definisi yang dipaparkan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

IV.2 Ciri-ciri Remaja

Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2004:207), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Dalam periode ini, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Dilain pihak, status remaja yang tidak jelas juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. Remaja akan tetap merasa ditimbun masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut


(50)

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, maka banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

f. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut. Hal ini membuat banyak pertentangan dengan orangtua dan antara orangtua dan anak terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orangtua untuk mengatasi berbagai masalahnya.

g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam cita-cita.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

Karakteristik remaja dan perkembangan remaja mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.

1. Transisi Biologis

Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat


(1)

5. Keterampilan berbahasa Inggris meliputi 4 aspek yaitu kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. 4 aspek tersebut dapat dinilai secara terpisah, namun dalam proses belajar keempat kemampuan ini selalu beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa umumnya kemampuan siswa kelas VIII-1, VIII-2 dan VIII-3 SMP Swasta Pertiwi berada pada tingkat yang baik. terutama dalam hal memahami percakapan serta arti kata-kata dalam wacana Bahasa Inggris, juga baik dalam hal kelancaran membaca wacana. Kekurangan siswa yang terlihat pada penelitian, adalah rasa percaya diri siswa yang kurang.

6. Hasil dari uji hipotesa pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa dengan thitung > nilai ttabel yakni thitung pada tingkat signifikansi 0,05 yang hasilnya adalah 5,083 sementara nilai ttabel yaitu 2,000. Berdasarkan skala Guilford, dengan hasil rs = 0,604 berada pada skala 0,41 – 0,70 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara komunikasi antar pribadi antara anak dan ayah dengan perkembangan kecerdasan emosional anak di SMP Swasta Pertiwi Medan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dimana Ho adalah tidak terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan ketrampilan berbahasa Inggris siswa dan Ha adalah terdapat pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dengan ketrampilan berbahasa Inggris siswa. Besarnya pengaruh


(2)

V.2. Saran

Setelah melakukan penelitian, khususnya ketika pengisian kuesioner, maka penulis menghimpun beberapa saran sebagai berikut :

1. Komunikasi antar pribadi yang terjalin antara guru dan siswa sudah terjalin cukup baik. Namun siswa diharapkan lebih berpartisipasi terhadap keterbukaan yang diberikan guru Bahasa Inggris demi kemajuan kemampuan Berbahasa Inggris siswa. Jauhkan perasaan tidak dekat dan malu dengan guru karena itu akan menghambat siswa dalam proses belajar.

2. Cara guru mengajar sudah baik meskipun dalam proses belajar masih diselingi dengan Bahasa Indonesia. Baiknya guru juga memperhatikan intonasi saat berbicara pada siswa terutama saat menggunakan Bahasa Inggris. Komunikasi dapat efektif apabila kedua belah pihak mempunyai satu pemaknaan yang sama terhadap suatu pesan. Untuk itu diperlukan komunikasi verbal yang baik antara guru dan siswa.

3. Kepada guru dan pihak sekolah baiknya membiasakan siswa agar aktif berbicara Bahasa Inggris. Dengan banyak latihan dan adanya kewajiban untuk berbicara Bahasa Inggris, kemampuan siswa juga akan ikut meningkat. Seperti pepatah, “Alah bisa karena biasa”.


(3)

4. Secara umum penelitian ini boleh dilanjutkan untuk lebih memperdalam mengenai pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bahasa Inggris terhadap keterampilan berbahasa Inggris siswa atau penelitian terkait lainya sehingga diperoleh manfaat yang lebih besar nantinya.


(4)

Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. Muhammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Brown, H.D. (2000). Principle of language learning and teaching. (4th ed). San Fransisco: Addison Wesley Longman, Inc.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo; Jakarta Darajad, Zakiah. 1995. Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhana Depdiknas. 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas Effendi, Onong Uchana. 1999. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya

______________ . 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Adita Bakti; Bandung.

Fiddler, Roger. 2003. Mediamorfosis. Yogyakarta: Bentang

Fisher, B. Aubrey. 2004. Teori-teori Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya Gunarsa, S. D. 2000. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: BPK.

Gunung Mulia.

____________. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK. Gunung Mulia.

Gofur, Abd. 2009. Modul Diklat Guru Bahasa Indonesia. Medan : Balai Diklat Keagamaan Medan.

Hurlock, E.B. 2002. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Jumarin. 2002. “Dasar-dasar Konseling Lintas budaya”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Mongks, F. J, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai


(5)

Mulyana, Dedy. 2007. Komunikasi suatu Pengantar. Rosda Karya. Bandung Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada

University Press

Papalia, D Em, et al. 2001. Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill PressUndang-undang RI no.2 .1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Dian Tama

Purba, Amir, dkk. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Pustaka Bangsa Press

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Rumini, Sri. Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Rineka

Cipta

Sagala, Syaiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono,S.W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sendjaja, Sasadjuasa.2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S

Sugiyo. 2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES Press

Sulistyowati, Sofchah. 2001. Cara Belajar yang Efektif dan Efisien. Pekalongan: Cinta Ilmu

Sugiyo. 2005. “Komunikasi Antarpribadi”. Semarang: UNNES

Supratiknya. 1995. “Komunikasi antarpribadi Tinjauan Psikologis”. Yogyakarta: Kanisius

Yusuf. Pawit M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Zulkifli L.2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Fagan. 2006. Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication. diakses melalui http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 tanggal 10 januari 2010

Referensi internet:

http://fusliyanto.wordpress.com/2009/10/12/keterampilan-berbahasa/ di akses

pada tanggal 15 Maret 2010

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. di unduh dari


Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepemimpinan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan)

0 37 110

Komunikasi Antar Budaya dan interaksi Antar Etnis (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Antar Budaya Dalam Menciptakan Interaski Antar Etnis di Kalangan Mahasiswa Asing USU).

6 60 140

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok)

0 8 80

The Correlation Between Students’ Linguistic Intelligence And Their English Speaking Skill Achievement

1 4 105

KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS TAHUN AJARAN 2016/2017 English Club Di Sdit Az-Zahra Sragen Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbahasa Inggris Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 14

Model Pembelajaran Kooperatif untuk Pengembangan Keterampilan Berbahasa Inggris Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Inggris PPs UNS.

0 0 1