Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui apa yang ada disekitar, dan apa yang ada di dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Banyak pakar menilai komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang tidak berkomunikasi cenderung akan terisolasi dengan lingkungannya. Harold D. Lasswell Cangara, 1998:2 menyatakan salah satu dasar mengapa manusia berkomunikasi agar ia dapat mengembangkan pengetahuannya, yakni belajar dari pengalamannya maupun dari informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan tersebut melibatkan berbagai komponen pengajaran, yang dapat memberikan kontribusi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Yusuf 1990:25 fungsi komunikasi dalam pembelajaran adalah sebagai alat untuk mengubah perilaku sasaran, dalam hal ini adalah perilaku edukatif. Kita belajar menjadi menusia melalui komunikasi. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi menerjemahkan pesan-pesan dari lingkungan yang diterimanya. Komunikasi pembelajaran menurut Yusuf 1990:25 adalah proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi guru dengan murid dalam kegiatan pembelajaran tatap muka, baik secara individual maupun secara kelompok, dalam bentuk verbal maupun non verbal dan dibantu dengan media sumber belajar. Arus pesan dapat koheren apabila informasi yang ditampilkan individu, baik melalui perilaku verbal dan nonverbal saling menguatkan, artinya ketika seorang Universitas Sumatera Utara komunikator dapat memahami alur dan urutan informasi tentang cara berfikir, perasaan maupun tindakan orang lain maka berarti telah terjalin interaksi antar pribadi yang bersifat koherensi. Koherensi membantu memahami komunikasi dan mencegah kesalah pahaman antar individu, sehingga komunikasi menjadi efektif. Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Di dalam belajar, baik formal maupun nonformal pasti ada kesulitan atau hambatan yang kita sebut dengan masalah belajar. Hampir semua kecakapan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan sikap manusia di bentuk, dimodifikasikan dan dikembangkan melalui proses belajar. Kimble dan Garmezy menyatakan “Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice ” Brown, 2000:7 yaitu belajar adalah suatu kecenderungan dengan perubahan tingkah laku yang relatif bersifat permanen dan sebagai hasil dari praktek yang bersifat. Lebih lanjut, Kimble dan Garmezy menegaskan ada beberapa ciri belajar di antaranya: belajar adalah perolehan; belajar adalah retensi penyimpanan terhadap informasi atau keterampilan organisasi kognitif; belajar adalah keaktifan, memusatkan perhatian dan kesadaran; belajar adalah secara relatif bersifat permanen; belajar meliputi bentuk-bentuk praktek yang bersifat menguatkan dan belajar adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan a spek hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran meliputi keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik. Di zaman yang modern seperti ini, bahasa merupakan aspek penting dalam menambah nilai kualitas seorang manusia di lingkungannya. Melalui bahasa yang digunakan sesorang kita dapat mengetahui cara berfikir, karakteristik serta wawasan seseorang. Bahasa juga memungkinkan kita menyandi code peristiwa-peristiwa dan Universitas Sumatera Utara objek-objek dalam bentuk kata-kata. Dengan bahasa, kita mengabstraksikan pengalaman kita, dan yang lebih penting mengkomunikasikannya pada orang lain. Dalam retorika, kita mengenal bahasa dapat memberi “wibawa” terlebih jika ia bisa menguasai lebih dari satu bahasa asing. Mata pelajaran bahasa mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa bukan saja belajar kosakata dan tatabahasa dalam arti pengetahuannya, tetapi harus berupaya menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kegiatan komunikasi. Seorang siswa belum dapat dikatakan menguasai suatu bahasa jika ia belum dapat menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2007:1180, kata keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. ~bahasa kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan bahasa terbagi dalam: keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi keterampilan mendengar listening dan keterampilan membaca reading, sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara speaking dan keterampilan menulis writing. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa Inggris sebagai salah satu media yang mutlak kebutuhannya. Bahasa Inggris merupakan bahasa global yang tidak asing dan dapat dengan mudahnya kita jumpai dalam keseharian. Bahkan berbagai istilah dari bahasa asing ini juga telah diserap menjadi bahasa baku Universitas Sumatera Utara Indonesia. Demi kebutuhan akan Bahasa Inggris, para orang tua kerap berlomba-lomba mengenalkan bahasa dunia itu pada anaknya sejak ia mulai bisa berbicara. Akan tetapi realitas yang ada pada kegiatan belajar bahasa, Bahasa Inggris khususnya, siswa cenderung pasif dan tidak mengaplikasikan ilmu yang ia serap secara maksimal. Metode belajar pun melakukan pembenahan agar dapat meningkatkan mutu siswa setelah belajar. Pendekatan komunikatif dalam kegiatan belajar mengajar sangat menekankan kebutuhan siswa belajar bahasa. Oleh sebab itu, pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi pengajaran bahasa Inggris, yaitu: lingkungan bahasa yang ada di masyarakat, karakteristik siswa, dan kualitas guru pengajarnya Depdiknas, 2003:20. Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh pada pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris secara komunikatif. Guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat melakukan analisis terhadap karakteristik siswa secara keseluruhan dan bukan hanya berdasarkan kesalahan-kesalahan siswa di dalam penampilan komunikasinya. Usia remaja yaitu 12-15 tahun, merupakan masa saat terjadinya perubahan- perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian Fagan, 2006. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Secara tidak langsung, perubahan-perubahan tersebut akan berdampak pada proses belajar, dimana para siswa cenderung untuk acuh tak acuh pada pelajaran yang di terimanya. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya serta memanfaatkan penggunaan bahasa. Untuk Universitas Sumatera Utara itu perlu peran orang dewasa seperti guru yang memiliki intensitas yang hampir sama dengan orang tuanya. Peranan guru dalam membimbing siswa bisa dirasakan pada siswa yang berada pada fase remaja awal yang sedang duduk di Sekolah Menengah Pertama. SMP Swasta Pertiwi Medan misalnya. Umumnya, siswa yang bersekolah di SMP ini mempunyai latar belakang ekonomi menengah keatas sehingga siswa cenderung kurang peka pada proses belajar dan sangat ketergantungan terhadap lingkungannya. Adanya dukungan, keterbukaan, empati dan rasa positif dari guru akan membantu proses belajar Bahasa Inggris lebih efektif dan dapat memberi hasil yang baik pada keterampilan berbahasa siswa. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Antar Pribadi Dan Keterampilan Berbahasa Studi Korelasional Tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru Bahasa Inggris Terhadap Keterampilan Berbahasa Siswa SMP Swasta Pertiwi Medan “

