Sistematika Penulisan Kepastian Hukum Bagi Kreditor Konkuren Pada Babbington Developments Limited Terhadap PT.Polysindo eka Perkasa TBK Berdasarkan Prinsip Pari Passu Pro Rate Parte (Putusan MA No. 118 K/Pdt.Sus/2007)

masyarakatnya. 4 Kepastian hukum diwujudkan dalam sebuah perlindungan terhadap tindakan sewenang-wenang, perlindungan ini ditujukan demi terciptanya keadilan. Kepailitan merupakan lembaga hukum yang difungsikan untuk merealisasikan tanggungjawab debitor atas perikatan-perikatan yang dilakukannya. Dalam kepailitan ini berarti bahwa kepastian hukum bertindak sebagai pelindung bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam kepailitan mendapatkan hak- haknya, kepastian hukum yang terkandung dalam undang-undang yang mengaturnya tersebut menjamin bahwa kreditor berhak memperoleh perlindungannya dan putusan hakim dapat dijalankan. Sebagaimana diatur dan dimaksud dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, kepailitan itu sendiri dapat mencakup: 5 1. Seluruh kekayaan si pailit pada saat dia dinyatakan pailit dengan beberapa pengecualian untuk si pailit perorangan beserta aset. 2. Hilangnya wewenang si pailit untuk mengurus dan mengalihkan hak atas kekayaannya yang termasuk harta kekayaan. Kepastian hukum kepailitan tertuang dalam asas-asas yang terkandung dalam UU Kepailitan itu sendiri, dari defenisi kepailitan yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 UU Kepailitan 2004, yang terkait dalam kepailitan adalah debitor, debitor pailit, kreditor, kurator, hakim pengawas, dan pengadilan. Keadaan pailit itu juga meliputi segala harta bendanya yang berada di luar negeri. 4 Ibid. 5 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan; Suatu Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Likuidasi, dan Kepailitan Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h. 190-191. Lembaga kepailitan merupakan lembaga hukum yang mempuyai fungsi penting, sebagai realisasi dari dua Pasal penting dalam KUHPerdata yakni Pasal 1131 dan 1132 mengenai tanggung jawab debitor terhadap utang-utangnya. Jadi pada dasarnya, asas yang terkandung di dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata ini adalah bahwa undang-undang mengatur tentang hak menagih bagi kreditor-kreditornya terhadap transaksinya dengan debitor. Menurut Sri Redjeki Hartono, lembaga kepailitan pada dasarnya mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu: 6 1. Kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditornya bahwa debitor tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab atas semua kreditor-kreditornya. 2. Juga memberi perlindungan kepada debitor terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditor-kreditornya. Jadi beberapa ketentuan tentang kepailitan baik suatu lembaga atau sebagai upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep yang taat atas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata. Sistem pengaturan yang taat seperti inilah yang mempunyai nilai utama dalam rangka memberikan kepastian hukum.

B. Kreditor Konkuren dalam Kepailitan

Undang-Undang Kepailitan menjelaskan bahwa yang disebut kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang 6 Mutiara Hikmah, Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional, dalam Perkara-Perkara Kepailitan, Bandung: Refika Aditama, 2007 h. 25-26. yang dapat ditagih di muka pengadilan. Atas dasar kepercayaan, kreditor memberikan jasa peminjaman berupa uang atau jasa kepada seorang debitor dengan syarat bahwa debitor akan membayar kembali atau memberikan penggantiannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai kesepakatan perjanjian di kedua belah pihak. Namun perlu dicatat bahwa suatu perjanjian harus dilakukan dengan cara tertulis untuk nantinya dapat dijadikan bukti yang sah dengan tujuan untuk kepastian hukum bagi para pihak. Dalam KUHPerdata tidak dipakai istilah Debitor dan Kreditor, tetapi dipakai istilah si berutang dan si berpiutang, kemudian Pasal 1235 KUHPerdata yang dihubungkan dengan Pasal 1234 dan Pasal 1239 KUHPerdata, yakni dalam hal perikatan di mana dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termaktub kewajiban si berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan, dan apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya tersebut, si berutang harus memberikan penggantian biaya, ganti rugi, atau bunga. Si berutang diartikan sebagai pihak yang wajib memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu berkenaan dengan perikatannya, baik perikatan itu timbul karena perjanjian maupun karena undang-undang. Dalam pustaka-pustaka hukum dan kehidupan masyarakat sehari-hari, schuldenaar disebut Debitor, sedangkan schuldeischer disebut Kreditor. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 dan 3 Undang-Undang Kepailitan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang pelunasannya dapat ditagih di muka