Hak-hak Kreditor Konkuren dalam Kepailitan

berlaku dan mengikat di antara pihak-pihak yang membuatnya. 27 Ketentuan ini diatur dalam KUHPerdata Pasal 1341 ayat 1 yang menyebutkan bahwa tiap orang yang berpiutang diberikan hak untuk mengajukan pembatalan segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh si berutang yang dinilai merugikan pihak si berpiutang. Kemudian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan juga mengatur secara lebih komprehensif mengenai actio pauliana ini, mulai dari Pasal 41 sampai dengan Pasal 49, 28 Pasal 41 Undang-Undang Kepailitan tersebut menyebutkan bahwa untuk kepentingan harta pailit, dapat dimintakan pembatalan atas segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum pernyataan pailit diucapkan. 29 Namun actio pauliana ini harus dapat dibuktikan bahwa tindakan hukum yang telah dilakukan oleh debitor tersebut telah merugikan pihak kreditor. Hak kreditor dalam hal kepailitan juga diberikan dalam bentuk upaya hukum. Kreditor dapat mengajukan upaya hukum ketika kreditor tersebut tidak puas terhadap putusan hakim. Upaya hukum merupakan usaha yang dilakukan oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan hakim, dalam kepailitan pihak yang dimaksud ialah: 27 Ibid, h. 115. 28 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori Praktek ... ... ... ... h. 85. 29 Ibid. a. Kreditor, apabila permohonan agar debitornya dinyatakan pailit tidak dikabulkan. Atau permohonan kepailitan disampaikan oleh debitor atau kejaksaan atau bank Indonesia atau Bapepam, dan dikabulkan tetapi kreditor tidak menyutujuinya. b. Debitor, apabila permohonan pailit dirinya tidak dikabulkan oleh pengadilan. Atau permohonan pailit dirinya diajukan pihak-pihak yang berkepentingan dan dikabulkan tetapi debitor tidak menyetujuinya. c. Kejaksaan, apabila permohonan pailit debitor yang diajukannya tidak dikabulkan oleh pengadilan. d. Bank Indonesia atau Bapepam dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998, apabila permohonan pailit debitornya tidak dikabulkan pengadilan. Untuk Bank Indonesia debitor dimaksud adalah suatu bank, sedangkan untuk Bapepam, debitor dimaksud adalah perusahaan efek. 30 Upaya hukum yang paling tinggi adalah ke tingkat kasasi ke Mahkamah Agung Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998. 31 Pengadilan Niaga di sini merupakan pengadilan tingkat pertama, Pengadilan Niaga tidak memberikan upaya hukum banding, pihak yang keberatan atau merasa tidak puas terhadap putusan hakim dapat mengajukan tuntutan kasasi ke Mahkamah Agung, hal ini tercantum dalam pasal 11 ayat 1 UUK, “Upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung.” Kemudian terhadap putusan-putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap dapat diajukan upaya hukum luar biasa, yaitu peninjauan kembali, terdapat dalam Pasal 295 ayat 1 UUK, “Terhadap putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat diajukan 30 Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: PT. Alumni, 2010, h. 33-34. 31 Ibid, h. 34. permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, kecuali ditentukan lain dalam Undang- Undang ini.”

