itu perlu peran orang dewasa seperti guru yang memiliki intensitas yang hampir sama dengan orang tuanya.
Peranan guru dalam membimbing siswa bisa dirasakan pada siswa yang berada pada fase remaja awal yang sedang duduk di Sekolah Menengah Pertama. SMP Swasta
Pertiwi Medan misalnya. Umumnya, siswa yang bersekolah di SMP ini mempunyai latar belakang ekonomi menengah keatas sehingga siswa cenderung kurang peka pada proses
belajar dan sangat ketergantungan terhadap lingkungannya. Adanya dukungan, keterbukaan, empati dan rasa positif dari guru akan membantu proses belajar Bahasa
Inggris lebih efektif dan dapat memberi hasil yang baik pada keterampilan berbahasa siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Antar Pribadi Dan Keterampilan Berbahasa Studi
Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan “
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka penulis mengajukan perumusan masalah sebagai berikut,
“Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan keterampilan berbahasa siswa di SMP Swasta Pertiwi Medan”
I.3 Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan akan mengaburkan penelitian, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar
menjadi lebih jelas. Pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu: 1.
Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.
Universitas Sumatera Utara
2. Peneliti hanya terbatas pada pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa
Inggris dan keterampilan berbahasa siswa. 3.
Objek penelitian kegiatan ini adalah murid kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 SMP Swasta Pertiwi Medan.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi guru dalam meningkatkan keterampilan Bahasa Inggris siswa.
2. Untuk mengetahui tingkat keterampilan berbahasa Inggris siswa.
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antar pribadi guru Bahasa Inggris dalam
meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa SMP Pertiwi Medan.
I.4.2 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: 1.
Secara akademis, diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah bacaan di Jurusan Ilmu Komunikasi mahasiswa FISIP USU.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna menambah khasanah
penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa ilmu komunikasi FISIP USU mengenai komunikasi antar pribadi.
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian tersebut disoroti Nawawi, 1995:40
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kerlinger Rakhmat, 2004:6 teori merupakan himpunan konstruk atau konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan
relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Dengan adanya kerangka teori, akan membantu peneliti dalam menentukan
tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
I.5.1 Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia mempunyai keinginan untuk bersosialisasi dan berbaur dan menciptakan suatu
relasi. Manusia membutuhkan komunikasi sebagai sarana yang merupakan dasar dari eksistensi manusia yang ingin bermasyarakat.
Secara epistimologis istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication
berasala dari bahasa Latin yakni communicatio, dan bersumber dari kata communis
yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bisa diinterpretasikan dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang
terjadi adalah bermuara pada usaha untuk memdapatkan kesetaraan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut.
Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Dr. Everett Kleinjan dalam buku Cangara 2006:1 menyatakan bahwa komunikasi
adalah bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi
Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan hasratnya kepada orang lain, merupakan awal dari keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui
lambang-lambang isyarat non verbal, kemudian disusun dengan keterampilan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal. Sementara itu sifat
Universitas Sumatera Utara
dasar manusia yaitu “keingintahuan” yang sangat kuatt dalam diri manusia tentang berbagai kejadian dan fenomena di dunia ini mendorong manusia untuk terus-menerus
mengumpulkan, saling menukar dan mengemdalikan informasi Roger Fidler, 2003: 83- 84, juga menjadi tonggak penting manusia untuk melakukan komunikasi.
Shannon dan Weaver Cangara, 2006:19 menyatakan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau
tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society,
mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Lasswell menjelaskan komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Menurut L.Tubbs dan Moss Rakhmat, 2005:13 komunikasi efektif
menimbulkan 5 hal yaitu: a.
Pengertian b.
Kesenangan c.
Mempengaruhi sikap d.
Hubungan sosial yang baik e.
Tindakan Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya komunikasi
merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran dan fakta.
Komunikasi bertujuan menyalurkan ide atau pesan untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan perilaku seseorang.
Universitas Sumatera Utara
I.5.2 Komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang – orang yang saling berkomunikasi. Reardon Liliweri,
1991:13 mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi mempunyai paling sedikit enam ciri:
1. Dilaksanakan karena adanya berbagai faktor pendorong
2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja
3. Kerapkali berbalas-balasan
4. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang antar pribadi,
5. serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan
6. Menggunakan pelbagai lambang yang bermakna
Untuk lebih memperjelas pengertian komunikasi antar pribadi, De Vito dalam Liliweri 1991:13 memberikan beberapa ciri komunikasi antar pribadi :
1. Keterbukaan openess,
Keterbukaan merupakan pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan
untuk memberikan tanggapan kita di masa kini. Dalam keterbukaan, komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara
bebas tidak ditutupi dan terbuka tanpa rasa takut atau malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti pribadi masing – masing.
