Sejarah Pendirian Kepastian Hukum Bagi Kreditor Konkuren Pada Babbington Developments Limited Terhadap PT.Polysindo eka Perkasa TBK Berdasarkan Prinsip Pari Passu Pro Rate Parte (Putusan MA No. 118 K/Pdt.Sus/2007)

D. Deskripsi Kasus

1. Posisi Kasus

Dalam putusan Mahkamah Agung No. 118 KPdt.Sus2007 yaitu antara Babbington Developments Limited melawan PT. Polysindo Eka Persada Tbk. Para pihak yang dimaksud adalah: 1 Pemohon: BABBINGTON DEVELOPMENTS LIMITED, adalah suatu badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum Negara British Virgin Islands, berkedudukan di RM.1609, 118 Connaught Road West, Hongkong, dalam hal ini memberi kuasa kepada HARRY PONTO, SH.LLM. dan kawan- kawan, para Advokat, beralamat di Menara Kuningan Lt.14A, Jalan HR. Rasuna Said Blok X-7 Kav.5, Jakarta 12940, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 31 Mei 2007, pemohon kasasi dahulu pemohon. Termohon: PT. POLYSINDO EKA PERKASA Tbk, berkedudukan di Sentra Mulia, Suite 1001, lantai 10, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. X-6 No. 8, Jakarta 12940, yang diwakili oleh V. Ravi Shankar, Direktur Utama, dan dalam hal ini memberi kuasa kepada OSCAR SAGITA, SH. dan kawan- kawan, para Advokat, beralamat di Gedung World Trade Center Lantai 13, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 30, Jakarta 12920, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2007, termohon kasasi dahulu termohon. Babbington Developments Limited adalah suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum British Virgin Islands yang merupakan salah satu kreditor konkuren dengan memegang surat berharga yang diterbitkan 1 Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor: 118 KPdt.Sus2007. Tanggal: 2 Januari 2008. h. 1. Polysindo, namun tidak ikut mengajukan pailit. Karena telah ada perjanjian perdamaian antara Polysindo dan para kreditor, Babbington juga merasa memiliki hak untuk menagih kepada Polysindo. Namun, Polysindo mengacuhkan Babbington. Akhirnya Babbington mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Namun termohon menolak dengan tegas permohonan pembatalan perjanjian perdamaian, dikarenakan termohon berpendapat bahwa dalam hal ini, pemohon dianggap melepaskan hak tagih karena tidak hadir dalam rapat verifikasi. Pemohon adalah kreditor konkuren yang sah dari termohon dan oleh karena itu berdasarkan Pasal 162 UUK demi hukum adalah pihak dalam perdamaian a quo. Bahwa sampai dengan diajukannya permohonan pembatalan perdamaian a quo, termohon tidak juga melaksanakan kewajibannya kepada pemohon sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam rencana perdamaian, walaupun pemohon dengan itikad baik telah memperingatkan termohon masing-masing melalui surat No. 130ExtHPfds III07 tanggal 29 Maret 2007 Bukti P-12 dan surat No. 112ExtHPfdsIV2007 tanggal 10 April 2007 Bukti P-13 untuk melaksanakan dan menyelesaikan kewajibannya sesuai perjanjian perdamaian. Bahwa oleh karena termohon telah tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam rencana perdamaian, termohon telah lalai memenuhi isi perjanjian perdamaian. Pasal 170 ayat 1 dan Pasal 172 1 UUK mengatur bahwa apabila debitor lalai memenuhi isi perjanjian perdamaian vide Bukti P-4 yang telah disahkan Pengadilan Niaga, maka kreditor dapat menuntut pembatalan perdamaian yang telah disahkan tersebut ke Pengadilan Niaga dan sekaligus meminta Pengadilan Niaga untuk membuka kembali kepailitan debitor dengan segala akibat hukumnya; Pasal 170 ayat 1 UUK mengatur sebagai berikut : ”Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila debito r lalai memenuhi isi perdamaian tersebut”; Pasal 172 ayat 1 UUK mengatur sebagai berikut : ”Dalam putusan pembatalan perdamaian diperintahkan supaya kepailitan dibuka kembali, dengan pengangkatan seorang Hakim Pengawas, Kurator dan anggota panitia kreditor, apabila dalam kepailitan terdahulu ada suatu panitia seperti itu.” 2 Kemudian, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan putusan sebagai berikut: 3 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pemohon; 2. Menyatakan bahwa pemohon demi hukum adalah pihak dalam perjanjian perdamaian yang telah dihomologasi berdasarkan putusan Pengadilan 2 Dalam hal ini, pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dengan berakhirnya kepailitan, kreditor dapat menuntut pembatalan perdamaian yang telah disahkan tersebut, tuntutan ini harus didasari apabila debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut dengan segala pembuktian yang ada. 3 Mahkamah Agung Republik Indonesia. Putusan Nomor: 118 KPdt.Sus2007. Tanggal: 2 Januari 2008. h. 5.