I.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antar Pribadi Dan Kepemimpinan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Penggunaan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Keberhasilan Kepemimpinan Hotel Emeral Garden Medan)

0 37 110

Komunikasi Antar Budaya dan interaksi Antar Etnis (Studi Korelasional Mengenai Pengaruh Komunikasi Antar Budaya Dalam Menciptakan Interaski Antar Etnis di Kalangan Mahasiswa Asing USU).

6 60 140

Komunikasi Antar Pribadi Ayah Dan Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja (Studi Korelasional tentang Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ayah terhadap Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak Remaja di SMA Swasta Al- Ulum, Medan)

0 44 140

Komunikasi Antar Pribadi Dan Motivasi Belajar (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Guru BP Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 7 Medan)

0 61 128

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Korelasional Antara Komunikasi Positif Guru dan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan)

0 38 109

Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok)

0 8 80

The Correlation Between Students’ Linguistic Intelligence And Their English Speaking Skill Achievement

1 4 105

KETERAMPILAN BERBAHASA INGGRIS TAHUN AJARAN 2016/2017 English Club Di Sdit Az-Zahra Sragen Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbahasa Inggris Tahun Ajaran 2016/2017.

0 3 14

Model Pembelajaran Kooperatif untuk Pengembangan Keterampilan Berbahasa Inggris Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa Inggris PPs UNS.

0 0 1