Johnson Supratiknya, 1995:14 mengartikan keterbukaan diri yaitu membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukan,
atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang baru saja kita saksikan. 2.
Empati empathy,
Universitas Sumatera Utara
Empati adalah keterampilan seseorang untuk memproyeksi dirinya kepada peranan orang lain. Menurut Sugiyo 2005:5 empati dapat diartikan sebagai menghayati
perasaan orang lain atau turut merasakan apa yang dirasakan orang lain.. Sedangkan Jumarin 2002: 97 menyatakan bahwa empati tidak saja berkaitan dengan aspek kognitif,
tetapi juga mengandung aspek afektif, dan ditunjukkan dalam gerakan, cara berkomunikasi mengandung dimensi kognitif, afektif, perseptual, somatickinesthetic,
apperceptual dan communicative . Maksudnya adalah adanya keterlibatan aktif yang
dapat terlihat melalui ekspresi wajah dan gerak gerik, konsentrasi terpusat pada kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik serta sentuhan sepantasnya.
3. Dukungan supportiveness
Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam proses penyampaian pesan.
Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang didambakan. Hal ini senada dikemukakan Sugiyo 2005:6
dalam komunikasi antarpribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi, lebih-lebih dari komunikator. Rakhmat 2005:133 mengemukakan bahwa sikap supportif
adalah sikap yang mengurangi sikap defensif . Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan dari
pada memahami pesan orang lain. Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-
pihak yang berkomunikasi. R.Gibb Rahmat, 2005:134 menyebutkan beberapa perilaku yang menimbulkan
perilaku suportif: a.
Deskripsi, yaitu menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa menilai; tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan pada
pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka.
Universitas Sumatera Utara
b. Orientasi masalah, yaitu mengajak untuk bekerja sama mencari pemecahan
masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi secara bersamasama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
c. Spontanitas, yaitu sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang
terpendam. d.
Provisionalisme, yaitu kesediaan untuk meninjau kembali pendapat diri sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan sehingga wajar kalau
pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.
4. Rasa positif positiveness
Setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif menghindarkan pihak – pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau
prasangka yang mengganggu jalinan interaksi. Sugiyo 2005:6 mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan
bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi hendaknya antara komunikator dengan
komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi
tidak dapat terjadi. 5.
Kesetaraan equality Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan antar pribadi lebih kuat, apabila
memiliki kesetaraan tertentu seperti kesetaraan pandangan, sikap, ideologi dan sebagainya. Rahmat 2005:135 mengemukakan bahwa persamaan atau kesetaraan adalah
sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan,
kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu
mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
Universitas Sumatera Utara
Ketika kita dihadapkan dengan komunikasi antar pribadi maka yang menjadi dasar asumsi pertanyaan kita adalah mengapa kita harus berkomunikasi? Kerlinger
Liliweri, 1991:45 mengemukakan bahwa hubungan dengan orang lain ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung kepada orang – orang yang lain karena mereka juga
berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya, informasi yang dibagikannya, semangat yang disumbangkannya dan masih banyak pengaruh yang
lainnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi antar pribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum atau tidak dimiliki
seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya. Komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang yang sifatnya dialogis yaitu berupa percakapan. Selain itu komunikasi antarpribadi memiliki keuntungan tersendiri, yakni arus balik bersifat
langsung sehinggga komunikator mengetahui tanggapan dari komunikannya.
I.5.3 Self Disclosure
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft 1969 yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk
hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang perkenalan yang ditunjukkan dengan jendela johari
Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri Diketahui orang lain
1 terbuka 2 buta
3 tersembunyi 4 tidak dikenal
Tidak diketahui orang lain
gambar 1.jendela johari
Universitas Sumatera Utara
Gambar di atas melukiskan bahwa dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain terdapat empat macam kemungkinan yang akan dihadapi.
Bidang 1. menggambarkan kondisi dimana dua orang mengembangkan hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah dalam hubungan mereka.
Bidang 2. menggambarkan masalah hubungan antara kedua pihak yang diketahui oleh orang lain namun tidak oleh diri sendiri
Bidang 3. menggambarkan masalah tersebut diketahui diri sendiri namun tidak dengan orang lain.
