Kreditor Konkuren dalam Kepailitan

itu ada alasan-alas an yang sah untuk didahulukan”. Alasan-alasan sah yang harus didahulukan ialah kreditor yang memegang hak jaminan secured creditor, dan kreditor yang mempunyai hak istimewa berdasarkan Undang-Undang preferred creditor. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa selain kreditor konkuren yang kepadanya berlaku prinsip paritas creditorium ini, terdapat jenis kreditor yang didahulukan yaitu kreditor separatis secured creditor dan kreditor preferen preferred creditor. 9 Kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak mempunyai kedudukan yang diutamakan atau mendahului kreditor-kreditor lain 10 unsecured creditor. Kreditor golongan ini harus berbagi dengan para kreditor yang lain secara proposional, atau disebut juga secara pari passu, yaitu menurut perbandingan besarnya masing-masing tagihan mereka, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan Hak Jaminan. 11

C. Prinsip Pari Passu Pro Rata Parte

Secara prinsip, semua kreditor mempunyai hak yang sama atas pelunasan piutang-piutangnya. Para kreditor, baik kreditor separatis, kreditor preferen dan kreditor konkuren tidak dibedakan terhadap seluruh harta benda debitor sehingga jika debitor tidak dapat membayar utang-utangnya kepada para kreditornya, 9 Aria Suyudi, dkk, Kepailitan di Negeri Pailit … … … … h. 81. 10 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 54. 11 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Faillissementsverordening Juncto Undang- Undang No. 4 Tahun 1998, Jakarta: PT Temprint, 2002, h. 280. maka harta kekayaan debitor menjadi sasaran kreditor. Hal ini berarti bahwa hasil harta kekayaan akan dibagikan sesuai dengan porsi besarnya tuntutan kreditor Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Prinsip pari passu pro rata parte berarti bahwa kekayaan tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proposional di antara mereka, kecuali jika antara para kreditor itu ada yang menurut undang- undang harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya. Prinsip ini menekankan pada pembagian harta debitor untuk melunasi utang-utangnya terhadap kreditor secara lebih berkeadilan dengan cara sesuai dengan proporsinya pond-pond gewijis dan bukan dengan sama rata. Prinsip pari passu pro rata parte ini bertujuan memberikan keadilan 12 dengan konsep keadilan proposional di mana kreditor yang memiliki piutang yang lebih besar akan mendapatkan porsi pembayaran piutangnya dari debitor lebih besar dari kreditor yang memiliki piutang lebih kecil daripadanya. 13 Prinsip-prinsip telah diatur dalam Pasal 189 ayat 4 dan 5 dan penjelasan Pasal 176 huruf a UUK- PKPU. Dalam kepailitan dikenal juga yang namanya prinsip structured pro rata atau yang disebut juga dengan istilah structured creditors merupakan salah satu prinsip di dalam hukum kepailitan yang memberikan jalan keluarkeadilan di antara kreditor. Prinsip ini adalah prinsip yang mengklasifikasikan dan 12 M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan; Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan, Jakarta: Kencana, 2008, h. 30. 13 Ibid. mengelompokkan berbagai macam debitor sesuai dengan kelasnya masing- masing. Di dalam kepailitan, kreditor diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu kreditor separatis, kreditor preferen, dan kreditor konkuren. 14 Kreditor yang berkepentingan terhadap debitor tidak hanya kreditor konkuren saja, melainkan juga kreditor pemegang hak jaminan kebendaan kreditor separatis dan kreditor yang menurut ketentuan hukum harus didahulukan kreditor preferen. 15 Kemudian dalam kepailitan juga dikenal adanya prinsip debt polling, prinsip debt polling merupakan prinsip yang mengatur bagaimana harta kekayaan pailit harus dibagi di antara para kreditornya. Dalam melakukan pendistribusian aset tersebut, kurator akan berpegang pada prinsip paritas creditorium dan prinsip pari passu pro rata parte, serta pembagian berdasarkan jenis masing-masing kreditor structured creditors principle. 16 Dalam perkembangannya, prinsip debt polling ini lebih luas konsepnya dari sekadar melakukan distribusi aset pailit terhadap para kreditornya secara pari passu pro rata parte maupun secara structured creditor pembagian berdasarkan kelas kreditor. Prinsip ini mencakup pula pengaturan dalam sistem kepailitan terutama berkaitan dengan bagaimana harta kekayaan pailit harus dibagi di antara kreditornya. 14 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan; Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009, h. 280. 15 M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan; Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan … … … … h. 33. 16 Ibid, h. 41. Penjabaran sistem ini akan berkaitan dengan kelembagaan yang terlibat dalam proses kepailitan mulai dari lembaga peradilan yang berwenang, hukum acara yang digunakan, serta terdapatnya hakim komisaris dan kurator dalam pelaksanaan pailit. 17

D. Hak-hak Kreditor Konkuren dalam Kepailitan

Tujuan Undang-Undang Kepailitan adalah melindungi kreditor konkuren untuk memperoleh hak-haknya berkaitan dengan berlakunya asas jaminan. Undang-Undang Kepailitan juga menjamin agar pembagian harta kekayaan debitor di antara para kreditornya. 18 Adapun Pasal 1132 KUHPerdata menentukan bahwa setiap pihak atau kreditor yang berhak atas pemenuhan perikatan, haruslah mendapatkan pemenuhan perikatan dari harta kekayaan pihak yang berkewajiban debitor tersebut secara pari passu dan pro rata. 19 Artinya bahwa kreditor secara bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan dan pembayaran atas piutang-piutangnya dihitung berdasarkan besar kecilnya piutang masing-masing. Seorang debitor hanya dapat dikatakan pailit apabila telah diputuskan oleh Pengadilan Niaga. 20 Kreditor dalam hal ini dapat mengajukan pailit terhadap 17 Ibid, h. 42 18 Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia; Studi Putusan-Putusan Pengadilan, Yogyakarta, Total Media, 2008, h. 255. 19 Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, h. 3. 20 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis; Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2008, h. 230.