bahwa menegakkan keadilan harus menjadi tujuan negara. Sedangkan Aristoteles juga menempatkan keadilan sebagai nilai yang paling utama
dalam politik. Ia juga menyebutkan bahwa keadilan sebagai nilai yang paling sempurna dan lengkap. Oleh karena itu, hukum dibuat untuk kebahagian
manusia demi tercapainya tatanan atau tata tertib yang baik Alasannya, keadilan pada dasarnya terarah baik pada diri sendiri
maupun orang lain. Bertindak adil berarti bertindak dengan memperhitungkan orang lain. Karena itu, hukum yang adil bagi Aristoteles berarti hukum harus
memihak pada kepentingan semua orang. Hukum harus membela kepentingan atau kebaikan bersama common good.
13
Dari itu timbullah lembaga kepailitan, yang berusaha untuk mengadakan tata cara yang adil mengenai pembayaran utang terhadap semua
kreditor dengan cara seperti yang diperintahkan oleh Pasal 1132 KUHPerdata.
14
2. Kerangka Konseptual
Pada 18 Oktober 2004, UU No. 4 Tahun 1998 diganti dengan UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang, UU No.37 Tahun 2004 ini mempunyai cakupan yang luas karena adanya perkembangan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat untuk
menyelesaikan utang piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif.
15
13
Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum; Membangun Hukum, Membela Keadilan, Yogyakarta: Kanisius 2009, h.39-40.
14
Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia; Dualisme Kewenangan Pengadilan Niaga Lembaga Arbitrase ... ... ... ... h. 75.
15
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, Malang: UMM Press, 2008, h. 9-12.
Dalam Black’s Law Dictionary, pailit atau Bankrupt adalah “the state
or conditional of a person individual, partnership, corporation, municipality who is unable to pay its debt as they are, or became due. The
term includes a person against whom an involuntary petition has been field, or who has field a voluntary petition, or who has been adjudged a
bankrupt.
”
16
Dari pengertian bankrupt yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary
di atas diketahui bahwa pengertian pailit adalah ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitor atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.
Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak dibayarannya utang meskipun telah ditagih dan ketidakmampuan tersebut
harus disertai dengan pengajuan ke pengadilan, baik atas permintaan debitor sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. Selanjutnya
pengadilan akan memeriksa dan memutuskan tentang ketidakmampuan seorang debitor. Keputusan tentang pailitnya debitor haruslah berdasarkan
keputusan pengadilan, dalam hal ini adalah Pengadilan Niaga yang diberikan kewenangan
untuk menolak
atau menerima
permohonan tentang
ketidakmampuan debitor. Keputusan pengadilan ini diperlukan untuk memenuhi asas publisitas, sehingga perihal ketidakmampuan seorang debitor
itu dapat diketahui oleh umum. Seorang debitor tidak dapat dinyatakan pailit sebelum ada putusan pailit dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Jadi kepailitan merupakan eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukan penyitaan
umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit maupun yang diperoleh selama kepailitan
16
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Kepailitan, Jakarta: Raja Grafindo Persada 2010, h.11.