Bidang 4. komunikan dan komunikator sama–sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka
Keadaan yang ideal adalah seperti yang ditunjukkan pada bidang 1, dimana komunikan dan komunikator saling mengetahui masing–masing. Namun setiap orang
memiliki peluang dalam mengungkapkan maupun tidak mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
I.5.4 Proses Belajar dan Keterampilan Berbahasa
Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-
pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan Mulyati, 2005:5. Sekolah adalah tempat berinteraksi yang saling mempengaruhi diantara insan-
insan yang terdiri atas pelajar dan pengajar, berlangsung secara terarah dalam suasana ilmu pengetahuan dan dapat membimbing pelajar introvert bisa menjadi insan yang aktif
dan dinamis. Apabila pelajar mengurung diri, pasif dan tidak mau berinteraksi dengan gagasan dan prakarsanya, ia tidak menggunakan lembaga sekolah dan kampus dengan
berbagai fasilitasnya itu sebagai tempat untuk membina ilmu pengetahuan dan untuk mencari pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungan ini, sudah tentu peranan para pengajar untuk memotivasi mereka sungguh penting. Diharapkankan para pengajar harus menjadi insan ekstrovert,
yaitu aktif, dinamis, optimis, toleran, berhati terbuka, dan mudah bergaul agar tidak mempunyai kesenjangan yang jauh antara guru dan siswa sehingga membuat proses
belajar menjadi efektif Effendy, 2006:107. Menurut teori belajar, manusia memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga
proses yaitu asosiasi, imitasi dan peneguhan Rakhmat, 2005:271. Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu. Misalnya, kata
“Nazi” biasanya diasosiasikan dengan kejahatan mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang
mengerikan. Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang di dengar.
Seringkali orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model.
Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan positif yang dinyatakan ketika
seseorang mengucapkan kata-kata dengan benar. Orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu yang menyenangkan
dan dapat memuaskan kebutuhan atau mereka belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan.
Keterampilan bahasa siswa mencakup kemampuan mendengar, membaca,
berbicara, dan menulis. -
Mendengar Listening Skill, merupakan keterampilan bahasa dalam mendengar
seseorang yang berbicara melalui percakapan yang memiliki tujuan komunikatif dengan struktur linguistik. Mencakup juga respon verbal serta ekspresi dan
intonasi lawan bicara.
-
Berbicara speaking skill, berarti mampu mengucapkan berbagai makna melalui
percakapan yang memiliki tujuan komunikatif dengan struktur linguistik. Dibutuhkan rasa percaya diri agar dapat mengungkapkan gagasan ataupun
instruksi melalui ucapan pronounciation yang baik dan intonasi yang benar.
Universitas Sumatera Utara
-
Membaca reading skill, berarti mampu memahami berbagai makna,
mengidentifikasi ciri kebahasaan dan melafalkan kata-kata dalam berbagai teks
tulis yang memiliki tujuan komunikatif dan berstruktur linguistik.
-
Menulis writing skill, berarti mampu menguasai tata bahasa grammar, kosa
kata vocabulary, serta dapat merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar dalam berbagai makna yang memiliki tujuan komunikatif dan
berstruktur linguistik. Tujuan pembelajaran bahasa adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
bahasa secara lisan maupun tulisan secara lancar dan sesuai dengan konteks sosialnya Depdiknas, 2003: 15. Standar kompetensi siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris untuk
tingkat SMPMTs Depdiknas, 2003:4 adalah sebagai berikut: -
Mampu mendengarkan dan memahami beraneka ragam wacana lisan, baik sastra maupun non sastra
- Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan dan perasaan secara lisan
- Mampu membaca dan memahami suatu teks bacaan sastra dan nonsastra dengan
kecepatan yang memadai -
Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan
- Mampu mengekspresikan berbagai ragam sastra
I.5.5 Remaja
Menurut Hurlock 2002:206 remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk 2004:262 memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Berdasarkan batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal
juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Erickson Gunarsa,2003:7 masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja dan berimbas pada lingkungan sosialnya.
Gunarsa 2003:67 merangkum beberapa ciri remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
1. Kegelisahan. Keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka
mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat terpenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan
dah keluwesan tingkah laku. 2.
Pertentangan pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dan orangtua.
3. Berkeinginan mencoba hal-hal yang belum diketahuinya.
4. Ketidakstabilan emosi.
5. Menghayal dan berfantasi.
6. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.
7. Senang bereksperimentasi.
I.6 Kerangka konsep
Kerangka yaitu hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat
mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa. Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni
istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan. Kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan dicapai, setelah dianalisa secara kritis berdasarkan bahan persepsi pengamatan yang dimiliki.
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel bebas x
Universitas Sumatera Utara
Variabel bebas merupakan sejumlah gejala faktor, unsur-unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain yang pada gilirannya gejala atau
faktor yang kedua itu disebut variabel terikat Nawawi, 1995:56
2. Variabel terikat y
Variabel terikat ialah sejumlah gejala atau faktor yang dipengaruhi oleh adanya variabel bebas bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah keterampilan berbahasa siswa. 3.
Karakteristik Responden Variabel antar berada diantara variabel bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai
penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik identitas responden.
I.7 Model teoritis