Posisi Kasus Deskripsi Kasus

Niaga Jakarta Pusat No. 43PAILIT2004PN.NIAGA.JKT.PST. JO. No. 01KN.2005 tanggal 16 Nopember 2005; 3. Menyatakan bahwa termohon telah wanprestasi terhadap pemohon berdasarkan perjanjian perdamaian yang telah dihomologasi berdasarkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 43PAILIT2004PN.NIAGA.JKT.PST Jo. No 01 KN2005 tanggal 16 Nopember 2005; 4. Menyatakan batal perjanjian perdamaian antara termohon dan para kreditornya yang telah dihomologasi berdasarkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No. 43PAILIT2004PN.NIAGA.JKT.PST. Jo. No. 01 KN2005 tanggal 27 Oktober 2005; 5. Menyatakan kepailitan termohon PT. Polysindo Eka Perkasa dibuka kembali dengan segala akibat hukumnya; Kemudian termohon mengajukan eksepsi, termohon berpendapat bahwa pemohon tidak memiliki kepentingan untuk mengajukan permohonan pembatalan perjanjian perdamaian a quo, karena dalam proses kepailitan termohon, pada tanggal 7 Maret 2005, di mana kurator telah mengumumkan tentang pailitnya termohon sekaligus mengumumkan batas akhir pengajuan tagihan bagi pihak-pihak yang memiliki tagihan kepada termohon untuk segera mengajukan klaimtagihan, dan semua itu telah dilaksanakan oleh para kreditor termohon dan telah melalui proses verifikasi, namun dalam proses ini, pihak pemohon tidak hadir, maka dalam hal ini pemohon dianggap melepaskan hak tagih. Atas dalil tersebut, Pengadilan Niaga memutuskan untuk menolak permohonan pemohon seluruhnya putusan Nomor: 01Pembatalan Perdamaian2007PN.Niaga Jkt.Pst. jo. No. 01 KN2005. jo No. 43PAILIT2004PN.NIAGA.Jkt.Pst. tanggal 17 September 2007. Kemudian, pemohon mengajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 24 September 2007 dengan keberatan-keberatan yang diajukan pemohon kasasipemohon.

2. Aspek Hukum Kepailitan dalam Putusan MA No. 118 KPdt.Sus2007

Berdasarkan Pasal 162 UUK, Perdamaian yang disahkan berlaku bagi semua Kreditur yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan, dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam kepailitan maupun tidak, sehingga dalam hal ini pemohon demi hukum adalah kreditor konkuren yang sah dari termohon, maka pemohon berhak mendapatkan pembagian secara seimbangproporsional seperti kreditor konkuren lainnya dari termohon. Kemudian Pasal 170 ayat 1 dan Pasal 172 1 UUK mengatur bahwa apabila debitor lalai memenuhi isi perjanjian perdamaian yang telah disahkan Pengadilan Niaga, maka kreditor dapat menuntut pembatalan perdamaian yang telah disahkan tersebut ke Pengadilan Niaga dan sekaligus meminta Pengadilan Niaga untuk membuka kembali kepailitan debitor dengan segala akibat hukumnya. Debitor berkewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis arbitrase. 4 Penjelasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan, “Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” Perjanjian utang piutang uang termasuk ke dalam jenis perjanjian pinjam meminjam, hal ini sebagaimana diatur dalam Bab Ketiga Belas Buku Ketiga KUHPerdata. 5 Pasal 1754 KUHPerdata, “Pinjam-meminjam ialah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.” Dengan demikian, jelas bahwa “utang” dimaksud bisa berasal dari suatu hal yang telah diperjanjikan sebelumnya oleh para pihak, dan utang di sini adalah suatu barang yang dapat habis akibat pemakaian. Di dalam UU Kepailitan juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan utang yaitu, kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang 4 Eddy Leks, “Mengapa Telkomsel Bisa Pailit?”, artikel diakses pada 16 Mei 2015 dari http:eddyleks.blog.kontan.co.id20120927mengapa-telkomsel-bisa-pailitmore-69 5 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, Jakarta: Kencana, 2013, h. 9. timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor. Dalam hal pemohon tidak datang saat rapat verifikasi yang merujuk pada Pasal 162 UUK, ketentuan ini sudah sangat jelas menyatakan bahwa kreditor konkuren yang tidak mengajukan tagihannya ketika kepailitan berlangsung danatau tidak tercantum namanya dalam daftar kreditor yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga tidak kehilangan hak tagihnya terhadap debitor pailit, kemudian mengenai pihak-pihak yang terikat pada perjanjian perdamaian yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga dan berkekuatan hukum tetap adalah debitor pailit dan semua kreditor konkuren, dalam hal ini termasuk kreditor konkuren yang tagihannya tidak diverifikasi dan namanya tidak tercantum dalam daftar kreditor yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga danatau namanya tidak tercantum dalam rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor. UU Kepailitan juga menganut prinsip pembuktian sederhana, terdapat dalam Pasal 8 ayat 4 UU Kepailitan yang mengatur bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah dipenuhi. Yang dimaksud dengan “fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana” adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Dari penjelasan pasal ini, terlihat bahwa yang perlu dibuktikan oleh pemohon pailit ialah 2 dua hal: 1. Fakta adanya dua atau lebih kreditor; dan 2. Fakta adanya utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Jika kedua fakta ini terbukti di pengadilan, maka sesuai Pasal 8 ayat 4, permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan 6 Dengan demikian jelas bahwa dari Bukti P-6 s.d. Bukti P-11 dan adanya jatuh tempo menunjukkan bahwa kedua fakta tersebut di atas telah terbukti. Kemudian dalam hal pembagian harta pailit kepada kreditor konkuren, Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata sudah jelas dalam penjelasannya bahwa pemohon tidak kehilangan haknya dalam mendapatkan sisa harta pailit dari termohon, dan pembagiannya disesuaikan dengan besar piutangnya, dimana pembagiannya sesuai dengan prinsip pari passu pro rata parte. 6 Eddy Leks, “Mengapa Telkomsel Bisa Pailit?” ... ... ... ... http:eddyleks.blog.kontan.co.id20120927mengapa-telkomsel-bisa-pailitmore-69