E. Mekanisme Pemberesan Harta Pailit

Dalam rangka pemberesan atau vereffening ini kurator harus mengambil tindakan menjual semua harta si pailit. Untuk penjualan ini tidak perlu ia mendapat persetujuan dan bantuan dari debitor. Jika tidak dilanjutkan usaha dari perusahaan debitor dan tentang diberhentikan usaha ini, maka harus segera dimulai dengan pemberesan dan penjualan semua harta si pailit ini. 32 Sisa harta pailit debitor baru akan dibagi-bagikan setalah seluruh aset-aset tersebut terjual, dan hasil penjualan tersebut nantinya akan berupa cash uang tunai, kemudian baru nantinya cash tersebut dinilai apakah sudah mencukupi untuk membayar utang-utangnya atau belum. Akan tetapi, tidak dilarang jika kurator membagi hasil penjualan harta pailit yang sudah ada terlebih dahulu secara proposional, asalkan hal tersebut dipandang baik oleh kurator. Dalam hal telah tersedianya cukup uang tunai, apabila kurator belum juga melakukan pembayaran kepada kreditor, menurut Pasal 188 Undang-Undang Kepailitan, hakim pengawas dapat memerintahkan pembagian kepada kreditor yang piutangnya telah dicocokkan. 33 Pembagian aset-aset debitor pailit kepada kreditor-kreditor dan seluruh yang berhak lainnya merupakan tahap terakhir dalam seluruh proses kepailitan. 32 Sudargo Gautama, Komentar atas Peraturan Kepailitan Baru untuk Indonesia 1998, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998, h. 119. 33 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek … … … … h. 141. Ketentuan tentang pembagian aset ini cukup terperinci dengan melibatkan berbagai undang-undang atau peraturan sebagai dasar hukumnya, antara lain, sebagai berikut: a. Undang-Undang Kepailitan b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata antara lain, Pasal 1131, 1139, atau 1149. c. Berbagai undang-undang khusus, antara lain: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang antara lain tentang tagihan tagihan dari pengangkutan laut, surat berharga, dan segalanya; 2. Undang-Undang Hak Tanggungan tentang kedudukan kreditor separatis, eksekusi hak tanggungan, dan lain-lain; 3. Undang-Undang Perseroan Terbatas antara lain, kewenangan direksi dan komisaris perusahaan pailit, status perusahaan setelah pailit, dan sebagainya; 4. Undang-Undang di bidang Pajak antara lain, tentang hak prioritas negara untuk dibayar pajak terlebih dahulu dari kreditor lain; 5. Undang-Undang di bidang Ketenagakerjaan antara lain tentang hak-hak buruh dan prioritasnya ketika di-PHK; 6. Undang-Undang Perkawinan antara lain, tentang harta perkawinan; dan 7. Undang-undang atau peraturan lainnya. 34 Pengurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh kurator, terdapat pada Pasal 69 1 Undang-Undang Kepailitan, dalam tugasnya kurator tidak diharuskan terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan atau menyampaikan pemberitahuan kepada debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan. Peran kurator sangat menentukan untuk keberhasilan pengurusan dan atau pemberesan. 35 Salah satu tahap penting dalam proses kepailitan adalah tahap insolvensi. Tahap ini penting artinya karena pada tahap inilah nasib debitor pailit 34 Ibid, h. 142. 35 Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang Himpunan Makalah, Jakarta: PT Tatanusa, 2003, h. 163. ditentukan. Apakah dia dihabisi, dalam arti hartanya dibagi-bagi sampai menutupi utang-utangnya ataupun debitor masih dapat bernapas dengan diterimanya suatu rencana perdamaian atau restrukturisasi utang. 36 Dalam istilah orang- orang jalanan, insolvensi disebut dengan “bokek”. Dalam salah satu kamus, insolvensi insolvency berarti: a. Ketidaksanggupan untuk memenuhi kewajiban finansial ketika jatuh waktu seperti layaknya dalam bisnis, atau b. Kelebihan kewajiban dibandingkan dengan asetnya dalam waktu tertentu. Dari pengertian di atas, maka apabila pada suatu saat seseorang tidak mempunyai banyak uang cash dibandingkan banyaknya utang-utangnya atau apabila suatu ketika aset utamanya hilang dicuri orang atau hilang terbakar, tidak berarti pada saat tersebut dia dalam keadaan insolvensi. Akan tetapi, keadaan kewajiban melebihi aset-asetnya haruslah berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang wajar reasonable time. 37 Dalam istilah Undang-Undang Kepailitan insolvensi disebut sebagai keadaan tidak mampu membayar. Jadi, insolvensi itu terjadi demi hukum jika tidak terjadi perdamaian dan harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar seluruh utang yang wajib dibayar Pasal 178 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan. 38 36 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek … … … … h. 127. 37 Ibid, h. 127-128. 38 Ibid, h. 128. Pencocokkan verifikasi piutangutang merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam proses kepailitan. Karena dengan pencocokkan piutang inilah nantinya ditentukan pertimbangan dan urutan hak dari masing-masing kreditor. 39 Berita acara ditandatangani oleh Hakim Pengawas dan panitera pengganti, Hakim Pengawas juga sekaligus memimpin dalam rapat pencocokan piutang ini. Sejak rapat kreditor pertama inilah proses kepailitan dalam hal ini masalah insolvensi, pengurusan dan atau pemberesan harta pailit dimulai. 40 Ada suatu proses yuridis tertentu yang mesti diikuti dalam proses pembayaran harta debitor kepada para kreditor dan siapa pun yang berhak lainnya. Proses tersebut dapat dilukiskan melalui diagram berikut ini: 41 Diagram 1 Proses Pembayaran dalam Pemberesan Harta Pailit A - - - B - - - C - - - D - - - E - - - F - - - G - - - H - - - I - - - J - - - K Keterangan: A Kurator membuat daftar pembagian Pasal 189 ayat 1. B Hakim pengawas mengesahkan daftar pembagian tersebut Pasal 183 ayat 1. 39 Ibid, h. 129. 40 Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan Selayang Pandang Himpunan Makalah … … … … h. 163. 41 Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek , … … … … h. 144.